TIKAMAN MAUT

Pada masa Tuhan Yesus dan di masa Perjanjian Baru, kekaisaran Romawi memiliki tentara terkuat di dunia. Setiap prajurit dilengkapi dengan perlindungan pribadi yang sangat kokoh yaitu baju zirah (lorica segmentata/lempeng bersegmen), ketopong besi (cassis), perisai segi empat setinggi 1 meter (scutum). Kaki memakai sepatu kulit (caliga) dan pedang di tangan (gladius).

Perlengkapan perang kokoh kuat itu yang disebutkan Paulus di dalam Efesus 6:13-17. “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.”

Di dalam pertempuran frontal akan sangat sulit melukai prajurit dengan perlindungan lengkap seperti itu, sehingga dalam satu formasi yang kuat dan rapi tentara Romawi selalu berhasil meraih kemengan demi kemenangan.

PEPERANGAN ANAK TUHAN

Sebagai anak Tuhan, kita sekarang ini setiap hari berada dalam peperangan Roh. Musuh kita bukanlah darah dan daging seperti prajurit Romawi tetapi melawan melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12)

Itulah sebabnya Tuhan meminta kita supaya setiap waktu mengenakan seluruh perlengakapan senjata Allah terhadap Roh kita. Setiap hari kita bisa berdoa meminta Tuhan memperlengakapi Roh kita dengan semua perlengkapan ini, dengan berkata :
“Tuhan Yesus, aku minta Engkau melepas seluruh Pelengkapan Senjata Kerajaan Allah yang lama, kemudian menggantikan dengan Perlengkapan Senjata Kerajaan Allah yang baru untuk tubuh jiwa roh kami, mulai dari : ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan memberitakan, Injil damai sejahtera, ketopong keselamatan, perisai iman, pedang Roh.” (booklet Doa Pribadi halaman 3).

Kita tidak tahu kapan roh jahat menyerang kita, tetapi ketika tubuh Roh kita selalu memakai perlengkapan senjata Allah maka Roh Kudus akan bisa menuntun Roh kita untuk selallu terlindungi dan bahkan masuk dalam peperangan Roh yang intensif. Seringkali justru Roh kita terlibat dalam peperangan Roh ketika kita tidur, dan jika kita tidak berjaga-jaga sebelumnya di dalam doa maka ketika bangun tidur tubuh kita akan terasa lemah dan sakit.

Kita juga perlu setiap hari mengganti perlengkapan senjata kerajaan Allah yang baru, karena dalam pertempuran Roh yang intensif perlengkapan perang yang kita pakai akan mengalami cacat atau kerusakan. Dengan setiap waktu kita memakai perlengkapan senjata Allah yang baru, kita akan selalu siap masuk dalam peperangan Roh dengan penuh kuasa bersama pertolongan Roh Kudus.

TITIK LEMAH

Sekalipun tampaknya sangat kokoh dan aman, perlindungan baju zirah (lorica segmentata) ternyata memiliki kelemahan, yaitu di bagian samping dan belakang di antara sambungan-sambungannya. Oleh karena itu tentara Romawi memiliki hukum yang sangat keras bagi setiap prajuritnya yaitu dilarang berbalik dan mundur dari pertempuran. Karena jika berbalik maka mereka berada dalam perlindungan yang terlemah dan mudah untuk ditikam pada bagian sambungan baju zirah, yang juga tidak terlindungi oleh perisai.

Alkitab mencatat raja Ahab mati karena sebuah panah menembus di antara sambungan baju zirahnya. Dia tidak langsung mati, tapi luka di dalam baju zirah itu membuatnya kehabisan darah yang berujung pada kematian. Raja Ahab mati dengan posisi berdiri di kereta perangnya, di atas genangan darahnya sendiri..

"Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya." (1 Raja-raja 22:34)

"Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta." (1 Raja-raja 22:35)

TIKAMAN MAUT

Dalam formasi utuh, prajurit Romawi berdiri dengan rapat bergerak mendesak maju sehingga tidak ada celah untuk menyerang dari samping. Pada pertempuran masa itu semua lawan dengan perlengkapan perang tradisional tidak akan bisa menembus dan mengalahkan mereka.

Akan tetapi apa jadinya kalau seorang prajurit yang seharusnya memberikan perlindungan malah menusukkan pedang ke rekan yang berdiri di sampingnya? Itu akan menjadi sebuah TIKAMAN MAUT yang MEMATIKAN, karena bisa tepat menembus di antara sambungan bahu zirah.

Kita tidak akan berpikir bahwa sesama prajurit Romawi yang berperang bersama dan harus saling melindungi, malah menikam rekannya dari samping. Tapi pada kenyataannya dalam peperangan Roh dalam kehidupan orang Kristen rupanya TIKAMAN MAUT itu sering terjadi.

Dalam Roh suami dan istri dinyatakan Tuhan sebagai satu tubuh yang tidak terpisahkan. Suami adalah kepala dan istri adalah penolong yang sepadan. Di dalam kehidupan sehari-hari dan peperangan Roh, keduanya harus saling melindungi dan menjaga titik lemah pasangannya. Tapi yang sering terjadi suami justru “menikam” istri di titik lemahnya atau istri “menikam” suami di titik lemahnya. Begitu juga orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, sesama saudara ataupun sesama pelayan. Tikaman orang-orang terdekat adalah tikaman maut yang mematikan karena mereka tahu persis titik lemah (sambungan baju zirah) pasangannya.

Banyak suami orang Kristen yang kata-katanya begitu melecehkan dan merendahkan istrinya. Banyak istri orang Kristen, bahkan isti pelayan Tuhan yang kata-katanya menyerang pribadi dan mencemooh pelayanan suaminya sendiri. Seringkali orang tua menghina dan merendahkan kelemahan anaknya. Anak-anak yang sudah dewasa sering melontarkan kata-kata yang menyakiti hati orang tuanya. Semua itu adalah tikaman-tikaman yang sangat mematikan.

Banyak hamba Tuhan yang mengeluh, “Kalau jemaat atau orang lain yang menyerang, saya bisa tahan dan tidak pedih di hati. Tapi kalau istri sendiri yang menyerang, saya tidak bisa menahannya.” Istri hamba Tuhan umumnya menyerang suami dengan melecehkan pelayanan yang dilakukan, dan itu sangat menyakiti hati. Begitu juga banyak istri yang merasakan hati begitu pedih jika dihina dan direndahkan oleh suaminya. Orang tua akan merasa sangat sedih kalau anaknya yang dari bayi dirawat dengan penuh kasih dan dibesarkan hingga dewasa kemudian menyerang dengan kata-kata yang jahat. Mereka semua merasakan hati sangat pedih, karena tikaman berasal dari orang-orang yang sangat mengetahui titik lemah pasangannya. Bahkan hal sangat umum di dalam sebuah pertengkaran keluarga-keluarga Kristen, masing-masing orang akan berusaha dengan gigih memberikan tikaman-tikaman yang paling mematikan kepada pasangan atau keluarganya, karena itu akan MEMUASKAN hatinya. Sebuah kenyataan yang begitu mengerikan dan menyedihkan.

Orang yang memiliki temperamen pemarah berkata, “Aku kalau marah, setelah itu sudah selesai. Hanya saat itu saja marah dan mudah baikan.” Banyak orang yang berkata demikian ketika sudah selesai melampiaskan amarahnya, dan hatinya lega. Mereka berpikir bahwa kata-kata itu lenyap tidak berbekas setelah diucapkan. Mereka lupa, bahwa kata-kata itu memiliki kuasa!

Kata-kata apalagi yang diucapkan oleh orang Kristen memiliki kuasa untuk membangun atau menghancurkan. Karena besarnya pengaruh terhadap kata-kata yang diucapkan, maka Tuhan Yesus memberikan FirmanNya : “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Matius 5:22). Dan selanjutnya Tuhan Yesus berfirman lebih keras lagi : “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” (Matius 12:36).

Di jaman modern ini, bukan hanya kata-kata yang bisa menjadi tikaman-tikaman maut di hati pasangan dan orang-orang terdekat, tetapi juga sudah berkembang dalam bentuk tulisan, seperti kata-kata makian dan sumpah serapah di SMS, BBM, email, whatsapp, lines, tweeter, voicemail, dll. Bahkan kata-kata tikaman melalui media elektronik lebih parah, karena tetap tercetak dan terekam sehingga setiap saat tetap bisa dibaca dan didengar. Ini mengerikan sekali.

Tuhan Yesus adalah Allah yang melihat apa yang terjadi di dalam Roh. Ketika dengan kata-kata seseorang menyerang pasangannya, maka yang terlihat di dalam Roh dia sedang menusukkan pedang yang besar ke dalam hati. Pada saat kata-kata selesai diucapkan dan hatinya merasa lega, pedang itu tetap tertancap di hati pasangannya. Lebih parah lagi, ketika orang Kriten melontarkan kata-kata serangan terhadap pasangannya, dia sedang memberikan hak dan kuasa kepada iblis untuk memainkan pedang yang tertancap itu kapan saja, sehingga bisa menimbulkan kepedihan hati yang sangat menyakitkan muncul dengan tiba-tiba muncul.

Dalam pelayanan Pelepasan dan Pemulihan, kita banyak sekali menjumpai anak-anak Tuhan yang di dalam hatinya tertancap pedang yang besar. Ketika konseling, mereka sharing bahwa orang-orang terdekat (suami, istri, orang tua, anak-anak, sahabat, dll) sudah mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati dan tidak bisa dilupakan. Kata-kata yang pahit itu sudah menjadi pedang yang tertancap dan terus menerus membuat hati pedih yang tidak bisa dipikirkan. Pedang yang menancap di hati ini bukan hanya menyebabkan kepedihan hati, tetapi lebih dari itu akan menyebabkan munculnya berbagai kelemahan tubuh dan penyakit, terutama keganasan atau kanker!

MELEPASKAN TIKAMAN

Untuk melepaskan pedang yang menancap di hati, langkah utama yang harus dilakukan adalah : Melepaskan pengampunan dan berkat kepada orang yang sudah menyakiti hati. Di dalam doa ucapkan, “Dengan pertolongan Roh Kudus, aku mengampuni ... (sebutkan namanya) atas semua kata-kata, sikap dan perbuatan yang sudah menyakiti hatiku. Aku memberkati dan tidak mengingat dosa dan kesalahannya, seperti Tuhan Yesus sudah lebih dahulu mengampuni dosa dan kesalahanku. Di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.”

Berikutnya, kita mencabut pedang yang tertancap di hati dengan berdoa, “Pedang yang tertancap di hatiku, aku cabut dan hancurkan di dalam nama Tuhan Yesus. Luka rohani yang ada, Tuhan basuh dan sembuhkan dengan kuasa Darah Kristus. Di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.”

Untuk doa mencabut pedang dari hati ini, bisa diucapkan oleh diri sendiri atau didoakan oleh seorang hamba Tuhan. Akan tetapi doa melepaskan pengampunan dan berkat, harus diucapkan sendiri sebagai pengakuan di hadapan Tuhan, manusia dan setan.

Setelah itu, bukan berarti masalah selesai. Setan akan terus berusaha menembakkan panah-panah berapi untuk mengingatkan akan orang-orang yang sudah menyakiti hati kita. Setiap kali teringat akan hal itu, kita HARUS melatih refleks ingatan dan perasaan kita dengan mengucapkan (bisa dengan berbisik), “Aku mengampuni dan memberkati ... (sebutkan namanya) dalam nama Tuhan Yesus.” Selalu ucapkan kata-kata pengampunan dan berkat itu sampai semua intimidasi iblis bisa dilenyapkan dan semua bekas-bekas kepahitan hati sembuh dengan sempurna.

Jika kita menerima kata-kata tikaman melalui media elektronik (SMS, BBM, email, whatsapp, lines, tweeter, voicemail, dll.) maka sebaiknya LANGSUNG di-delete tanpa dibaca lebih lanjut atau disimpan. Jika tidak kita hapus, sama saja kita sedang menyiapkan pedang terhunus untuk hati kita, dan itu yang sangat diharapkan oleh setan.

MENJAGA UCAPAN

Jika kita termasuk orang Kristen yang memiliki sifat meledak-ledak, terbiasa atau mudah menyerang pasangan kita, maka perlu menyadari dan memahami semua konsekuensi yang terjadi di dalam Roh tersebut. Ketika kita mengucapkan kata-kata serangan terhadap pasangan kita, di dalam Roh kita sedang menusukkan sebuah pedang besar masuk ke dalam hatinya. Di dalam Roh kita sedang MEMBUNUH pasangan kita, sehingga Tuhan menyatakan bahwa, “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” --> tidak masuk surga (1 Yohanes 3:15).

Ketika marah, sebaiknya kita melatih refleks dengan langsung mengunci mulut rapat-rapat seperti yang diajarkan Daud dalam Mazmur 4:5, “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.” Mulut terkunci tapi hati dan pikiran terus ditujukan kepada kasih Kristus, sama sekali jangan ditujukan kepada pasangan kita. Selain itu bisa dilanjutkan dengan membaca Firman Tuhan dengan bersuara (Petir Firman). Teruslah membaca sekalipun hati panas berkobar-kobar. Pada saat itu, Tuhan Yesus akan melimpahkan damai sejahtera dari surga, memberikan kelegaan dan kasih yang sempurna muncul di dalam hati menggantikan amarah tadinya meluap-luap.

MEMILIH KATA-KATA

Jika kita sudah mengetahui rahasia Roh yang ada di balik perkataan tajam terhadap pasangan dan orang-orang yang dekat dengan kita, maka sebagai anak Tuhan kita sebaiknya mempergunakan kuasa yang ada di dalam mulut kita untuk HANYA mengucapkan kasih, pengampunan dan berkat. Janganlah membiarkan hidup kita dipakai oleh iblis untuk memberikan tikaman-tikaman maut kepada pasangan dan orang-orang yang dekat dengan kita, karena “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” (Matius 12:36).

"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6)

Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.

GBU
(Indriatmo)

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA