B A N J I R
Bulan Januari 2014 ini diwarnai dengan musibah nasional yaitu bencana banjir. Jakarta dan daerah sekelilingnya banjir, kota-kota di sepanjang pantura banjir, termasuk Manado juga dilanda banjir dan tanah longsor. Selain hujan deras tidak henti-hentinya turun mengguyur pulau Jawa dan sekitarnya, juga karena adanya pengaruh bulan yang posisinya dekat dengan bumi yang gaya tariknya menyebabkan air laut pasang naik dan memperparah banjir yang terjadi.
Sudah seminggu Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir tapi rumah saya masih aman terbebas dari banjir. Ketika hujan terus menerus turun dengan lebatnya, akhirnya hari Sabtu pagi air mulai menggenang dan naik di jalan. Ini adalah banjir yang besar, karena kalau di perumahan kita benjir maka di perumahan yang lebih rendah air bisa mencapai atap rumah.
DOA SEPAKAT
Karena hujan terus mengguyur dan mulai menyentuh carport, kita sekeluarga cemas juga. Kemudian kita membuat mezbah keluarga, memuji Tuhan dan berdoa sepakat. Kita sekeluarga berpegangan tangan dan berdoa, “Tuhan Yesus sesuai dengan Firmanmu dalam Matius 18:19 yang berkata ‘jika dua orang di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka akan dikabulkan oleh Allah Bapa yang di sorga’, dan sekarang ini kami semua bapak, mamah, mas Yezki, kak Yema, dek Yere sepakat meminta supaya air banjir berhenti naik, rumah tidak kebanjiran dan cepat kering. Terima kasih Tuhan Yesus, karena janji FirmanMu sudah terjadi - Allah Bapa di surga SUDAH MENGABULKAN permintaan Doa Sepakat kami ini sesuai dengan Markus 11:24. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin"
"Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:19)
"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24)
Puji Tuhan, setelah itu air berhenti dan tidak naik lagi bahkan jalan di depan rumah jam 12 siang sudah kering. Tapi di perumahan-perumahan sebelah air banjir masih tinggi sehingga mereka mengungsi di gedung serbaguna di perumahan kita.
Pagi hari waktu air masih menggenang kita berkeliling memeriksa daerah sekitar perumahan, dan melihat keluarga-keluarga dari perumahan sebelah mulai berdatangan ke gedung serbaguna. Mereka semua kelelahan dan sangat tertekan karena harus meninggalkan rumahnya yang terendam banjir dan tinggal di tempat penampungan bersama dengan banyak orang lain.
NASI BUNGKUS FOR REFUGEES
Ketika melihat mereka datang berkumpul dan mengatur tempatnya, pada waktu Tuhan menggerakkan hati kita dengan perkataan, “Kamu harus memberi mereka makan!” (Lukas 9:13). Karena jumlahnya tidak ribuan seperti yang dihadapi para murid Tuhan Yesus, kita langsung “hunting” untuk membeli nasi uduk dari warung-warung yang masih buka sampai terkumpul 100 bungkus beserta gorengan-gorengan dan air mineral. Puji Tuhan, makanan dan minuman sederhana itu membantu para pengungsi untuk mengisi perut dan menenangkan hati mereka.
Ketika hari mulai siang, keluarga-keluarga yang datang semakin banyak dan selain menempati gedung serbaguna juga menempati masjid yang letaknya agak tinggi. Kalau selama ini kita melihat pengungsi banjir di tayangan TV, sekarang ini kita melihat sendiri keadaan mereka, dan Tuhan tetap meminta satu hal, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kembali kita mencari membeli nasi bungkus di warung-warung sekitar perumahan untuk makan siang dan makan malam.
Kita tidak bisa menyelesaikan semua hal, tetapi Tuhan menunjukkan satu hal yang bisa kita lakukan - dan sekarang ini yang mendesak adalah nasi untuk mengganjal perut yang lapar dan kedinginan. Kita tidak memberikan mie instan atau beras karena di situ tidak ada dapur umum, dan pengungsi di sini luput dari perhatian ataupun bantuan pemerintah.
Malam hari hujan lebat turun kembali, dan pengungsi mulai bertambah. Selain pengungsi warga umum, ternyata ada juga jemaat-jemaat yang rumahnya direndam banjir. Ada yang mengungsi di rumah majelis yang lebih tinggi dan ada juga yang bertahan di rumah untuk menjaga barang-barang yang ditinggalkan. Untuk anggota jemaat, kita membuat dapur umum dan sekali memasak membuat ratusan nasi bungkus untuk jemaat yang mengungsi maupun untuk diantarkan ke rumah-rumah jemaat yang masih ditinggali.
Sekarang yang kita hadapi adalah “medan pertempuran” yang semakin luas, dan pada saat itu saya memahami jawaban Filipus kepada Tuhan Yesus ketika diminta untuk memberi orang-orang makan, “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (Yohanes 6:7). Tapi tetap Tuhan mengingatkan mujizat yang pernah dibuatNya yaitu lima roti dan dua ikan diberkati Tuhan untuk memberi makan lima ribu orang, sehingga kita tetap melakukan bagian kita untuk hunting nasi bungkus dan menopang dapur umum di rumah majelis.
Malam itu Tuhan mengingatkan kita untuk membuka sumber-sumber daya dengan mengirimkan BBM dan SMS ke saudara dan keluarga dengan thema: “Nasi Bungkus for Refugees.” Puji Tuhan, Tuhan membuka hati anak-anak Tuhan untuk menopang “Nasi Bungkus for Refugess” ini, termasuk bu Naomi. Terima kasih banyak untuk semua dukungan doa dan dana sehingga tetap tersedia “Nasi Bungkus for Refugees” sampai hari ini.
Kalau kita melihat bencana nasional yang ditayangkan di TV, kita merasa sangat kecil dan lemah untuk bisa menolong mereka. Sekalipun begitu Tuhan mengijinkan kita untuk terlibat membagikan kasih Kristus untuk orang-orang di sekitar kita, dan itu adalah bagian yang bisa kita lakukan. Kita tidak diminta Tuhan untuk menolong orang yang menderita di seluruh dunia, tapi Tuhan pasti memampukan kita untuk membagikan kasih kepada satu orang yang ada di samping kita yang sedang membutuhkan bantuan.
SUKACITA SEJATI
Hari Sabtu malam hujan lebat kembali turun mengguyur semalam-malaman, dan malam itu saya tidak bisa tidur, sebentar-sebentar melihat keluar jendela memeriksa jalan. Dan ternyata kekuatiran saya terbukti di mana air kembali naik dan terus semakin tinggi. Selain menggenangi jalan, juga mulai menyentuh carport.
Pagi-pagi saya membangunkan seluruh keluarga dan kembali membangun mezbah keluarga, memuji Tuhan dan mengucapkan Doa Sepakat. Hujan benar-benar lebat, sehingga setelah doa sepakat, kita semua membaca Alkitab dengan bersuara (Petir Firman) pasal demi pasal. Puji Tuhan, sebentar kemudian hujan berhenti dan genangan banjir tidak bertambah tinggi.
Ketika hujan berhenti, anak saya datang mendekat dengan mata berbinar-binar berkata, “Pak, aku boleh maen air yah?” Melihat itu saya cukup kaget karena apa yang kita pikir sama sekali berbeda dengan apa yang dipikirkan anak-anak. Rupanya mereka bersemangat ketika melihat banyak air melimpah mengepung rumah. Mereka sama sekali tidak cemas atau kuatir tapi justru senang karena seumur-umur belum pernah melihat banjir di depan rumahnya.
Dengan terpaksa kita mengijinkan anak-anak untuk main banjir sekalipun sebagai orang tua ada banyak kekuatiran, baik itu mengenai air yang kotor, penyakit, kuman, binatang dan lain sebagainya. Tapi rupanya anak-anak sama sekali tidak terpengaruh oleh semua itu, dan tetap ada sukacita yang luar biasa melihat air yang tiba-tiba datang mengepung rumah.
Mulai satu persatu sepeda diturunkan di air, dan mereka main sepeda, main bola, main kapal-kapalan dan semua keceriaan tertumpah di sana. Ketika istri mengawasi dengan cemas, saya minta dia untuk ikut merasakan sukacita yang mereka alami. “Kalau nanti sakit bagaimana?” tanya istri. Saya menjawab, “Kalau sakit dibawa ke dokter dan diobati. Tapi percaya saja, hati yang gembira adalah obat yang manjur!” Dan kemudian kita juga bisa menikmati sukacita anak-anak yang diberkati Tuhan Yesus tempat bermain yang sangat luas.
Rupanya hal ini juga yang terjadi tempat penampungan pengungsi. Anak-anak yang berkumpul tidak ada satu pun yang murung atau kuatir akan diri mereka. Semuanya bersukacita bermain bersama teman-temannya, dan orang tua yang melihat ikut larut menikmati sukacita mereka. Itu adalah cara Tuhan yang ajaib untuk tetap memberikan semangat kepada orang-orang tua yang sedih karena meninggalkan rumah dan harta benda yang terendam banjir. Ketika anak-anak membangkitkan semangat dengan selalu memperlihatkan sukacita, maka orang-orang tua bisa menanggung semua masalah dan penderitaan yang sedang dihadapi. Benar-benar sebuah cara motivasi yang ajaib dari Tuhan, tanpa perlu membuat seminar motivasi ... :D :D
"Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya" (Amsal 18:14)
KUASA DOA SEPAKAT
Hari Senin diberkati Tuhan dengan matahari yang bersinar, sehingga air cukup cepat surut di perumahan kita, walaupun di perumahan sebelah banjir masih cukup dalam dan warganya masih tinggal di tempat penampungan. Di hari cerah kita bisa mulai membersihkan jalan dari lumpur dan bertemu dengan teman-teman dari perumahan yang lain. Ada satu teman yang berkata bahwa banjir ini adalah pertama kali dialami selama 25 tahun dia tinggal di sini, di mana air depan rumahnya sampai selutut.
Pada saat mendengar ceritanya, saya kaget karena perumahan saya lebih rendah dari perumahan tempat dia tinggal. Seharusnya, jika di depan rumahnya air banjir setinggi lutut, air di rumah kita akan sangat tinggi masuk di dalam rumah - tapi selama banjir besar hari Sabtu pagi dan Minggu pagi, air hanya sampai di sebagian carport. Menurut hukum fisika ini tidak masuk akal, karena semua tempat terendam banjir dan permukaan air itu rata! Tapi pada saat itu Tuhan berfirman, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37)
Kita sama sekali tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi sampai mendengar cerita dari teman-teman di perumahan yang lebih tinggi. Semuanya kebanjiran, dan pada saat itu rumah kita seperti pulau tetapi air tidak masuk ke rumah, dan keluarga kita yang tidak mengungsi di antara rumah-rumah di gang kita. Sekalipun menurut logika pasti rumah kita terandam banjir cukup dalam, tapi ternyata Tuhan menunjukkan kuasanya yang nyata yaitu, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil." Allah Bapa menjawab Doa Sepakat yang kita ucapkan bersama-sama supaya “Air banjir berhenti naik, rumah tidak kebanjiran dan cepat kering.”
BELAJAR KEPADA TUHAN YESUS
Hari Selasa di hari, hujan lebat turun sampai siang tapi banjir justru semakin surut. Di tempat penampungan keluarga-keluarga masih ada yang tinggal dan Tuhan masih tetap memelihara mereka semua secara ajaib.
Dua minggu ini Tuhan mengijinkan kita untuk ikut merasakan banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya, dan ini adalah pertama kalinya kita mengalami banjir besar setelah 22 tahun tinggal di daerah ini. Di tengah bencana nasional ini, Tuhan memberikan pelajaran demi pelajaran yang sangat berharga untuk saya dan keluarga, bahwa kita memiliki Allah yang ajaib dan nyata. Tuhan ingin kita mengalami sendiri satu persatu kebenaran FirmanNya baik dalam hal berharap pada Tuhan, bersyukur dan menikmati hari-hari dengan penuh sukacita tanpa kekuatiran.
"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Matius 11:29)
Di tengah kesuraman, Tuhan ingin agar kita bisa membagikan kasih, sukacita dan pengharapan kepada semua orang - bahkan Tuhan sendiri akan memperlengkapi semua yang diperlukan sehingga kita bisa turut menanggung beban sesama kita. Ada satu hal penting yang kita dapat dari Tuhan Yesus, yaitu semua yang kita alami ada di dalam rancangan yang sangat teliti dari Allah Bapa dan semuanya adalah semata-mata untuk kebaikan kita. Ada satu ciri khas dari Tuhan yang membuat saya selalu kagum yaitu, Tuhan mengubah kutuk menjadi berkat.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)
Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.
GBU
(Indriatmo)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA