Pemeliharaan Selamanya
Submitted by admin on Rab, 14/11/2012 - 11:15Seorang teman mengirimkan kepada saya sepotong syair sederhana yang menguatkan saya.
Seorang teman mengirimkan kepada saya sepotong syair sederhana yang menguatkan saya.
Naskah Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di wilayah Kekaisaran Romawi pada zaman itu, meskipun Perjanjian Baru Yunani tersebut banyak memelihara kata bahasa Aram -- yang saat itu juga bisa disebut bahasa Ibrani -- sebab dianggap salah satu dialek tutur saja oleh masyarakat Yahudi di Galilea. Contoh kata-kata Aram yang dipelihara antara lain: "Talita Kum" (Markus 5:41), "Gabbatta" (Yohanes 19:13), dan "Maranatha" (1 Korintus 16:23). Salah satu bukti bahwa Yesus membaca targum berbahasa Aram, di mana kata 'Alaha' (yang seakar dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33; "Elohi, Elohi, L'mah Sh'vaktani". Sebab teks dalam Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: "Eli, Eli, Lamah'azvatani" (karena dalam pengalihaksaraan Yunani "Elohi" dan bukan "Elohim". Tidak ada dialek bahasa Ibrani pada orang-orang Yahudi dari dulu hingga sekarang, baik dialek sefardin maupun Azkernazim yang membaca "Elohim" menjadi "Eloim"). Oleh sebab itu, bila Perjanjian Baru yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani namun rasul-rasul sendiri tidak mempertahankan nama Yahweh, mengapa beberapa orang mati-matian mempertahankannya? Rasul-rasul yang menulis Perjanjian Baru saja menerjemahkannya dengan kata "Kyrios" (Tuhan). Ambillah satu contoh ayat, misalnya Ulangan 6:4, "Shema' Yiasra'el, Yahweh Elohenu yahweh Ehad". Dalam Markus 12:29, nama Yahweh diterjemahkan dengan "Kyrios" (Tuhan) mengikuti terjemahan Septuaginta: "Akoue, Israel, Kurios ho theos hermin, kurios eis esti" (Dengarlah, wahai Israel, "Kurios" (Tuhan) itu "Theos"/Allah kita, "Kurios"/Tuhan itu esa). Jadi sekali lagi, Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahweh. Lalu, apakah ada yang berani mengatakan bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru salah?
Sebagai pemimpin dalam jemaat, kita perlu memiliki visi dan panggilan yang jelas. Jika tidak, perjalanan tugas kita bisa mengalami masalah di tengah perjalanan, khususnya bisa menghadapi tantangan yang tidak ringan. Untuk itu, pertama kita akan membicarakan tentang apa itu visi, dilihat dari ajaran Alkitab. Kemudian, pembicaraan akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang panggilan.
Visi
Catatan: Berikut ini fakta penting mengenai Alkitab sebagai firman Allah yang sejati. Kiranya melalui fakta-fakta ini, Roh Kudus menolong kita untuk semakin memercayai isi firman-Nya dalam Alkitab dan sungguh-sungguh memberitakan apa yang ada di dalamnya kepada orang-orang yang Tuhan pertemukan dengan kita.
"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah." (Yohanes 10:10)
Saya telah mendapatkan kesimpulan, bahwa tidak ada hal yang lebih tragis daripada hidup, tetapi tidak bisa menikmatinya. Saya sendiri telah begitu menyia-nyiakan hidup karena tidak tahu cara menikmati kehidupan di sepanjang tujuan hidup saya.
Pada bulan April 2007, saya merayakan ulang tahun yang ke-86. Saya memakai kesempatan tersebut untuk mengumumkan masa pensiun saya dari aktivitas pelayanan publik. Meskipun saya tidak lagi menerima undangan-undangan untuk berbicara pada acara-acara berikutnya, saya telah mencantumkan undangan untuk berbicara di Konvensi Keswick pada bulan Juli tahun itu dalam agenda saya. Bab ini ditulis berdasarkan catatan ceramah saya yang terakhir itu.
Saya ingat betul pertanyaan utama yang membuat saya (dan sahabat saya) bingung sebagai seorang Kristen yang masih belia. Pertanyaannya adalah: Apa tujuan Allah bagi umat-Nya? Memang benar, kita telah dipertobatkan, namun apa selanjutnya?
Alkitab mengatakan bahwa setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Ia menampakkan diri berulang-ulang selama empat puluh hari kepada murid-murid-Nya dan beberapa orang dekat-Nya. Dalam penampakan tersebut, Ia tentu memunyai maksud-maksud, seperti membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh telah bangkit dan sudah menang atas maut, mengajar murid-murid tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:3), dan mendelegasikan pemuridan kepada murid-murid-Nya (Matius 28:19-20).
Rasul Paulus, salah seorang pengikut Kristus yang sebelumnya bertobat menjadi penantang Tuhan bahkan membunuh orang-orang Kristen, menulis bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kita (1 Korintus 15:14,17), karena seluruh iman kristiani di dasarkan pada kebangkitan tersebut. Josh McDowell, seorang apologet dari Campus Crusade for Christ, dalam bukunya yang telah menjadi klasik "Evidence That Demands a Verdict", mengutip H.P.Liddon yang berkata: "Faith in the resurrection is the very keystone of the arch of Christian faith, and, when it is removed, all must inevitably crumble into ruin." ("Iman dalam kebangkitan adalah kunci utama dalam iman Kristen, ketika hal itu diselewengkan, kehancuran segala sesuatu tidak bisa terelakkan"). Iman kristiani yang didasarkan pada kenyataan dan kepercayaan bahwa Tuhan Yesus Kristus, yang disalibkan dan bangkit kembali pada hari yang ketiga kurang lebih 2000 tahun yang lalu di Yerusalem, bukan saja merupakan dasar iman kristiani yang kokoh, tetapi juga bila terus-menerus dihayati akan menjadi sumber sukacita dan harapan yang tidak dapat surut dalam hidup kita sebagai orang-orang percaya. Tanpa kebangkitan Kristus tiada jaminan pengampunan dosa. Kebangkitan Kristus dapat menjadi sumber sukacita karena menjamin pengampunan bagi umat manusia.
Mengerti sifat-sifat Allah yaitu kesucian-Nya, kasih-Nya, kemahakuasaan-Nya, hikmat-Nya, kasih karunia-Nya, dan kuasa-Nya merupakan satu perkara terbesar yang pernah saya alami, sebab suatu kehidupan Kristen yang dinamis dimulai dengan pandangan seseorang mengenai Allah. Sewaktu saya mengadakan perjalanan ke seluruh dunia, mengunjungi banyak negara, dan berhubungan dengan banyak agama, saya mendapati bahwa orang-orang, masyarakat, dan bahkan bangsa-bangsa dipengaruhi oleh pandangan mereka mengenai Allah.
Pertanyaan yang sering diajukan berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Natal) adalah: Mengapa Yesus Kristus harus lahir melalui anak dara? Tidak cukupkah Ia lahir seperti manusia pada umumnya? Bagaimana mungkin seorang perempuan yang belum bersuami dapat melahirkan anak?
Penggenapan Janji Allah
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA