Penyaliban dan Nubuat Perjanjian Lama
Jika kita perhatikan rumitnya drama peristiwa penyaliban Yesus, kita melihat ada beberapa hal yang luar biasa terjadi sehingga ucapan-ucapan nubuat Perjanjian Lama digenapi hingga ke detail yang paling kecil.
1. Perjanjian Lama mengatakan bahwa Mesias akan dilahirkan bagi bangsa-bangsa lain.
Pertama-tama, Perjanjian Lama mengatakan bahwa Mesias akan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain ("anjing-anjing" atau "gerombolan penjahat") untuk dihakimi (Mzm. 22:16, AYT). Dalam perjalanan sejarah, Yesus memang diadili pada masa pendudukan Romawi di Palestina. Bangsa Romawi mengizinkan penguasa dari daerah-daerah taklukannya untuk memiliki kedaulatan dalam tingkat tertentu, tetapi tidak mengizinkan mereka menjatuhkan hukuman mati sehingga orang-orang Yahudi tidak memiliki wewenang untuk menghukum mati Kristus. Satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan adalah bertemu di Mahkamah Agama dan membawa Yesus ke hadapan Pontius Pilatus, gubernur Romawi, dan memintanya untuk melaksanakan eksekusi. Jadi, Yesus diserahkan dari umat-Nya sendiri kepada orang-orang bukan Yahudi -- mereka yang berada "di luar perkemahan". Dia diserahkan ke tangan orang-orang kafir yang tinggal di luar wilayah yang diterangi wajah Allah, di luar lingkaran cahaya wajah-Nya.
2. Tempat eksekusi Yesus berada di luar Yerusalem.
Kedua, lokasi eksekusi Yesus berada di luar kota Yerusalem. Setelah Yesus diadili oleh bangsa-bangsa lain dan dijatuhi hukuman mati, Dia dibawa keluar dari tempat pengadilan, ke Via Dolorosa, dan ke luar tembok kota. Seperti halnya kambing untuk kurban penghapus dosa yang digiring ke luar perkemahan, Yesus dibawa ke luar Sion, ke luar dari kota suci -- pusat hadirat Allah. Dia dikirim kepada kegelapan.
3. Metode kematian Yesus: Dia akan digantung di atas sebuah pohon -- sebuah salib yang terbuat dari kayu.
Ketiga, sementara orang Yahudi mengeksekusi orang yang bersalah dengan merajam mereka, orang Romawi melakukannya dengan cara disalib. Hal ini menentukan metode kematian Yesus: Dia akan digantung di atas pohon -- salib yang terbuat dari kayu. Alkitab tidak mengatakan, "Terkutuklah orang yang dirajam," tetapi, "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib." (Galatia 3:13, AYT)
4. Ketika Yesus disalibkan, terjadilah suatu kekacauan astronomi.
Keempat, ketika Yesus disalibkan, terjadilah sebuah kekacauan pada benda-benda langit. Saat itu, hari menjadi gelap pada tengah hari, dan kegelapan itu menyelimuti bumi. Entah bagaimana hal itu terjadi, mungkin saja sinar matahari terhalang oleh gerhana, seolah-olah Allah menutupi cahaya wajah-Nya.
Di tengah-tengah kegelapan yang begitu pekat, Yesus berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Ini adalah salah satu ucapan paling mencolok yang keluar dari bibir Yesus ketika Dia berada di atas kayu salib, dan ada berbagai macam interpretasi tentang hal itu. Albert Schweitzer mengatakan bahwa seruan itu adalah bukti positif bahwa Yesus mati dalam kekecewaan. Menurut Schweitzer, Yesus berharap Allah akan membebaskan-Nya, tetapi Allah mengecewakan-Nya di saat-saat terakhir sehingga Yesus mati sebagai pahlawan yang tragis dalam drama Shakespearean. Penafsir lainnya memperhatikan bahwa ucapan ini ditemukan kata demi kata dalam Mazmur 22 dan mereka menyimpulkan bahwa Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan Hamba yang Menderita dalam Mazmur 22, dan membaca puisi pada saat kematian-Nya. Namun, hal itu mengabaikan semua indikasi dari para algojo Yesus, tempat eksekusi-Nya, cara eksekusi-Nya, kegelapan yang menyelimuti yang dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus berseru kepada Bapa-Nya karena Dia benar-benar telah ditinggalkan oleh-Nya.
Tanda dari perjanjian yang lama adalah sunat. Pemotongan kulup ini memiliki dua arti; satu positif dan satu negatif yang berhubungan dengan dua sanksi. Dari sisi positifnya, pemotongan kulup melambangkan bahwa Tuhan mengkhususkan sekelompok orang dari kelompok-kelompok yang lain, Dia memisahkan mereka dan membuat mereka menjadi bangsa yang kudus. Sisi negatifnya adalah bahwa orang Yahudi yang menjalani sunat mengatakan, "Oh, Tuhan, jika saya gagal menaati setiap ketentuan perjanjian ini, biarlah saya terpisah dari-Mu, terpisah dari hadirat-Mu, terpisah dari cahaya wajah-Mu, terpisah dari berkat-Mu, seperti halnya saya sekarang telah memotong kulup tubuh saya secara ritual."
Salib adalah sunat yang paling utama. Ketika Yesus menanggung kutuk ke atas diri-Nya dan menyamakan diri-Nya dengan dosa kita sehingga Dia menjadi kutuk, Allah memotong-Nya, dan memang seharusnya demikian. Pada saat Kristus menanggung dosa dunia, sosok-Nya di atas kayu salib adalah kumpulan dosa yang paling mengerikan dan paling vulgar dalam sejarah dunia. Allah terlalu kudus untuk memandang kejahatan sehingga ketika Kristus tergantung di kayu salib, Bapa seolah-olah memalingkan wajah-Nya. Dia memalingkan wajah-Nya dan Dia menyingkirkan Anak-Nya. Yesus (yang dalam natur-Nya sebagai manusia telah berada dalam hubungan yang sempurna dengan Bapa, serta diberkati oleh-Nya selama masa pelayanan-Nya) kini menanggung dosa umat Allah, dan karena itu Dia ditinggalkan oleh Allah.
Bayangkan betapa menderitanya hal itu bagi Kristus. Thomas Aquinas berpendapat bahwa selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus tetap berada dalam persekutuan yang intim dengan Bapa-Nya. Aquinas berspekulasi bahwa Beatific Vision, visi kemuliaan Allah yang disingkapkan, adalah sesuatu yang dinikmati Yesus setiap menit dalam hidup-Nya hingga di kayu salib, ketika cahaya itu dilenyapkan. Dunia terjerumus ke dalam kegelapan, dan Kristus terkena kutukan murka Allah. Mengalami kutuk, menurut kategori Yahudi, berarti mengalami apa artinya ditinggalkan.
Saya pernah mendengar khotbah tentang paku dan duri. Memang, penderitaan fisik dari penyaliban adalah hal yang mengerikan. Namun, ribuan orang telah mati di kayu salib, sementara yang lainnya mengalami kematian yang lebih menyakitkan dan menyiksa daripada itu. Akan tetapi, hanya Dia yang menerima kutukan Allah secara penuh ketika berada di atas kayu salib. Karena itu, saya bertanya-tanya, apakah Yesus bahkan menyadari adanya paku dan duri. Dia diliputi oleh kegelapan eksternal. Ketika berada di atas kayu salib, Yesus sedang berada di neraka. Secara harfiah, Yesus benar-benar kehilangan kasih karunia dan hadirat Allah; Dia benar-benar terpisah dari semua berkat Bapa. Yesus menjadi kutuk bagi kita sehingga suatu hari nanti kita dapat melihat wajah Allah. Allah memalingkan wajah-Nya dari Anak-Nya, agar cahaya wajah-Nya dapat menyinari kita. Tidak heran jika Yesus berteriak dari kedalaman jiwa-Nya.
5. Yesus berkata, "Sudah selesai!"
Akhirnya, Yesus berkata, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30b, AYT). Apa yang sudah selesai? Hidup-Nya? Rasa sakit karena paku yang menembus tangan dan kaki-Nya? Tidak. Cahaya itu telah menyala kembali; wajah Allah telah kembali menyinari-Nya sehingga Yesus dapat berkata, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Lukas 23:46b, AYT).
Kenyataan pahitnya adalah: jika Yesus tidak ditinggalkan di kayu salib, kita masih berada di dalam dosa-dosa kita. Kita tidak memiliki penebusan, tidak memiliki keselamatan. Inti dari salib adalah agar Yesus menanggung dosa-dosa kita dan menanggung sanksi-sanksi perjanjian. Untuk melakukan hal itu, Dia harus ditinggalkan. Yesus menundukkan diri-Nya pada kehendak Bapa-Nya dan menanggung kutuk, agar kita, umat-Nya, dapat mengalami berkat yang sejati. (t/Yosefin).
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Ligonier.org |
Alamat situs | : | https://www.ligonier.org/learn/articles/crucifixion-and-old-testament-prophecy?srsltid=AfmBOoraWBspSKN5DvBLVND42aoJu3HOBusTDSIIpwG8U_jq4hGBOOgH |
Judul asli artikel | : | The Crucifixion and Old Testament Prophecy |
Penulis artikel | : | R.C. Sproul |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA