Pentingnya Hidup Manusia bagi Tuhan
Dalam Roma 5 ini, dalam ayat-ayat yang kita baca ada tekanan yang sangat besar dari Paulus, mengenai kerelaan Kristus untuk mati. Mengapa Kristus rela datang, lalu Dia mati bagi kita? Ini jadi penjelasan yang mau dibahas Paulus. Dan, untuk memahami ini, kita mesti mengerti apa yang menjadi tekanan dalam firman Tuhan bagi Israel. Tuhan mengajar Israel untuk mengerti nilai hidup. Hidup itu sangat penting, dan itu sebabnya Tuhan memanggil Israel. Sebab Tuhan menciptakan manusia supaya manusia hidup. Dan, hidup yang Tuhan berikan ini adalah hidup yang berkait dengan Tuhan. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan bahwa hidup yang Dia peroleh adalah hidup dari Bapa. Dan, hidup yang Dia peroleh dari Bapa inilah hidup yang ingin Dia bagikan kepada orang-orang percaya. Jadi, dalam pengertian Kristus, di Injil Yohanes, hidup tidak bisa dipisah dari relasi dengan Tuhan. Tidak ada hidup yang muncul dari diri sendiri, tidak ada auto hidup. Tidak ada manusia yang diciptakan dengan kemampuan hidup yang muncul dari diri-Nya sendiri. Jadi, kita perlu mendefinisi ulang mengenai arti hidup. Hidup bukan cuma sekadar energi atau kemampuan untuk bertahan di dunia ini, melainkan hidup adalah sesuatu yang kita peroleh dari Tuhan. Itu sebabnya momen ketika manusia terpisah dari Tuhan, manusia dalam keadaan mati bukan hidup. Hidup yang diajarkan dalam Kitab Suci adalah hidup karena berkait dengan Tuhan. Salah satu tema penting dalam pembahasan doktrin Tritunggal Gregory dari Nissa adalah pengertian bahwa dalam relasi Tritunggal ada aktivitas saling memberi. Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi dari Allah Tritunggal yang saling memberi. Maka, inilah pengertian hidup, hidup adalah ketika satu pribadi mencurahkan diri-Nya bagi pribadi yang lain, itu hidup. Hidup tidak mungkin dilakukan dalam keadaan pasif, hidup hanya mungkin dilakukan dalam relasi yang aktif. Ini dimiliki dalam Allah Tritunggal, dan inilah yang dibagikan Allah Tritunggal kepada manusia. Manusia tidak bisa hidup dengan sendiri-Nya, banyak contoh yang bisa kita pahami. Saudara lihat alat elektronik tidak mungkin hidup kalau tidak disambungkan dengan listrik, misalnya. Demikian manusia tidak mungkin hidup jika tidak ada koneksi dengan Allah. Maka, seluruh Perjanjian Lama membahas ada 2 hal penting.
Hal pertama yang dibahas oleh Perjanjian Lama adalah pentingnya hidup. Dari bagian awal penekanannya adalah hidup, jangan mati. "Jangan makan buah, kalau tidak kamu pasti akan mati". Penekanan hidup ini juga yang diberikan oleh Tuhan ketika Tuhan memberikan hukum. Dalam hukum ada pengertian bahwa hidup itu penting. Dan, hidup bukan cuma sekadar bertahan hidup, tetapi hidup dalam lingkungan yang penuh kelimpahan. Hidup itu penting, maka Tuhan berikan hukum. Karena hidup itu penting, maka Tuhan melarang ada pembunuhan, "kamu tidak boleh membunuh". Dalam Kitab Taurat, itu jelas sekali: "thou shall not commit murder", ini sesuatu yang kita tidak boleh salah mengerti. Tuhan tidak mengatakan tidak boleh membuat mati, yang Tuhan katakan adalah tidak boleh membunuh. Pembunuhan tidak sekadar hanya membuat mati. Pembunuhan dalam Bahasa Inggris lebih jelas murder, bukan hanya sekadar membuat yang tadinya hidup menjadi mati. Alkitab melarang pembunuhan karena hidup itu penting. Tidak ada orang yang membaca Alkitab lalu meremehkan hidup, itu salah baca. Semakin membaca Alkitab, semakin sadar hidup itu penting, semakin sadar saya penting, orang lain juga penting, milik saya penting, milik orang lain juga penting. Dan, itu sebabnya Tuhan melarang ada pencurian. Mengapa tidak boleh mencuri? Karena milik orang lain itu penting. Alkitab melatih kita untuk melihat hidup itu penting, adil dalam hidup ini penting, menghargai hidup dalam hidup ini penting, menghargai milik orang lain dalam hidup ini penting. Dan kalau kita tidak dapat pengajaran itu, kita salah mengerti Kekristenan. Alkitab mengajarkan kamu harus hargai hidup orang lain. Kamu harus hargai orang lain dalam usahanya untuk hidup, kamu harus menghargai sesamamu dan kepemilikan yang Tuhan percayakan kepada mereka. Jadi, makin baca Kitab Suci makin sadar bahwa tidak ada highview of life di luar Alkitab. Pandangan terhadap hidup yang tinggi hanya mungkin dari Kitab Suci.
Ajaran agama akan memengaruhi kita melihat hidup. Begitu Saudara percaya teori hidup yang ngawur, Saudara juga akan salah hidup. Jika Saudara percaya manusia setelah hidup akan mati, lalu hidup lagi, ber-reinkarnasi, maka Saudara tidak akan menghargai hidup yang sekarang. Hidup begitu penting karena tidak ada second chance, tidak ada cara kedua untuk menghidupi hidup dari lahir sampai mati. Semua yang kita kerjakan dalam hidup ini harus dikerjakan dengan pandangan yang tinggi terhadap hidup. Siapa yang bisa mengajarkan kita pandangan tinggi itu? Hanya Tuhan. Maka, kalau Saudara membaca narasi dari Kitab Suci, Saudara akan sadar bahwa Tuhan mengajar lewat perkataan, peringatan, contoh-contoh kasus, cerita bahwa hidup itu sangat penting. Bukankah Tuhan menjanjikan hidup yang berkelimpahan kepada Israel? Dan, hidup yang berkelimpahan itu terjadi kalau setiap individu dalam kerajaan Israel menaati hukum Tuhan. Sering kali kita memperlakukan hukum itu sebagai bentuk ujian untuk kelulusan pribadi di hadapan Tuhan. Maka, meskipun peraturan di Taurat itu kelihatan absurb dan aneh, jalani saja, karena ini untuk dinilai oleh Tuhan. Jadi, Taurat adalah untuk kita dinilai di hadapan Tuhan, itu salah. Taurat diberikan supaya janji Tuhan kena ke Israel. Karena kalau setiap individu di kerajaan itu menaati Taurat, kerajaan itu akan menikmati hidup limpah yang Tuhan janjikan. Bayangkan sebuah masyarakat di mana tidak ada orang yang mencuri, tidak ada orang yang berzinah, tidak ada orang yang membunuh, tidak ada orang mendengki, tidak ada orang yang tidak berbelas-kasihan, masyarakat seperti itu sangat indah. Kenikmatan hidup terjadi karena lingkungan yang baik, yaitu lingkungan yang menghargai hidup. Bagaimana menghargai hidup jika kita mengabaikan perlunya lingkungan yang baik untuk seseorang hidup. Ini sebabnya Hukum Taurat diberikan supaya orang Israel mengerti "jika saja semua kamu menaati Taurat maka janji Tuhan tidak mungkin tidak jadi, kamu akan mengalami damai, ketenangan, sukacita", itu yang akan terjadi. Dan, Tuhan akan hukum dengan keras. Kalau ada orang melanggar, dia harus disingkirkan dari komunitas karena dia akan menjadi parasit yang menghancurkan seluruh komunitas. Jadi, penilaian terhadap hidup di Perjanjian Lama sangat tinggi. Tuhan melatih orang untuk sadar Tuhan mencintai manusia, Tuhan menginginkan mereka hidup dengan limpah, dan Tuhan menjanjikan kelimpahan itu melalui ketaatan kepada firman. Di bagian lain, Tuhan juga menyatakan dengan sangat indah tentang penghargaan terhadap hidup, Tuhan mengatakan bahwa Dia menetapkan atau memberikan rancangan supaya Israel hidup. Rancangan-rancangan Tuhan adalah rancangan yang penuh kedamaian, penuh sukacita, penuh kelimpahan. Namun, rancangan ini seperti terhalang oleh karena Israel menolak datang kepada Tuhan. Maka, di Perjanjian Lama, di satu sisi ada penekanan terhadap pentingnya hidup, hidup sangat bernilai. Sangat salah kalau kita menghidupi kehidupan Kristen dan mulai berpikir "saya tidak melihat hidup itu penting, lebih baik saya segera mati". Keinginan untuk mati adalah keinginan yang sangat bodoh, karena ingin mati tanpa tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan setelah kematian adalah spekulasi bodoh yang dilakukan oleh orang yang tidak berpikir lagi. Maka, Saudara setiap kali kita mengenal Tuhan atau setiap kali kita bertambah dalam pengenalan akan Tuhan, kita juga akan bertambah dalam penghargaan terhadap hidup. Sebaliknya, semakin kita tidak mengenal Tuhan maka semakin kita memandang hidup dengan cara yang makin rendah. Akhirnya, banyak hal yang salah dalam kehidupan manusia, penghargaan ini tidak muncul kalau kita tidak kenal Tuhan. Demikian juga penghargaan terhadap orang tua, mengapa orang tua yang sudah tidak bisa apa-apa lagi tidak dimatikan saja? Alkitab mengatakan: "tidak". Tuhan menghargai hidup bukan hanya karena apa yang bisa dihasilkan dalam hidup, tetapi karena Tuhan menghargai hidup itu sendiri. Itu sebabnya anak-anak mesti menghormati orang tua dan bentuk penghormatan kepada orang tua itu bukan setelah orang tua mati. Bentuk penghormatan kepada orang tua juga bukan dalam bentuk ketaatan mutlak kepada orang tua. Saudara harus menaati Tuhan bukan orang tua, orang tua melawan Tuhan, Saudara tidak diwajibkan bahkan tidak diperbolehkan taat kepada orang tua. Namun, taat dan tidak taat, tidak boleh dinyatakan dengan sifat yang membangkang atau sikap meremehkan, Saudara tetap memelihara rasa hormat, kagum, sungkan, maka Saudara boleh tidak setuju, tetapi ketidaksetujuan dinyatakan dengan segala perasaan rendah hati, bukan sombong. Penghormatan kepada orang tua dilakukan dengan perasaan hormat, terutama ketika orang tua sudah berada dalam usia yang yang sudah tua, sudah tidak bisa melakukan apa-apa, anak harus menghormati orang tua, memberikan support, topangan, perhatian, pemeliharaan bagi orang yang dalam masyarakat sudah tidak ada perlunya lagi untuk berada. Tidak ada penghargaan terhadap hidup kecuali penghargaan itu digali dari Kitab Suci, direnungkan dan diterapkan melalui kebenaran Kitab Suci. Tidak ada negara yang tidak dipengaruhi oleh judeo christian tradition yang akan sembarangan meremehkan hidup.
Maka, baca Taurat kita sadar hidup itu penting, tetapi waktu kita lihat Kitab Taurat kita juga sadar bahwa segala pentingnya hidup, segala indahnya hidup, berhenti pada saat kematian. Dalam Perjanjian Lama, tidak ada pembicaraan tentang hidup setelah kematian, kecuali pembicaraan yang negatif. Setelah hidup itu diakhiri oleh kematian seperti semuanya berakhir dengan sangat kasar. Maka, waktu membaca Perjanjian Lama, dua hal ini seperti kontra, hidup itu penting, tetapi hidup itu berakhir, hidup itu penting, tetapi kematian merusakannya sehingga membaca seluruh Kitab Suci membuat Saudara punya perasaan mau bergumul terus. Waktu kita membaca Perjanjian Lama, kita sadar ada pergumulan yang sepertinya bertentangan, hidup itu penting di satu sisi, tetapi hidup itu akan berakhir di sisi lain. Hidup itu sangat penting, tetapi hidup itu berakhir. Itu sebabnya Perjanjian Lama mengingatkan bahwa hidup itu sangat penting, tetapi unsur utama dalam hidup adalah satu dengan Tuhan. Hidup itu sangat penting dan hidup punya pengertian satu dengan Tuhan, maka kita mesti tafsirkan ulang arti hidup. Hidup bukan hidup yang kita jalani sendiri otomatis, hidup adalah pemberian Tuhan karena Tuhan menginginkan adanya relasi antara kita dengan Tuhan. Tuhan dan manusia satu, Tuhan dan manusia bersekutu, itulah hidup. Tanpa Tuhan tidak ada hidup, tanpa Tuhan dijadikan bagian utama dalam hidup, Saudara dan saya tidak mempunyai hidup. Jadi, hidup berarti karena ada Tuhan. Alkitab memberikan penjelasan yang sangat clear, tanpa Tuhan hidup itu kosong, tetapi banyak orang lambat untuk mengerti ini sehingga berpikir dalam kesenangan yang dia miliki sekarang, dia sudah menjalankan hidupnya tanpa Tuhan. Namun, Alkitab mengatakan hidup itu tidak ada tanpa Tuhan. Kesenangan mengalami persatuan dengan Tuhan itu adalah kesenangan yang tak tergantikan. Saudara tidak bisa gantikan Tuhan dengan yang lain, Tuhan tidak tergantikan. Alkitab memberikan pengajaran kepada kita, kalau kita tempatkan Tuhan di posisi yang benar, maka semua yang lain ada di tempat yang tepat. Saya ingat khotbah yang sudah dibagikan oleh Pdt. Adrian mengenai janda yang ditolong oleh Elisa. Elisa menanyakan pertanyaan penting kepada janda itu, janda itu mengatakan "saya sudah kehilangan uang, saya jual segalanya, tetapi suami saya punya hutang sangat besar. Sekarang yang meminjamkan uangnya kepada suami saya, sekarang akan mengejar saya karena suami saya sudah mati, dan mungkin anak-anak saya akan diambil dijadikan budak". Lalu, Elisa mengatakan "Apa yang bisa aku lakukan untuk kamu? Apa yang ada padamu?" Kalimat ini menghibur sekali, Tuhan mengingatkan kita bahwa apa yang ada pada kita menjadi berarti karena ada Tuhan. Apa yang kita punya menjadi berarti karena ada Tuhan. Sebaliknya, kita kumpulkan banyak hal di sekeliling kita dan menjadi nothing karena tidak ada Tuhan. Ini yang menjadi isu di Perjanjian Lama, jika hidup itu penting dan hidup harus diakhiri, bagaimana saya harus bersikap sebagai umat? Bagaimana kita menikmati hidup yang tak berkesudahan, tidak dihantam oleh kematian, how we can joy our life? Dan, Alkitab mengatakan satu-satunya cara adalah kembali ke Tuhan. Tuhan harus hadir kembali dalam kehidupan kita, Tuhan harus ada dalam hidup kita. Bisakah kita undang Tuhan datang? Kalau Tuhan tidak mau, Saudara tidak bisa paksa Dia, karena bukan Dia yang perlu kita, kita yang perlu Dia. Dalam doktrin Tritunggal jelas sekali bahwa Tuhan mempunyai keharusan untuk melakukan sesuatu dan Tuhan juga mempunyai pilihan untuk melakukan sesuatu. Relasi antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah keharusan dari Allah. Allah tidak mungkin tidak berelasi dalam Allah Tritunggal. Namun, menciptakan itu bukan keharusan dari Allah. Allah tidak kekurangan keilahian kalau Dia tidak mencipta. Allah akan kekurangan keilahian jika tidak ada relasi 3 Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Maka, relasi Bapa, Anak, dan Roh Kudus mutlak harus ada pada Allah, tanpa itu Allah tidak bisa menjadi Allah. Namun, tanpa ciptaan, Allah tetap Allah, berarti yang perlu Allah adalah manusia. Lalu, yang harus datang adalah Allah. Apakah Dia mau datang? Dan, ternyata Alkitab mengatakan di Roma 5, Tuhan mau hadir dan Tuhan mau memulihkan relasi antara manusia dan Allah. Paulus membahasnya dari sudut pandang yang unik, sudut pandang kerelaan Tuhan.
Kerelaan Kristus untuk mendamaikan manusia dengan Dia, itu yang menjadi kunci sehingga kita boleh pulih hidupnya. Kita boleh menikmati hidup yang penting dan hidup yang penting itu tidak dihancurkan oleh kematian. Paulus mengatakan bahwa kesatuan antara Allah dan manusia hanya mungkin terjadi jika ada yang menyatukan. Allah dan manusia disatukan oleh Pengantara, dalam diri-Nya, Kristus menyatukan yang di surga dan di bumi. Dalam inkarnasi dari Kristus, Allah dan manusia bersatu dalam diri-Nya. Ini yang disoroti oleh Paulus. Hal apa yang mesti dibawa oleh Kristus sehingga Allah dan manusia dapat kembali bersatu. Dalam Roma 5, Paulus menekankan bahwa yang dibawa dari Allah adalah kebenaran, righteousness. Kebenaran Allah dibawa dalam relasi dengan manusia, ini adalah hal utama dalam Allah berkait dalam perjanjian dengan manusia. Kebenaran Allah dalam perjanjian ini adalah kebenaran yang akan dibawa oleh Kristus dalam perjanjian ini. Maka, perjanjian Allah dengan manusia berarti membawa karakter Allah dalam perjanjian ini, yaitu benar. Dia adalah The righteous one. Sifat benar Allah ada pada Kristus. Saudara bisa lihat dalam kisah Alkitab bahwa yang manusia lakukan dalam perjanjian ini adalah kegagalan. Berarti yang ada pada manusia, terkait dalam perjanjian dengan Allah adalah kematian. Bayangkan berarti untuk menjadi pengantara, Kristus harus membawa kebenaran Allah dalam diri-Nya, dan Dia berhak melakukan itu karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia. Namun, Dia juga harus membawa kematian manusia dalam diri-Nya. Kebenaran Allah ada pada diri-Nya, itu tidak masalah, karena memang Dia layak mendapatkan kebenaran itu. Namun, kematian manusia ada pada diri-Nya, ini problem. Maka, pendamaian kita dengan Tuhan tidak mungkin terjadi tanpa 3 hal. Hal pertama, ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesatuan antara Allah dan manusia. Saudara berbagian dalam kasih Allah, baru selamat, kalau tidak berarti tidak selamat. Hal kedua, ini hanya mungkin terjadi kalau kita menerima cinta-Nya Tuhan, kasih Allah. Allah mengasihi manusia, pengertian kasih harus dikaitkan dengan perjanjian yang tuntas. Maksudnya, kasih adalah Allah akan menuntaskan perjanjian-Nya dengan kita. Apa yang final yang Dia rencanakan untuk manusia, yang limpah, yang besar, cinta kasih yang besar, kedamaian, kesenangan, dan hidup yang berlimpah itu Dia siapkan, dan Dia berikan kepada manusia, ini namanya kasih. Kasih berarti Saudara akan membuat kemanusiaan muncul dan mencapai puncak. Kita semua diciptakan sebagai manusia, tetapi tidak semua kita manusia sadar betapa pentingnya manusia. Banyak orang tidak tahu pentingnya manusia sehingga tidak menjalani hidup untuk membuat dirinya menjadi manusia. Harap ini kita sadari, Tuhan menciptakan manusia sebagai gambar-Nya, ini situasi yang besar, status yang mulia di tengah-tengah dunia. Manusia mencerminkan kemuliaan Tuhan. Namun, kalau manusia tidak mengerti itu, manusia akan mencari segala hal yang merusak kemanusiaan dia. Kemanusiaan dirusak oleh hawa nafsu, kemanusiaan dirusak oleh kemalasan, kemanusiaan dirusak oleh keengganan berjuang, kemanusiaan dirusak oleh ketiadaan belas kasihan, kemanusiaan dirusak oleh ketiadaan kekudusan. Kapan kita sadar hal ini? Dunia sedang membuat kita hancur manusianya, Saudara sedang dirusak kemanusiaannya dengan segala kemalasan, dengan segala pengasihan diri, dengan segala keengganan untuk berbelas kasih, dengan keengganan untuk berelasi dengan orang lain, kita rusak sebagai manusia, dan kita tidak sadar akan hal ini. Maka, tanpa kebenaran Tuhan ada pada kita, mustahil kita dipulihkan sebagai manusia. Kita tidak pedulikan Tuhan, dan karena itu kemanusiaan kita semakin merosot. Kita tidak senang obat yang Tuhan berikan. Kita cuma mau hidup enak, kita cuma mau kasihani diri, kita cuma mau lampiaskan hawa nafsu, akhirnya kemanusiaan kita hancur serendah-rendahnya, tidak ada kemungkinan dipulihkan, kecuali Saudara belajar menyangkal diri. Belajar menyangkal diri dan menyadari "kalau saya tidak dibentuk Tuhan, tidak mungkin", dan itu yang Tuhan mau lakukan. Cinta kasih Tuhan berarti Tuhan mau menjadikan kita manusia agung, manusia yang benar-benar manusia. Ini perlu saya tanyakan kepada Saudara, apakah Saudara menikmati hidup? Kalau iya, apa yang membuat Saudara menikmati hidup Saudara. Apakah Saudara menikmati hidup karena hal di luar Saudara yang bisa dinikmati atau Saudara menikmati pembentukan Tuhan dalam diri Saudara. Bayangkan betapa menyedihkannya manusia kalau dia tidak bisa menikmati dirinya. Pengharapan satu-satunya adalah penghiburan yang mengalihkan dia dari segala kekacauan ini. Ini sama seperti cerita Hansel dan Gretel, mereka menikmati disuguhi segala macam kue, rumahnya terbuat dari kue, tetapi ini dimiliki oleh nenek sihir yang mau memakan mereka. Manusia disuguhi segala macam hal untuk membuat dia mengabaikan kekacauan karena melihat dirinya. Orang bisa mengatakan "saya benci diri saya, penuh dengan segala macam kebobrokan, tetapi tidak apa-apa karena saya banyak uang. Jadi, diri saya tidak apa-apa seperti ini, yang penting saya kaya." Itu sebabnya tradisi Kristen sangat penting karena mengajarkan kita untuk refleksi diri terus. Kekristenan mengingatkan kita akan cinta Tuhan. Ini penting karena cinta Tuhan adalah cinta yang secara tekun akan Tuhan berikan untuk membentuk kita menjadi manusia. Tuhan akan singkirkan segala hal yang merusak kemanusiaan Saudara. Tuhan mengasihi justru karena Tuhan mau membentuk kita. Dan, Saudara sadar ketika Tuhan semakin lama semakin membentuk kita, Saudara akan kaget melihat diri Saudara. Ini bukan orang narsis, orang narsis bercermin dan mengatakan "mengapa saya begitu cantik". Namun, Saudara akan menyelidiki diri dan mengatakan "Kok saya berubah, mengapa karakter saya semakin mengagumkan meskipun saya tahu ini bukan dari diri saya?". Sambil Saudara sadar, masih banyak hal yang perlu dikoreksi. Ini membuat kita menikmati pembentukan Tuhan dalam kita. Tuhan mau mengasihi kita dan kasih itu adalah kepastian bahwa pembentukan final yang Tuhan janjikan akan ada pada kita, itu kasih. Kasih sejati dari Tuhan adalah kasih yang akan Dia nyatakan berkait langsung dengan kuasa dan perjanjian-Nya. Tuhan mengasihi dan memastikan perjanjian-Nya akan genap dalam kita. Kalau kita menikmati cinta kasih Tuhan, kita akan sadar satu hal bahwa apa yang Tuhan mau terjadi pada kita tidak mungkin akan batal. Saudara akan menikmati pembentukan Tuhan dalam diri Saudara. Ada kalimat yang bagus dari Agustinus, dia mengatakan pada akhirnya nanti, orang-orang Kristen akan diberi mahkota oleh Tuhan dan kita akan menikmati mahkota itu bukan sebagai pekerjaan kita, tetapi sebagai pemberian Tuhan. Dan, kita akan sungkan sekali pakai, kita akan lempar kembali ke kaki Kristus. Mahkota yang indah dan mulia dari kemanusiaan kita yang dibentuk oleh Tuhan, akan terjadi karena Tuhan mencintai kita. Cinta Tuhan kepada Saudara adalah cinta yang akan membentuk Saudara sampai pada keadaan sempurna nanti. Ini unsur kedua. Unsur pertama kesatuan antara manusia dengan Allah, harus terjadi dalam keselamatan kita. Hal kedua adalah cinta Tuhan itu jadi landasan akan keselamatan kita. Karena Tuhan mencintai kita maka Tuhan memurnikan kita, membentuk kita menjadikan kita milik-Nya.
Lalu, hal ketiga yang harus ada dalam ayat yang kita baca adalah kerelaan Kristus. Tuhan mau cinta kita sebesar apa pun, kalau Kristus tidak rela datang, tidak mungkin cinta itu terwujudkan. Kristus harus rela menjadi pengantara dulu. Untuk menjadi Pengantara, Kristus harus satu dengan Allah dan satu dengan kita. Satu dengan Allah membuat Dia membawa kebenaran Tuhan. Satu dengan manusia membuat Dia membawa kematian manusia dalam diri-Nya. Ketika tiba waktu yang ditentukan oleh Allah, Kristus pun datang untuk menjadi manusia dan siap mati. Mengapa Dia mesti mati? Karena Dia membawa kegagalan kita. Bayangkan kalau Saudara melihat keadaan ini pada Kristus dan kita renungkan, baru kita tahu berapa besar kerelaan Kristus untuk menjadi Juru Selamat. Kerelaan karena persekutuan dengan kita. Ini isu yang sering kita abaikan, Saudara tidak terlalu senang pengertian ini, bahkan Saudara tidak terlalu tertarik dengan pengertian ini. Namun, saya ingin memberitahu sesuatu, jika kita tidak merenungkan apa yang Tuhan Yesus lakukan, kita tidak mungkin menerima hati yang menerima Dia. Merenungkan tidak sama dengan cari tahu. Karena mencari tahu berarti Saudara ingin tahu lalu mendapat pengetahuan, selesai. Sedangkan, merenungkan adalah Saudara tahu masih banyak hal yang bisa dicari tahu dari hal ini, tetapi Saudara belum tahu, itu merenungkan. Sayangnya kita bukan merenung, tetapi kita menjadi orang yang ahli, dasar-dasar iman Kristen ini untuk orang Kristen basic harus tahu, ini orang Kristen newbie. "Saya sudah tahu", itu namanya Saudara tidak merenung. Merenung berarti Saudara sudah tahu masih banyak hal yang kita belum tahu, yang perlu kita pikirkan dari tema ini. Coba renungkan baik-baik dan Saudara akan sadar masih banyak hal yang bisa digali. Yesus mati untuk kita dan Paulus mengajak kita untuk berpikir apakah gampang bagi Yesus untuk berkorban bagi kita? Bagi Tuhan, menebus manusia adalah tindakan yang sangat besar, mengambil seluruh hati-Nya, ini bukan tindakan simple. Kita salah mengerti power, bagi kita power adalah less effort to do something big, kita mengertinya leverage. Dalam pengertian Alkitab, kuasa adalah sesuatu yang menunjukan bukan berapa kuatnya Tuhan, tetapi kuasa itu menunjukan berapa rela Tuhan mengosongkan diri, berapa rela Tuhan menyamai kita, berapa relanya Dia mengalami pengalaman kita, itu kuasa. Mengapa Dia melakukan itu? Untuk melindungi kita, menyelamatkan kita, memberikan diri-Nya bagi kita, itu kuasa. Maka, omong kosong dengan pengertian kuasa dari dunia ini, Tuhan tidak mau kuasa seperti itu. Saya harus kasih tahu satu hal yang mungkin mengagetkan Saudara, adalah berat bagi Allah untuk menyelamatkan kita. Dan, kalau kita tidak mengerti ini, kita terus meremehkan Tuhan. Maka, kita harus tahu bahwa berat bagi Tuhan untuk menyelamatkan kita, tetapi yang mendorong Dia untuk melakukan itu adalah kasih-Nya. Kasih-Nya yang tidak mungkin gagal, rencana-Nya yang tidak mungkin gagal, tetapi tidak menjadi sesuatu yang gampangan. Itu sebabnya dikatakan bahwa untuk relasi kita dengan Tuhan pulih, mesti ada yang menyatukan, yaitu kasih Allah yang mendorong kesatuan itu. Siapa pribadi yang bisa menyatukan? Harus orang, harus pribadi yang rela menjadi manusia, rela mengalami kerentanan manusia, dan rela mengalami kematian manusia. Ini yang Paulus mau gali, mau membuat kita merenung hal apa dalam diri kita yang membuat Kristus rela bersekutu dengan kita.
Dan, di sini, Paulus mengatakan, ayat 7: "sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar, tetapi mungkin untuk orang yang baik, ada orang yang berani mati". Ini kunci pengertian yang saya mau bagikan. Tidak mudah orang mau mati untuk orang benar, tetapi untuk orang baik ada orang yang berani mati. Apa bedanya benar dan baik? Di sini, kata baik pakai kata "agatone", "agate", untuk orang "agate" ada orang berani mati. "Agate" adalah segala bentuk kebaikan, hal baik yang kita nikmati. Bukan hal baik yang kita lihat. Berarti dalam kata "agate" ada relasi. Sedangkan orang benar, orang righteous, orang "dikaiosune", itu adalah orang yang benar, tetapi belum tentu ada relasi dengan kita. Maka, yang Paulus tekankan adalah untuk inner circle kita, orang-orang baik, kita berani mati. Kalau kita pilih persekutuan, tentu kita rasa ada orang yang lebih mudah dekat dengan kita, ada yang circle-nya agak luar, dan itu oke. Manusia memang bisa begitu. Saudara akan mengalami kesehatian dengan orang-orang terdekat Saudara dan Saudara berkata "untuk orang-orang ini saya rela korbankan diri saya". Namun, kalau Saudara melihat orang benar, tetapi Saudara tidak mengenalnya secara personal, Saudara tidak akan mengorbankan apa-apa, Saudara hanya kagum kepada dia. Ini yang Paulus katakan, inner-circle, orang baik tentu akan memilih orang baik sebagai temannya. Namun, tidak mudah bagi orang untuk mengatakan saya rela mati untuk kelompok yang jauh. Yang Paulus mau katakan adalah Tuhan menjadikan kita inner-circle-Nya. Tuhan Yesus mau menjadikan kita kelompok dekat-Nya, padahal kita ini seteru. Ayat 8. "akan tetapi Allah menunjukan kasih setia-Nya kepada kita oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa". Ini pertanyaan serius, apakah bisa Kristus cocok dengan kita? Reaksi pertama-Nya adalah Bapa-Nya yang di surga, kita reaksi pertamanya adalah keamanan diri kita. Saya tidak mengatakan keamanan diri itu tidak penting, tadi sudah dibahas bahwa hidup itu penting, tentu mencegah supaya orang lain tidak tertular juga penting, bukan sesuatu yang main-main, Saudara pakai perlindungan yang lengkap waktu datang ke tempat ini dan sungguh-sungguh menjaga, itu sangat penting. Menjaga diri supaya orang lain tidak tertular itu adalah bagian dari penghargaan kepada hidup. Saya tidak mau pandemi ini berlangsung terus, karena pandemi ini anti hidup, saya tidak mau hidup di tengah-tengah keadaan seperti ini. Tuhan sedang melatih kita untuk menghargai hidup dalam keadaan di mana hidup itu sedang dalam keadaan bahaya. Tentu kita mau belajar untuk menghargai hidup, dan kita mau melakukannya dalam Tuhan. Sekarang, kalau reaksi pertama kita adalah keamanan diri, dan reaksi pertama Kristus adalah Bapa, kira-kira kita bisa cocok tidak? Bisakah Tuhan Yesus sebagai manusia cocok dengan kita? Hobi kita, kebiasaan kita ngomong, cara kita hidup tidak bisa cocok. Hal pertama yang Petrus lakukan ketika menyadari kuasa Yesus adalah "menjauhlah dari padaku, sebab aku orang berdosa", ini yang harusnya kita rasakan. Tidak mungkin Yesus menjadi inner-circle kita. Namun, Paulus mengatakan "tidak, kita tidak cocok kumpul dengan Yesus, cara bicaranya berbeda, sudut pandangnya beda, instingnya beda, kekudusannya jelas beda", tetapi Yesus menjadikan kita bagian dari Dia. Ini hal yang sering luput dari pengertian keselamatan kita. Sebelum Yesus menebus kita, terlebih dahulu Dia menjadikan kita inner-circlenya Dia, ini yang dikatakan Injil Yohanes "kamu adalah sahabat-sahabatKu", dan kasih sejati adalah kasih dari seorang sahabat yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya. Tuhan menjadikan kita satu tim dengan Dia dan mengatakan "untuk kalian, Aku rela mati", ini tidak mudah. Dalam diri Tuhan Yesus sendiri harus ada cinta kasih yang demikian besar yang menutupi murka Allah kepada manusia yang berdosa. Dalam diri Yesus harus ada pengosongan diri, kerelaan untuk bersabar dengan orang-orang yang kacau dan brengsek seperti kita. Dalam diri Yesus harus ada ketekunan untuk mengasihi orang-orang yang tidak mengerti-mengerti, sudah dikasihi tetapi tetap seperti begini saja. Dan, ini yang Yesus lakukan, Dia rela mati bagi orang-orang waktu kita masih seteru dengan Allah. Maka, yang Paulus mau sampaikan adalah kalau Yesus rela menjadi bagian dengan kita dan rela tanggung kematian kita, bayangkan saya rela mati untuk orang yang dekat dengan saya, tetapi Kristus rela mati untuk orang-orang yang memusuhi Bapa-Nya. Kita memusuhi Bapa dan Yesus mengasihi kita, itu luar biasa besar cinta-Nya. Yesus menyerahkan diri-Nya, Dia rela mengambil kematian kita supaya mati-Nya dan bangkit-Nya menyatukan kita dengan Allah. Maka, setelah Yesus mati dan bangkit, Paulus mengatakan "kamu yang tadinya seteru sudah diperdamaikan, maka kamu yang sekarang sudah diperdamaikan pasti selamat". Pasti selamat karena engkau sudah menjadi milik Tuhan. Kalau dahulu engkau masih seteru, Yesus mengatakan "Aku mau mati bagimu", terlebih sekarang kamu yang sudah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya. Maka, tanpa kepastian ini kita tidak mungkin jadi Kristen, karena kita tidak tahu seberapa relanya Tuhan untuk mencintai. Setelah Kristus menyatukan, kita satu dengan Tuhan, dan dari situ kita sadar segala pelatihan yang diberikan Kitab Suci untuk menghargai hidup tidak akan sia-sia. Hidup yang kita hargai adalah hidup yang tidak diakhiri dengan kematian. Sebaliknya, dalam Kristus, kematian adalah titik pertama sebelum langkah selanjutnya, yaitu kebangkitan.
Kematian adalah titik awal untuk munculnya kesempurnaan hidup. Maka, kita melihat kematian dengan cara yang berbeda dengan orang Perjanjian Lama. Perjanjian Lama melihat kematian sebagai sesuatu yang secara kasar masuk. Namun, di Perjanjian Baru, kita dilatih untuk melihat bahwa penghargaan kepada hidup tidak berhenti karena kematian, justru dikonfirmasi setelah kematian, ini hal yang sangat indah. Saudara tetap melihat orang Kristen akan mengalami hal yang sama dengan orang yang bukan Kristen, tetap mengalami kematian dengan orang yang bukan Kristen, dan kematiannya pun sering kali tidak berbeda. Yang Tuhan mau katakan adalah kematian itu entah bagaimana kita menghadapinya, dengan cara yang takutkah atau dengan cara berani, apa pun itu tidak masalah. Kematian itu akan membawa kepastian dari penciptaan baru yang Tuhan sudah siapkan. Sehingga dalam bagian ini ditekankan kalau kamu sudah diselamatkan dari murka Allah, karena Yesus rela menjadi bagian dari kita, maka Saudara dan saya tidak punya alasan untuk tidak mencintai Tuhan. Karena kita tidak mungkin tidak dicintai oleh Tuhan. Cinta Tuhan yang genap sudah Dia curahkan, pekerjaan genap yang membawa ciptaan yang baru sudah Dia berikan dalam Kristus bagi kita semua. Maka, tidak ada satu pun dari kita yang tidak dicintai Tuhan, tidak diberikan kepastian keselamatan itu. Dari kepastian keselamatan kita akan bereaksi dengan cinta. Anugerah bukan dipakai untuk mengizinkan dosa, itu pikiran ngawur. Namun, kalau Saudara mengatakan "Tuhan sudah mencintai saya, saya tidak bisa kalau tidak mencintai Dia". Maka, Saudara harus tahu bahwa cinta Tuhan yang diberikan secara sempurna akan memastikan cinta kepada Tuhan. Karena kita belum mengerti berapa besar Dia mencintai kita, maka kita sulit mencintai Dia. Salah satu tanda cinta yang besar itu dalam Roma 5 adalah Dia memberikan semuanya bagi kita, hidup yang sempurna Dia berikan kepada kita. Saudara dan saya sudah pasti dapat kelimpahan itu, Saudara dan saya sudah pasti mendapatkan kesempurnaan itu. Dan, kalau Saudara mengatakan "saya belum sempurna", Paulus mengatakan "jangankan sempurna, waktu kamu menjadi musuh Tuhan, Yesus rela mati bagimu. Setelah Dia menebus kamu, akankah Dia meninggalkanmu? Tidak. Akankah persekutuan dengan Tuhan batal karena ketidak-sempurnaan kita? Tidak. Saudara belum cinta Dia itu tidak membatalkan persekutuan ini". Ini pengertian penting sekali, hal yang sangat unik. Semakin kita sadar Tuhan menerima kita, makin kita tidak mau diterima apa adanya. Makin Saudara sadar Tuhan mencintai Saudara, semakin Saudara tidak mau berdiam dalam dosa. Saudara mau berubah bukan karena Saudara diancam oleh hukuman, Saudara mau berubah karena Saudara tahu cinta Tuhan yang sangat besar. Inilah yang harus kita renungkan sama-sama. Paulus mengatakan "Kristus rela mati bagimu supaya kamu diperdamaikan dengan Allah". Bagaimana syarat pendamaian? Yang pertama, kesatuan antara Tuhan dan manusia. Kedua, kasih Tuhan yang memastikan ini terjadi. Ketiga adalah kerelaan dari Kristus. Karena tidak mungkin Dia lakukan kalau Dia tidak rela. Ayat 11 mengatakan "kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu". Saudara dan saya sudah disatukan kembali dengan Tuhan. Apakah kita sadar akan hal ini? Apakah sadar setiap langkah hidup yang Saudara jalani adalah langkah yang diiringi oleh Tuhan, apakah kita sadar? Tidak. Kita tidak sadar karena manusia punya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan ini sangat besar. Jadi, ingat hal ini, Saudara dan saya punya kemampuan beradaptasi, jangan pikir kalau kita tidak bisa berubah. Kalau kita mau belajar cinta Tuhan, kita harus beradaptasi dengan lingkungan yang mengarahkan kita mencintai Tuhan.
Maka, meskipun kita sudah dimiliki oleh Tuhan, kita satu dengan Dia, kita sering lupa hal ini, karena kita kembali ke dunia dan kita dibentuk kembali dengan pola pikir Tuhan tidak real, Tuhan tidak nyata, di mana kita bisa sadar bahwa Tuhan itu sudah satu dengan kita? Dalam kehidupan persekutuan kita, dalam gereja, maka kita terus mendorong untuk orang bisa hadir secara fisik. Persekutuan, perenungan firman, doa, kehidupan gereja, ini yang akan mengubah mindset Saudara, Saudara bergereja untuk dibentuk. Hidupmu dari Tuhan, hidupmu ditopang Tuhan, hidupmu dipimpin Tuhan, Tuhan yang paling penting bagi kamu, ini pembentukan dilakukan di sini. Paulus mengatakan "kita bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, karena kita sudah menerima pendamaian itu", kita sudah damai dengan Allah, kita sudah menjadi satu lagi. Maka, mari berjuang untuk menyadari bahwa Tuhan dan kita adalah satu, sedangkan dunia ini akan mewartakan kisah lain "Tuhan itu tidak real". Ini pertarungan dalam hidup Saudara dan kita punya level pergumulan yang berbeda. Saudara tahu di mana Saudara berada, minta kekuatan dari Tuhan supaya Saudara senantiasa sadar bahwa Kristus sudah membawai pendamaian dengan Tuhan, kita sudah satu dengan Dia. Sehingga kematian bukan menjadi akhir dari kecintaan atas hidup, kematian menjadi konfirmasi untuk memperoleh segala yang kita cintai dari Tuhan dalam hidup.
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | GRII Bandung |
Alamat situs | : | https://griibandung.org/reformed-theology/surat-roma/pentingnya-hidup-manusia-bagi-tuhan/ |
Judul artikel | : | Pentingnya Hidup Manusia bagi Tuhan |
Penulis artikel | : | Jimmy Pardede |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA