KEPADA SIAPA KITA SEHARUSNYA BERSAKSI?

Ketika menyalakan lilin di ruangan yang gelap, kita tidak bertanya, "Apakah kita akan menerangi sebagian ruangan saja?" Tidak, kita membiarkan terang itu bersinar sejauh yang dapat dicapainya. Demikian juga, saya kira, kita tidak perlu membatasi kesaksian kita kepada orang-orang tertentu saja. Kita harus membiarkan Allah memilih orang-orang yang akan mendengarkan kesaksian kita.

Dalam bahasa Yunani asli, Amamat Agung tidak benar-benar mengatakan, "Pergilah ke seluruh dunia", melainkan mengatakan, "Karena kamu hendak pergi ke seluruh dunia, sementara kamu melanjutkan cara hidupmu yang normal, beritakanlah Injil sejauh mungkin. Beritakanlah Injil--kepada setiap orang!" Allah tidak ingin seorang pun binasa (2Petrus 3:9)--pengemudi bus, gadis penjual es krim, atau siapa pun yang mungkin kita temui daiam hidup kita sehari-hari. Selalu ada kesempatan untuk memerhatikan orang lain dan kadang-kadang ada saat yang baik untuk bersaksi.

Saya tidak pernah tertarik untuk berdiri di kolam renang umum atau teater dan mulai berkhotbah. Yesus berkata bahwa kita harus "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" (Matius 10:16) ketika mendekati orang lain. Kita harus memilih waktu bersaksi kita dengan hati-hati. Kebijaksanaan membuat perkataan kita lebih efektif.

Bagaimana kita bisa mengetahui apakah orang itu terbuka untuk mendengar Injil? Ingatlah bahwa Roh Kudus adalah penerang. Yohanes 16 berkata bahwa Ia akan "menginsyafkan dunia akan dosa" (ay 8). Kita bukan berusaha menginsafkan orang itu; Roh Kuduslah yang melakukannya.

Saudara tidak bisa selalu mengatakan bahwa saatnya baik untuk bersaksi hanya dengan melihat wajah seseorang. Kadang-kadang orang mau mendengarkan dengan sopan waktu kita memberitakan Kristus, tetapi mereka sebenarnya memaksakan perhatian mereka. Petunjuk kunci tentang kesiapan untuk menerima Injil adalah pada mata. Mata telah disebut sebagai jendela bagi jiwa. Jika matanya bercahaya, jika matanya berkata ya, waktu itulah kita hendaknya memberitakan Kristus.

Sebaliknya, kalau kita melihat sikap permusuhan, jangan memaksa untuk bersaksi. Kita harus mencari jalan dengan sebaik-baiknya agar mundur dari pembicaraan itu, bahkan mungkin menjauhi orang itu. Jikalau orang tidak mau berbicara dengan kita, tentu itu hak mereka. Kalau mereka hanya tidak mau bicara soal Injil, kita perlu mencari jembatan menuju sesuatu yang suka mereka bicarakan, selama pembicaraan mereka tidak menyinggung kemuridan kita.

Kita perlu bersedia menanti saat yang tepat untuk memberitakan Injil. Saatnya akan tiba ketika telinga orang-orang akan siap mendengar. Mungkin mereka perlu mengalami sakit hati atau berkat yang besar, kehilangan atau sukacita. Sesuatu akan menawan perhatian mereka dan menyiapkan mereka untuk mendengar Injil.

Saya selalu heran, betapa Allah sering menempatkan mereka yang siap untuk mendengar itu di dekat kita. Saya duduk di pesawat terbang baru-baru ini di sebelah seorang pemuda yang dengannya saya tidak berminat untuk berbicara. Ini bukan salahnya; saya hanya letih karena suatu pertemuan yang lama yang saya adakan di sebuah kota yang jauh dan saya tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Saya sedang berusaha menutup muka dengan sebuah buku ketika saya mengetahui bahwa pemuda ini sedang menangis. Apa yang dapat saya lakukan?

Saya mulai berbicara dengan dia dan akhirnya tahu bahwa pada hari sebelumnya, seluruh keluarganya--ibu, ayah dan saudara perempuannya --telah tewas dalam suatu kecelakaan mobil. Ini adalah pemuda, yang menurut ceritanya kepada saya, tidak mempunyai banyak waktu bagi Allah. Tetapi sekarang ia siap mendengar. Saya katakan padanya bahwa ada seseorang yang memerhatikannya--Yesus Kristus. Di udara dengan ketinggian 30.000 kaki saya mulai membuka Alkitab dan menyampaikan kepadanya beberapa bagian terkenal tentang penghiburan dan perhatian Kristus. Kemudian ia menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.

Allah mengirimkan orang-orang kepada kita pada saat yang tepat. Jika kita awas terhadap saat-saat itu, betapa Allah bisa memakai kita!

Sumber diambil dan diedit dari:

Judul buku : Pola Hidup Kristen
Judul artikel : Kepada Siapa Kita Seharusnya Bersaksi?
Penulis : Calvin Miller
Penerbit : Gandum Mas, Malang; YAKIN, Surabaya; dan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 1013--1015

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA