Peperangan Rohani, Tipuan Iblis, dan Pemuda

Peperangan Rohani

Sadarkah kita bahwa setiap hari, setiap momen, kita sedang berada dalam sebuah peperangan rohani? Setiap momen, kita diperhadapkan dengan pilihan untuk memuliakan Allah atau memuliakan hal lain. Rasul Paulus berkata bahwa kita harus berperang melawan dosa dalam diri kita,[1] dan melawan tipu muslihat Iblis.[2] Yesus sendiri berperang secara rohani dalam dunia ini. Ia telah dicobai dalam berbagai cara, tetapi tidak berdosa.[3] Ia terus memerangi dosa, tidak memberikan kesempatan sekecil apa pun bagi dosa. Sebagai umat yang dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya, wajar saja kalau kita pun harus ikut berperang.

Namun, kesadaran akan peperangan ini semakin memudar dalam kekristenan saat ini. Ketidaksadaran ini berarti kekristenan sedang membiarkan dosa terus masuk dan menghancurkan dirinya. Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Kristus datang untuk menjadikan kita manusia yang sesungguhnya, dalam kebenaran dan kesucian yang sesungguhnya.[4] Namun, dosa telah menghancurkan kemanusiaan kita dalam Adam, dan saat kita yang sudah diperbarui Kristus tidak memeranginya, kita sedang menolak pembaruan dari Kristus untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Kita juga sedang meremehkan penebusan Allah, kita seperti seseorang yang menginjak darah Anak-Nya, dan menghina salib Yesus Kristus pada saat yang bersamaan. Kita menganggap semua itu tidak lebih berguna daripada yang kita inginkan dalam keberdosaan kita. Inilah peperangan rohani yang terus terjadi setiap harinya dalam kehidupan kita.

Tipuan Iblis

Seorang pemuda pada zaman ini sangatlah mudah mengabaikan fakta peperangan rohani ini. Salah satu aspek di dalam peperangan rohani ini yang paling tidak disadari para pemuda adalah peperangan kepercayaan. Peperangan kepercayaan ini bukan hanya dalam masalah percaya bahwa peperangan rohani itu ada atau tidak, tetapi lebih kepada kepercayaan berkaitan dengan percaya kepada Allah secara general. Karena di saat Allah menyatakan kebenaran, setan dan dunia akan memberikan perlawanannya terhadap firman. Ada banyak suara yang melawan Allah, di sekitar dan dalam hati kita. Kita hidup di antara kebenaran dan alternatif-alternatif yang menamakan dirinya kebenaran. Jikalau kita tidak peka membedakannya, maka kita akan terhanyut dalam kesesatan dan dosa.

Sebenarnya ketidakpercayaan atau unbelief itu bisa dibilang bukan sebagai absence of belief (nihilnya kepercayaan), tetapi belief in something else (kepercayaan terhadap hal lain). Di saat kita sedang tidak memercayai Allah yang adalah Sang Kebenaran itu sendiri, kita bukan sedang tidak percaya kepada Allah saja tetapi kita sedang percaya kepada hal yang lain. Kita pasti selalu percaya akan satu dari banyak suara-suara yang ada ini.

Semua ini dimulai di Eden, di mana firman Allah dilawan oleh si ular.[5] Yesus berkata bahwa si Jahat yang berbicara di kisah ini adalah "bapa segala dusta".[6] Adam dan Hawa tergoda oleh "firman" kontra-Allah yang diberikan oleh si ular. Di sini, mereka menunjukkan unbelief terhadap Allah dan belief terhadap hal lain, yang adalah bukan kebenaran. Dengan demikian, mereka pun jatuh ke dalam dosa, membawa seluruh umat manusia bersama mereka.[7] Melalui kejadian ini, secara alamiah, kita sudah pasti akan memilih dosa dan kebohongan si Jahat. Dahulu Adam dan Hawa bisa memilih untuk taat dan memercayai kebenaran. Namun, setelah kejatuhan ini, sudah pasti manusia tidak mau mendengarkan firman Allah karena hakikat kita yang berdosa membenci Allah.[8] Namun, sekali lagi, kita bersyukur karena Kristus telah menyelamatkan kita dari dosa. Dengan demikian, dalam Kristus, kita dimampukan untuk memilih tidak berdosa, untuk dapat mendengarkan firman, berujung kepada kehidupan yang dapat memuliakan Allah sekali lagi.

Meskipun begitu, bapa segala dusta ini belum berhenti dalam melakukan pekerjaannya. Selama Kristus belum datang kedua kalinya, si Jahat masih memiliki kuasa, dan masih terus bekerja.[9] Sampai sekarang pun, ia masih terus mengumbarkan dusta kepada umat manusia, untuk menarik mereka dari Allah dan semakin dekat kepada kematian, yang adalah upah sah dari dosa. Dan sampai sekarang pun, kita sebagai umat Tuhan diberikan pilihan yang sama yang dimiliki Adam dan Hawa: percaya kepada kebenaran Allah atau kebohongan Iblis. Inilah satu aspek dari perkataan Paulus saat dia berkata "bertahan melawan tipu muslihat Iblis".[10]

Tipu muslihat ini berbeda-beda bentuknya. Di Perjanjian Lama, ia membohongi Kain bahwa membunuh Habel akan memuaskan dirinya. Di Perjanjian Baru, ia membohongi Yudas bahwa Yesus adalah Mesias gadungan yang layak dijual demi 30 keping perak, dan banyak lagi. Di dunia Barat sekarang, ia sedang marak menipu daya manusia membuat mereka percaya bahwa Allah tidak ada atau bahwa kita tidak mungkin tahu keberadaan Allah. Baru-baru ini, terutama lebih marak lagi ia memberikan kebohongan bahwa tidak apa-apa bagi sesama jenis untuk menikah. Masih ada banyak lagi kebohongan yang ia terus umbarkan dalam hidup kita dengan partikularitas yang berbeda-beda.

Tipuan Ini dalam Hidup Pemuda-Pemudi

Kita bisa memberikan sebuah list akan semua pergumulan-pergumulan, terutama yang marak dalam kehidupan pemuda. Namun, saya yakin masalahnya adalah banyak dari kita yang meskipun sudah tahu akan kebenaran-kebenaran Allah, kita masih mau diombang-ambingkan oleh Iblis yang terus memberikan kontra-kontranya ini. Sudah jelas-jelas Allah mengatakan seks adalah sebuah hal sakral yang indah pada waktu dan tempat yang Ia sediakan,[11] tetapi berapa banyak dari kita tergoda, luluh terhadap tipuan Iblis yang menjanjikan kelepasan sesaat dalam seks bebas atau pornografi? Sudah jelas-jelas Allah berkata bahwa kita harus menebus waktu kita, menggunakan semua yang Ia percayakan dengan penuh bijaksana.[12] Namun, berapa banyak yang masih memilih untuk bermalas-malasan? Sudah jelas Kristus mengatakan bahwa Ia akan bersama-sama dengan kita selama-lamanya, sampai kepada akhir zaman.[13] Namun, berapa banyak yang masih tidak percaya kepada perintah-Nya dan takut untuk membagikan Injil? Sangat jelas Tuhan berkata bahwa ada sukacita sejati dalam-Nya.[14] Namun, berapa banyak yang memilih untuk mempersembahkan diri pada sukacita-sukacita palsu di sekitar kita?

Terlalu sering kita berkompromi, memilih kebohongan yang terlihat manis, tetapi yang akhirnya menghasilkan kepahitan yang mematikan. Hal ini berbeda saat kita memilih kebenaran yang mungkin pada awalnya terlihat penuh dengan sengsara, tetapi akhirnya memuliakan Allah dan menghasilkan sukacita rohani yang sejati. Sungguh, seperti yang C. S. Lewis katakan, kita terlalu cepat puas.[15] Jarang sekali kita merenungkan betapa manisnya kebenaran itu. Kita lebih memilih untuk menikmati kebohongan demi kebohongan.

Kita tidak bisa mengelak dengan mengatakan bahwa "saya sudah tahu, tetapi masih di dalam level kognitif". Untuk percaya bukanlah semata-mata masalah "mengetahui" sesuatu secara kognitif, tanpa ada efek kepada hidup kita secara menyeluruh. Pengertian ini adalah sebuah konsep Hellenistik yang juga adalah bagian dari tipuan si Jahat. Yang Alkitab ajarkan tentang "mengetahui" adalah untuk mencerminkan realitas yang sejati itu.[16] Jadi, saat kita menerima semua kebenaran yang Allah anugerahkan, dan berhenti pada level kognitif, kita sedang tertipu lagi oleh si Jahat. Bukan isi dari firman itu yang adalah tipuan, tetapi kita sedang menjalani nasihat si Jahat, saat kita memiliki pengertian kognitif, tetapi tidak mencerminkannya di dalam hidup kita.[17] Itu berarti kita tidak benar-benar percaya.

Tipuan Iblis mana sajakah yang masih kita percayai dalam peperangan ini? Saatnya untuk bertobat! Saatnya untuk berubah! Bukan dengan kekuatan sendiri, karena salah satu kebohongan paling fatal yang bisa kita percayai adalah bahwa kita bisa melakukan peperangan ini tanpa Tuhan. Betapa bodohnya kita. Kita pikir kita bisa berjalan setiap hari melalui peperangan ini tanpa senjata dari Allah, tanpa membaca firman, tanpa berdoa, tanpa mau bersekutu dengan saudara seiman. Martin Luther berkata, "Si Jahat yang geram berniat menang; ngeri kuasanya dan tipu dayanya—di bumi tak bertara." Jangan salah, si Jahat sudah bekerja selama ribuan tahun, membohongi manusia demi manusia. Dia adalah seorang pekerja yang experienced. Kuasa dan tipu dayanya begitu besar dan mengerikan.

Meskipun demikian, kalau kita percaya Iblis adalah pekerja yang experienced, kita pun juga mengenal Allah yang bahkan tidak memerlukan "experience" untuk mengalahkan tipuan Iblis. Percayalah dan sandar kepada-Nya, yang mampu mengerjakan dalam kita melebihi dari yang kita pikirkan.[18] Janganlah kiranya kita memiliki unbelief kepada Satu-satunya yang layak diberikan belief penuh, yang tidak layak menerima apa pun yang kurang dari itu. Selagi muda, tanamkanlah kesadaran untuk berperang dan mengerti, agar kita mampu melawan tipuan Iblis. Selagi kita masih muda, mari kita persembahkan diri kita kepada kebenaran itu sendiri sepenuhnya.

Jordan Frans Adrian
Pemuda GRII Melbourne

Endnotes:
[1] Roma 6.
[2] Efesus 6:11.
[3] Ibrani 4:15.
[4] Efesus 4:24.
[5] Kejadian 3:4.
[6] Yohanes 8:44.
[7] Kejadian 3:7 & Roma 5:12.
[8] Roma 5:10.
[9] Efesus 6:12.
[10] Efesus 6:11.
[11] Kidung Agung.
[12] Efesus 5:16.
[13] Matius 28:19-20.
[14] Mazmur 16:11.
[15] C. S. Lewis, The Weight of Glory.
[16] Geerhardus Vos, Biblical Theology.
[17] Yakobus 2:19.
[18] Efesus 3:20.

Diambil dari:
Nama situs : Buletin Pillar
Alamat situs : https://www.buletinpillar.org/kehidupan-kristen/peperangan-rohani-tipuan-iblis-dan-pemuda
Judul artikel : Peperangan Rohani, Tipuan Iblis, dan Pemuda
Penulis artikel : Jordan Frans Adrian
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA