PRAJURIT SATU (PRATU) MARINIR, GUY GABALDON

Dalam peperangan medali kehormatan diberikan kepada tentara yang menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya dalam melawan dan menghancurkan musuh yang dihadapi. Akan tetapi di dalam Perang Dunia II ada satu kisah kepahlawanan yang bertolak belakang dengan yang lazim terjadi dalam sebuah pertempuran besar, bukannya membinasakan musuh sebanyak mungkin tetapi malah menyelamatkan musuh!

Prajurit Satu (Pratu) Guy Louis Gabaldon (22 Maret 1926 - 31 Agustus 2006) dari Korps Marinir Amerika Serikat menerima penghargaan tertinggi bukan karena banyak menghancurkan musuh, tetapi justru banyak menyelamatkan tentara Jepang yang sedang diperangi di pulau Saipan dan pulau Tinian pada tahun 1944. Di usia 18 tahun Gabaldon mempertaruhkan nyawanya sendiri, masuk ke jantung pertahanan tentara Jepang dari satu gua ke gua yang lain, menangkap dan membujuk untuk menyerah, bukan hanya berhasil menyelamatkan satu atau dua nyawa musuh tetapi bahkan sampai 1.500 orang! Gabaldon sebagai prajurit Marinir yang bekerja seorang diri memilih menyelamatkan ribuan nyawa musuhnya, daripada membinasakan mereka.

Atas tindakan kepahlawanan terhadap kemanusiaan ini, Prajurit Satu Guy Gabaldon mendapat anugerah penghargaan tertinggi dari pemerintah dan Angkatan Laut Amerika Serikat yaitu medali Navy Cross. Selain menerima banyak penghargaan dan pengakuan selama hidup bertahun-tahun setelah Perang Dunia II usai, kisah kepahlawanan Gabaldon juga diangkat menjadi film Hollywood tahun 1960 berjudul “Hell to Eternity” (Neraka ke Kekekalan) dan “East L.A. Marine: the Untold True Story of Guy Gabaldon” (Marinir dari L.A. Timur: Kisah nyata yang tak terungkap dari Guy Gabaldon)

TAHUN-TAHUN AWAL

Gabaldon lahir di Los Angeles, California. Keluarganya berdarah Meksiko-Amerika (keturunan Hispanik), dan dia adalah salah satu dari tujuh anak. Gabaldon dibesarkan di Los Angeles Timur dan ketika berusia sepuluh tahun dia membantu keluarganya dengan menyemir sepatu di Skid Row. Gabaldon adalah anggota geng multi-etnis yang dikenal sebagai "Gang Moe," dan dia keluar meninggalkan rumahnya pada usia 12 tahun kemudian tinggal dengan keluarga Nakano, keluarga keturunan Jepang-Amerika yang dianggapnya menjadi keluarga besarnya. Dia belajar di sekolah bahasa setiap hari dengan anak-anak keluarga Nakano dan belajar untuk berbicara bahasa Jepang. Gabaldon juga belajar tentang adat istiadat dan budaya mereka.

PERANG DUNIA II

Pada pecahnya Perang Dunia II keluarga Nakano yang "mengadopsi"-nya, dikirim ke sebuah kamp relokasi di Arizona. Gabaldon kemudian pergi ke Alaska untuk bekerja di pabrik pengalengan. Pada tanggal 22 Maret 1943, ulang tahun ke-17, Gabaldon bergabung dengan Korps Marinir Amerika Serikat. Setelah menerima pelatihan dasar di Camp Pendleton dia ditugaskan ke Markas Pusat, Resimen Marinir ke-2, Divisi Marinir ke-2.

PENIUP SERULING DARI SAIPAN

Dalam Perang Pasifik, Amerika Serikat mempertimbangkan melakukan invasi skala penuh ke daratan Jepang, tetapi ada resiko bahwa upaya tersebut harus dibayar mahal dengan perkiraan korban satu juta tentara Amerika. Penguasaan pulau Saipan dianggap penting untuk membuat lapangan udara yang akan mengakomodasi pesawat pembom B-29 Superfortress yang bisa digunakan untuk invasi yang direncanakan.

Ratusan LVT (Landing Vehicle Tank) melakukan pendaratan di pantai Saipan tanggal 15 Juni 1944. Tampak depan kapal perang USS Birmingham, dan di belakangnya kapal perang USS Indianapolis menghujani pantai dengan tembakan meriam.

Pada tanggal 15 Juni 1944, armada yang terdiri dari 535 kapal perang yang mengangkut 127.570 personel militer AS yang termasuk Marinir dari Divisi 2 dan 4 melakukan invasi pendaratan ke pulau Saipan, yang dipertahankan oleh 31.000 tentara Jepang dan 25.000 penduduk sipil keturunan Jepang. Pertempuran di pulau Saipan adalah pertempuran yang sengit dan mematikan bagi pasukan Marinir Amerika maupun tentara Jepang. Sampai akhir pertempuran, Marinir Amerika kehilangan 3.426 prajurit tewas dan 10.364 prajurit luka-luka.

GABALDON MULAI MEMBAWA TAHANAN PADA HARI PERTAMA TIBA DI SAIPAN

Tentara Jepang jarang menyerah selama Perang Dunia II. Mereka diperintahkan oleh komandannya di Saipan supaya setiap prajurit membunuh tujuh Marinir AS dan pasukan Angkatan Darat, atau mereka harus bunuh diri.

Menurut Gabaldon:
"Malam pertama berada di pulau Saipan, aku keluar seorang sendiri ... Aku selalu bekerja sendiri, dan kembali dengan mambawa dua tahanan menggunakan jalan belakang yang biasa digunakan tentara Jepang." - Guy Gabaldon

Gabaldon ditegur oleh perwira atasannya dan diancam diajukan ke pengadilan militer karena telah meninggalkan pos-nya. Namun, malam berikutnya ia pergi keluar dan melakukannya lagi. Dia dengan hati-hati mendekati gua pertahanan tentara Jepang, menembak para penjaga yang ada di luar, masuk dari satu gua ke gua yang lain dan berteriak dalam bahasa Jepang, "Kalian sudah terkepung dan tidak punya pilihan kecuali menyerah. Keluarlah dan kalian tidak akan dibunuh! Aku pastikan kalian akan diperlakukan dengan baik. Kami tidak ingin membunuhmu!"

Pratu Guy Gabaldon (kanan) berpose dengan beberapa orang dari 1.500 tentara Jepang dan penduduk sipil yang menyerah kepadanya, selama Perang Dunia II

Keesokan harinya ia kembali dengan 50 tahanan Jepang. Akibatnya, Gabaldon diijinkan oleh komandannya untuk bertindak sebagai "serigala tunggal", prajurit yang bekerja seorang diri.

Pada tanggal 7 Juli 1944, setelah menghabiskan malam di dekat tebing pulau Saipan sebelah utara, Gabaldon mendengar pembicaraan di antara tentara Jepang, bahwa ribuan pasukan Jepang dan warga sipil sedang mempersiapkan serangan “banzai” dalam skala besar. Gabaldon kemudian cepat melaporkan informasi ini kepada atasannya yang memungkinkan pasukan AS untuk mempersiapkan pertahanan yang luar biasa. Serangan itu berakhir dengan bencana kehancuran bagi tentara Jepang, dan sisa-sisa yang masih hidup kembali mundur ke posisi mereka.

Keesokan harinya, pada tanggal 8 Juli, Gabaldon menangkap dua penjaga lagi. Dia meyakinkan salah satu dari mereka untuk kembali ke guanya, dengan menawarkan semua yang di dalam supaya menyerah. Tak lama kemudian, seorang perwira tentara Jepang muncul. Setelah berbicara dengan Gabaldon, perwira tentara itu menerima untuk menyerah. Lebih dari delapan ratus tentara dan warga sipil menyerah kepada Gabaldon, yang kemudian menyerahkannya kepada pihak berwenang militer AS. Untuk usahanya ini, Gabaldon dikenal sebagai Peniup Seruling dari Saipan (The Pied Piper of Saipan - Dongeng anak: seorang yang membersihkan tikus dari kota dengan meniup seruling).

Gabaldon terus untuk menangkap lebih banyak tentara Jepang sampai dia terluka ketika menghadapi penyergapan senapan mesin oleh pasukan Jepang. Dia dinyatakan telah menangkap 1.500 personel musuh dan direkomendasikan untuk menerima Medal of Honor oleh komandannya, Kapten John Schwabe, yang mencatat bahwa Gabaldon seorang diri telah menangkap lebih dari sepuluh kali jumlah tahanan yang diambil oleh penerima Medal of Honor yaitu sersan Alvin C. York dalam Perang Dunia I. Meskipun kemudian Gabaldon hanya dianugerahi medali kehormatan Silver Star.

PASCA PERANG DUNIA II

Gabaldon menerima medali Honorable Discharge dari Korps Marinir karena telah mengalami luka di dalam pertempuran. Pemerintah Amerika Serikat memberikan kepadanya medali Silver Star dan kemudian menganugerahkan medali Navy Cross. Di samping Medal of Honor, medali ini (Silver Star) adalah medali penghargaan tertinggi militer di Korps Marinir '.

Kisah Gabaldon di Perang Dunia II menjadi terkenal ketika pada tahun 1957 menjadi bintang tamu “This is Your Life”, sebuah program televisi populer ditayangkan oleh NBC. Acara yang dibuat oleh Ralph Edwards menampilkan kisah hidup tokoh terkenal maupun orang-orang "biasa" yang telah memberikan kontribusi dalam berbagai cara untuk masyarakat.

Fakta bahwa Gabaldon telah menangkap setidaknya 1.500 tahanan Jepang telah diverifikasi pada program nasional oleh petugas intelijen Korps Marinir Kolonel Walter Layer, Kolonel John Schwabe, Mayor James Tinggi dan beberapa tamtama dari intelijen militer.

FILM “HELL TO ETERNITY”

Produser film Hollywood tertarik pada cerita Gabaldon dan pada tahun 1960 membuat film “Hell to Eternity” di mana tindakannya di pertempuran Saipan diabadikan. Dia diperankan oleh Jeffrey Hunter sebagai orang dewasa dan oleh Richard Eyer sebagai anak laki-laki. Gabaldon sendiri menjabat sebagai penasehat dalam film tersebut.

KUTIPAN MEDALI PENGHARGAAN NAVY CROSS

Gabaldon, GUY L.
Prajurit Satu, Korps Marinir AS (Cadangan)
Markas Besar, Resimen Marinir ke-2, Divisi Marinir ke-2
Tanggal Aksi :15 Juni - 1 Agustus 1944
Kutipan:
Medali Navy Cross dianugerahkan kepada Guy L. Gabaldon, Prajurit Satu, Korps Marinir AS (Cadangan), atas kepahlawanan yang luar biasa di dalam melayani Markas Besar dan kantor Pusat, Marinir Kedua, Divisi Marinir Kedua, dalam tindakan melawan pasukan musuh tentara Jepang di pulau Saipan dan pulau Tinian, kepulauan Mariana Utara, di daerah Pasifik Selatan, sejak tanggal 15 Juni hingga 1 Agustus 1944. Bertindak sebagai penerjemah bahasa Jepang untuk Divisi Marinir Kedua, Pratu Gabaldon menunjukkan keberanian luar biasa dan inisiatif seorang diri menangkap personil sipil dan militer musuh selama operasi militer di Saipan dan Tinian. Bekerja seorang diri di garis depan, dia berani memasuki gua musuh, kotak pertahanan, bangunan, dan hutan lebat, sering menghadapi tembakan musuh, dan berhasil tidak hanya memperoleh informasi militer penting, tapi juga menangkap lebih dari seribu pasukan dan warga sipil musuh. Melalui tindakannya yang gagah berani dan terhormat, Pratu Gabaldon memberikan kontribusi penting untuk keberhasilan pertempuran, dan melalui usahanya, sebuah tindakan kemanusiaan terhadap para tahanan sipil dapat dilakukan. Pengabdian berani dan inspirasinya untuk seluruh tugas mencerminkan keberhasilan tertinggi atas dirinya dan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Disetujui oleh Sekretaris Angkatan Laut pada tanggal November 23, 1960 (Upgrade dari Silver Star)

TAHUN SELANJUTNYA

Guy Gabaldon menjadi pembicara pada upacara di Pentagon untuk menghormati veteran Perang Dunia II keturunan Hispanik pada bulan September 2004.

Pada tahun 1970, Gabaldon pindah ke Saipan dengan istrinya di mana ia mendirikan sebuah bisnis makanan laut. Di sana dia menulis dan menerbitkan sendiri buku, Saipan: Pulau Bunuh Diri, juga kembali dicetak sebagai Amerika Dikhianati. Dia tinggal di Saipan selama 20 tahun.

Gabaldon kembali ke California pada tahun 1995 dan pindah ke Old Town, Florida pada tahun 2003. Pada September 2004 ia mendapat penghormatan oleh Pentagon, dalam sebuah upacara yang mengakui kontribusi para veteran keturunan Hispanik Amerika pada Perang Dunia II.

Berbagai organisasi telah meminta pemerintah Amerika memberikan Medal of Honor untuk Gabaldon, namun permintaan mereka telah ditolak. Setelah lobi dilakukan oleh komunitas Hispanik, kasus ini ditinjau ulang oleh Departemen Pertahanan sehingga medali penghargaan Gabaldon yaitu Navy Cross ditingkatkan dengan sesuai dengan rekomendasi awal yaitu menjadi Medal of Honor.

KEMATIAN

Pada tanggal 31 Agustus 2006, Gabaldon meninggal di Old Town, Florida karena penyakit jantung. Dia dimakamkan dengan penghormatan militer penuh di Arlington National Cemetery. Gabaldon meninggalkan seorang istri, Ohana. Putranya Guy Jr, Ray, Tony, Yoshio, Jeffrey dan Russell,. Putrinya Aiko, Hanako dan Manya.

Dua anggota keluarga "adopsi"-nya adalah aktor Lane Nakano dan kembaranya Lyle.

PENGHARGAAN DAN PENGAKUAN

Pada tanggal 23 November 1960, Pemerintah Amerika Serikat meningkatkan medali penghargaan Gabaldon dari Silver Medal ke Navy Cross. Di samping Medal of Honor, penghargaan ini (Navy Cross) adalah pengharagaan tertinggi militer di Korps Marinir '.

Selama hidupnya, Gabaldon menerima banyak penghargaan dan pengakuan, termasuk resolusi menghormati dia dari pemerintah kota Los Angeles, kota Chicago, dan pemerintah Persemakmuran Mariana Utara. Gabaldon juga penerima penghargaan Chesty Puller.

Pada tanggal 7 Juli 2006, Gabaldon menerima penghormatan dari Walikota Los Angeles, Antonio Villaraigosa dan seluruh Dewan Kota Los Angeles. Walikota dan Dewan Kota mengirim sebuah resolusi kepada Gedung Putih, meminta Medal of Honor untuk Gabaldon. Pada tahun yang sama, Komite Veteran Perang Dunia II di Washington, DC, sebuah organisasi terkemuka yang mempublikasikan veteran Perang Dunia II dan sejarahnya, menampilkan Gabaldon di sampul majalah triwulanan mereka. Gabaldon juga menerima penghormatan dari Dewan Nasional La Raza, sebuah organisasi nasional dan menjadi pembela hak-hak sipil keturunan Latin yang terkemuka, pada konferensi tahunan mereka di bulan Juli.

Selain film berjudul “Hell to Eternity” (Neraka ke Kekalan), yang menceritakan kisah kepahlawanan Gabaldon selama Perang Dunia II, produser Hollywood Steve Rubin juga membuat film dokumenter tentang Gabaldon berjudul “East L.A. Marine: the Untold True Story of Guy Gabaldon” (Marinir LA Timur: Kisah Nyata yang Tak Terungkap dari Guy Gabaldon). Aktor militer Henry Godines juga meliris sebuah potret penugasan, berjudul The Pied Piper of Saipan (Peniup Seruling dari Saipan), Guy Gabaldon. (wikipedia).

---

Guy Gabaldon seorang anak nakal terlantar yang terlibat dalam geng jalanan, melarikan diri dari rumah dan ditampung oleh keluarga orang asing (Nakano), diterima sebagai anggota keluarga. Kasih yang tulus dari keluarga keturunan Jepang ini begitu membekas di dalam hatinya, sehingga ketika diterjunkan dalam satu pertempuran besar, Gabaldon memilih untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan jiwa-jiwa musuhnya, satu keturunan dengan keluarga yang sudah lebih dahulu menyelamatkan hidupnya.

Kasih yang tulus dari keluarga Nakano terhadap Guy Gabaldon di Los Angeles Timur, bertahun-tahun kemudian di belahan bumi yang lain berbuah dengan keselamatan ribuan orang Jepang dari kebinasaan di dalam pertempuran yang mengerikan dan mematikan. Dari 31.000 tentara Jepang dan 25.000 penduduk sipil yang mempertahankan pulau Saipan, hampir semuanya tewas dalam pertempuran atau bunuh diri. Dan dari yang tersisa, 1500 orang berhasil diselamatkan karena kasih yang ditanamkan oleh keluarga Nakano di dalam hati seorang Prajurit Satu Marinir, Guy Gabaldon.

(disusun dan diterjemahkan dari berbagai sumber)

* * * * *

Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. (Yehezkiel 33:11)

Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1 Korintus 13:7)

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA