JAKE DESHAZER - MUKJIZAT PENGAMPUNAN

TAHUN AWAL

Jake DeShazer lahir pada tanggal 15 November tahun 1912 di Stayton, Oregon dan lulus dari SMA Madras, Oregon pada tahun 1931. Dia mendaftar di Korps Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1940, dan naik pangkat menjadi sersan pada tahun 1941. Pada hari Minggu 7 Desember 1941, saat mengupas kentang, DeShazer mendengar berita tentang serangan Jepang terhadap pangkalan angkatan laut Amerika di Pearl Harbor melalui radio. Dia marah dan berteriak, "Orang Jepang harus membayar perbuatannya ini.”

Untuk membalas terhadap serangan Pearl Harbor, sersan DeShazer, bersama dengan beberapa orang dari Group Bomb 17, mengajukan diri untuk bergabung dengan unit khusus yang dibentuk untuk menyerang Jepang. Ada 24 orang yang dipilih dari GB 17 menerima pelatihan intensif di Eglin Field, Florida, selama tiga minggu yang dimulai pada Minggu 1 Maret 1942.

Mereka melakukan latihan lepas landas dari landasan pacu yang pendek dengan latihan terbang yang intensif melibatkan latihan terbang malam, pemboman ketinggian rendah dan menggunakan navigasi permukaan laut. Misi mereka akan terbang dengan mempergunakan pesawat pembom Mitchell B-25 yang dimodifikasi, diluncurkan dari kapal induk untuk menyerang langsung kota-kota di jantung negara Jepang.

Unit yang dibentuk untuk melakukan serangan bom di Jepang itu diberi nama "Doolittle Raiders", sesuai dengan nama komandan mereka yang terkenal yaitu Letnan Kolonel Jimmy Doolittle . Sersan DeShazer adalah pengebom di pesawat B-25 nomer 16 dengan nama "Bat (Out of Hell)", lepas landas yang terakhir dari kapal induk USS Hornet, dari total 16 pesawat pembom B-25. Gerakan rahasia ini sukses meskipun dipergoki oleh kapal Jepang sehingga terpaksa menerbangkan semua pesawat pembom lebih awal dari yang direncanakan. Rancananya setelah misi pemboman dilakukan pesawat terbang ke pangkalan di China untuk mengisi bahan bakar dan dilebur menjadi Satuan Tugas Amerika ke-Sepuluh.

TAWANAN PERANG JEPANG

Setelah pemboman di kota Nagoya , Jepang, "Bat" berusaha untuk mencapai tempat yang aman di Cina. Ketika pesawat B-25 mereka kehabisan bahan bakar karena jarak tempuh yang melampaui jarak tempuh, DeShazer dan para kru pembom B-25 dipaksa untuk terjun dengan parasut ke wilayah musuh di Ningpo, Cina. DeShazer terluka dan bersama dengan kru lainnya ditangkap pada hari berikutnya oleh tentara Jepang.

Selama tinggal di Madras Oregon, DeShazer bersama seluruh keluarga setia hadir dalam ibadah gereja Methodis. Akan tetapi setelah masuk SMA semangat imannya memudar. Itulah sebabnya ketika melompat dari pesawat dan terjun dengan parasut, DeShazer merasa tidak layak untuk berdoa minta pertolongan Tuhan.

Akan tetapi di belahan bumi yang lain, Tuhan menggerakkan ibunya untuk tiba-tiba bangun karena perasaan jatuh dari tempat yang sangat tinggi. Dia sangat ketakukan dan gelisah, sehingga terus menerus berdoa, mendoakan seluruh keluarga sampai hatinya tenang dan beban di hatinya lenyap, kemudian tidur kembali. Bagaimanapun juga ibunya dan semua orang Amerika tidak tahu adanya misi rahasia Doolittle ini.

Selama ditawan, DeShazer dikirim ke Tokyo dengan selamat bersama dengan kru Doolittle lain, dan dikumpulkan dalam kamp POW (tawanan perang) di Jepang. Mereka dibawa ke Jepang, di mana mereka diinterogasi berhari-hari siang malam, dengan kondisi kekurangan makan, dipukuli dan disiksa.

Kemudian mereka 34 orang dikirim ke China, dimasukkan dalam sel isolasi (seorang diri) selama 40 bulan. Ia dipukuli dan menderita kurang gizi, sementara tiga kru dieksekusi oleh regu tembak, dan satu lagi meninggal karena dibuat kelaparan.

Seorang tawanan, Letnan Robert J Meder meninggal di tahanan karena kelaparan berkata kepada Jake DeShazer sebelum kematiannya, “Jake, Yesus Kristus adalah kunci atas semuanya ini.”

DeShazer berkata, “Saya pikir, apa yag harus saya lakukan dengan semua ini? Yesus Kristus itu cerita masa lalu. Saya tidak bisa memahaminya. Tetapi ketika saya menjadi orang Kristen, saya tahu apa yang dikatakan oleh Letnan Meder.”

Pada saat perang berakhir, pada tanggal 20 Agustus 1945, DeShazer dan tawanan lain di kamp Priping di Beijing, Cina dibebaskan oleh tentara Amerika yang diterjunkan dengan parasut.

Setelah kembali ke Amerika Serikat, Sersan DeShazer dianugerahi medali kehormatan Distinguished Flying Cross dan Purple Heart karena terlibat dalam misi penyerangan Raid Doolittle .

PERTOBATAN

DeShazer ingat, “Satu hari sipir memanggil para tahanan keluar sel, dan kami tidak tahu apakah akan ditembak mati -- karena mereka selalu berjanji untuk mengeksekusi kami. Tapi yang terjadi sebaliknya, penerjemah membacan surat kaisar Jepang yang berisi bahwa mereka merasa malu telah memperlakukan kami dengan keras selama menjadi tawanan perang ... dan mereka akan memperlakukan kami lebih baik. Jadi mereka memberikan kami roti untuk dimakan dengan sup kulit kentang yang busuk.”

Mereka juga berjanji memberikan buku dan Alkitab untuk dibaca, dan karena DeShazer pangkatnya paling rendah maka mendapat giliran yang terakhir. Dan ketika gilirannya tiba, dia hanya bisa membacanya selama tiga minggu.

“Ketika saya mendapat Alkitab itu,” kenang DeShazer, “Saya berpikir bagaimana orang Kristen percaya kepada Alkitab – percaya sebagai Firman Tuhan. Dan Tuhan tidak bohong. Dan saya membaca Alkitab itu untuk menemukan bukti bahwa tulisan itu adalah Firman Tuhan. Dan segera saya menemukan bukti-buktinya.”

Di dalam sel kurungan yang sempit dan gelap, DeShazer membaca Alkitab beberapa kali dan kitab nabi-nabi enam kali. Dia menghabiskan berjam-jam untuk melacak nubuatan para nabi dan penggenapannya dan mengingat ‘Khotbah di Bukit’, Surat 1 Yohanes dan Firman dari ayat-ayat lain yang menggetarkan hatinya.

Dia mendapat giliran mendapat Alkitab lagi tanggal 8 Juni 1944, di mana DeShazer menerima jaminan keselamatan ketika matanya membaca sekali lagi Roma 10:9. “Itu benar-benar menyentuh saya! Itu adalah berita terbaik dalam hidup saya. Hanya ada dua hal : kamu mengaku dengan mulutmu dan percaya di dalam hatimu. Dan saya melakukannya! Saya percaya saat itu – dan itu telah saya lakukan – itu adalah Firman Tuhan. Saya percaya surga turun ke dalam sel tahanan saya saat itu.”

Setelah dibebaskan, DeShazer memasuki Seattle Pacific College , sebuah perguruan tinggi Kristen yang dikelola oleh Gereja Methodist dan mulai belajar untuk menjadi seorang misionaris. Akhirnya DeShazer dan Florence isterinya kembali ke Jepang pada tahun 1948.

DeShazer belajar bahwa perang telah usai, dan dia kembali ke Jepang untuk membagikan kasih Kristus. Organisasi Literatur Alkitab Internasional mencetak 1 juta pamflet kesaksian DeShazer yang berjudul “Saya Adalah Tawanan Jepang,” dan disebarkan di seluruh Jepang.

Diperkirakan 30.000 orang menerima Kristus di dalam hidup mereka – hanya pada tahun pertama pelayanan DeShaser di jepang. Di anatara mereka, terdapat para sipir penjara di mana Jake dan teman-temannya ditahan.

Di tempat lain ada Mitsuo Fuchida seorang komandan senior yang memimpin 360 pesawat tempur menyerang Pearl Harbor. Dia yang meneriakan perintah menyerang dengan kata-kata yang terkenal, “Tora! Tora! Tora!” (Harimau! Harimau! Harimau!). Keberhasilan menyerang Amerika Serikat, membuat Fuchida menjadi seorang pahlawan nasional.

Suatu hari di bulan Oktober 1948, ketika sedang menunggu kereta di stasiun Tokyo, seseorang memberikan pamflet tentang DeShazer ke tangan Fuchida, “Saya Adalah Tawanan Jepang”. Hampir saja pamflet itu dibuangnya, tetapi ketika dia memperhatikan bahwa itu ditulis oleh seorang penerbang misi Doolittle yang pemberani, dia mulai tertarik untuk membaca.

Setelah itu kemudian Fuchida segera membeli Alkitab, tetapi tidak dibaca beberapa bulan. Ketika kemudian mulai membaca, dia menemukan bahwa Firman Tuhan begitu menggetarkan dan doa Tuhan Yesus di kayu salib menjamah hatinya. “"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:24). Dia menangis ketika menyadari bahwa Tuhan Yesus sudah berdoa dan mati untuk dirinya juga. Di bulan September 1949, Fuchida menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, dan dibaptis pada hari Minggu Paskah di tahun 1955.

Tahun-tahun selanjutnya, Fuchida dan DeShazer memberitakan injil di depan banyak orang di berbagai kota di Jepang, baik dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama; dan pelayanan mereka membawa ribuan orang percaya kepada Kristus.

Pada tahun 1959, DeShazer pindah ke Nagoya untuk membangun sebuah gereja di kota yang pernah dibom-nya.

AKHIR HIDUP

DeShazer pensiun setelah 30 tahun melakukan pelayanan misionaris di Jepang dan kembali ke kota asalnya di Salem, Oregon di mana ia menghabiskan tahun-tahun akhir hidupnya bersama Florence istrinya. Pada tanggal 15 Maret 2008, DeShazer meninggal dalam tidurnya pada usia 95, meninggalkan istri dan lima anak : Paul, John, Mark, Carol, dan Ruth.

Pada tanggal 15 April 2008, Asosiasi Veteran Perang Oregon (OWVA) mengusulkan DeShazer untuk mendapat Medali Kebebasan Presiden dan Medali Emas Kongres karena telah menjadi pahlawan perang Amerika yang luar biasa dan sudah melaukan pelayanan yang heroik kepada rakyat Jepang, di mana dia dikenal sebagai pahlawan perdamaian dan rekonsiliasi.

Pada tanggal 21 April 2008, Gedung Putih telah menerbitkan konfirmasi penghargaan dalam sebuah surat kepada Greg Warnock, direktur eksekutif OWVA.

Wakil Presiden George W. Bush memberikan penghargaan untuk DeShazer berupa Medali Kebebasan Presiden yang merupakan penghargaan sipil yang paling bergengsi di Amerika, setelah penghargaan militer tertinggi negara yaitu Medal of Honor. Medali penghargaan ini biasanya diberikan di sekitar tanggal 4 Juli setiap tahunnya. Ada sekitar 400 Medali Kebebasan Presiden yang telah diberikan sejak awal tahun 1945.

Greg Warnock memberikan Medali Emas Kongres kepada Pendeta DeShazer di Kantor Kongres Darlene Hooley 's (D-Ore.) di Salem, Oregon. Dalam surat resmi Warnock, menulis, "Pada saat ini dalam sejarah, kita merasa sangat tepat untuk menghormati seorang pria yang adalah pahlawan perang sejati, di mana yang setelah pengorbanannya dia mengenakan sarung tangan perdamaian, dan menyentuh semua orang di dunia dengan rahmat dan kerendahan hati. "

(Matius 5:43,44) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

(1 Petrus 4:8) Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.

GBU
(Indriatmo/PD Yoel)

(disusun dari berbagai sumber)

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA