Masyarakat dan Agama
Tahun-tahun di antara pemerintahan Saul dan Salomo menyaksikan pembentukan masyarakat Israel yang unik untuk pertama kalinya. Walaupun sistem kerajaan menimbulkan masalah, ide tentang kerajaan tetap diterima orang-orang Israel, dan sekalipun ketika sepuluh suku memisahkan diri di bawah pimpinan Yerobeam, mereka tidak banyak berusaha mengubah penampilan luar masyarakat yang telah ditegakkan oleh Salomo: mereka hanya menjelaskannya dengan cara yang berbeda.
Jadi, tidaklah mengejutkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di tahun-tahun yang sulit ini akan meletakkan pola untuk kehidupan Israel untuk masa mendatang. Inilah yang kita temukan ketika kita membaca kitab-kitab PL, khususnya pada kitab Mazmur dan "literatur hikmat" dari PL karena walaupun para editor kitab-kitab sejarah Israel dapat melihat banyak hal yang memalukan dari aktivitas Daud dan Salomo, dengan segera kedua raja itu mendapat kehormatan dalam tradisi agamawi rakyat mereka. Daud dianggap sebagai pengarang sebagian besar kitab Mazmur, dalam PL, sementara Salomo dianggap sebagai pendiri "gerakan hikmat" pada masa Israel kuno. Tidak banyak ahli sekarang yang mau menerima tradisi ini sebagaimana adanya. Namun, jelas bahwa kedua raja ini dan para penerusnya di Yerusalem telah membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan agamawi dan kebudayaan rakyat mereka.
Berita agamawi yang penting dari kitab-kitab PL ini akan dikupas secara mendetail dalam pasal 11 dan 12. Namun, tepat juga di sini bila kita memperhatikan beberapa aspek gambaran kehidupan agamawi dan kebudayaan dari Israel kuno yang ada dalam kitab-kitab tersebut.
Mazmur
Kitab Mazmur dalam PL berisi 150 bagian terpisah yang terdiri dari lagu-lagu atau puisi agamawi, disusun dalam 5 bagian "buku" sebagai satu koleksi untuk digunakan pada ibadah di Bait Allah yang dibangun kembali di Yerusalem sekitar 520 SM, setelah pembuangan di Babel (lihat pasal 7). Sewajarnyalah beberapa mazmur ditulis pada masa itu (Mzm. 137) meski kebanyakan tidak. Banyak ahli yang berpendapat bahwa mazmur-mazmur itu berasal dari ibadah kepada Allah oleh Israel purba selama periode antara 1000 - 586 sM. Banyak mazmur memiliki judul, tetapi judul ini bukan bagian dari komposisi aslinya. Tepat sekali apabila versi modern seperti Good News Bible menurunkannya sebagai catatan kaki (cat. penyunting: Alkitab Kabar Baik versi LAI tidak memberikan no. ayat bagi judul-judul mazmur). Beberapa dari judul ini memuat arahan musik, mengindikasikan nada yang harus dinyanyikan untuk gubahan tertentu, atau instrumen musik yang digunakan untuk mengiringinya. Judul yang lain mengindikasikan bahwa mazmur tertentu dihubungkan dengan Daud, putra-putra Korah, putra-putra Asaf, dll. Judul judul ini sering tidak jelas artinya yang tepat. Bahkan, istilah "Mazmur Daud" juga bisa berarti "Mazmur untuk Daud", dan tidak harus berarti sebagai pernyataan bahwa Daud adalah penulisnya. Judul seperti itu juga dapat mengindikasikan bahwa mazmur itu pada awalnya ada dalam koleksi lagu-lagu yang dikeluarkan oleh rumah kerajaan Daud di Yerusalem, atau ditulis untuk raja di sana, yang tentunya adalah keturunan Daud. Kebanyakan ahli sekarang tidak menolak kemungkinan bahwa beberapa dari mazmur ini ditulis oleh Daud sendiri. Namun, kita tidak mungkin mengetahuinya secara pasti.
Kehidupan selalu bagaikan kaleidoskop dari pengalaman dan emosi yang berkonflik - dan kita dapat menemukan variasi ini direfleksikan di dalam isi mazmur-mazmur PL. Tidak semua mazmur sama isinya. Beberapa mazmur adalah himne agung yang berisi pujian bagi Allah, merefleksikan kesukacitaan penyembah yang meluapkan kebahagiaannya yang merasa damai dengan Allah dan dunia (Mzm. 145-150). Sebaliknya, ada mazmur yang merefleksikan momen-momen gelap dari pengalaman manusia. Kadang-kadang penyembah menyadari bahwa kesalahan diri sendiri sebagai penyebab kesusahan (Mzm. 51:130). Namun, pada kesempatan lainnya si penyembah protes bahwa dia sungguh-sungguh tidak bersalah, dan dari mulanya tidak seharusnya dia menderita (Mzm. 13:71). Emosi seperti ini cukup akrab bagi kita semua karena merupakan bagian penting dari kehidupan di segala tempat dan waktu.
Dalam mazmur lainnya, kita dapat melihat bagaimana seluruh bangsa mungkin bereaksi pada saat ada malapetaka nasional atau ketidakpastian (Mzm. 44; 74; 80; 83). Kita pun dapat turut mengambil bagian dalam upacara-upacara penting dari kehidupan nasional, seperti peneguhan seorang raja atau pernikahan raja. (Mzm. 45). Ada pula mazmur yang memberikan bagi kita pandangan sekilas ke dalam perasaan syukur yang mendalam kepada Allah yang dialami oleh pribadi penyembah yang telah diselamatkan dari beberapa pencobaan pribadi (Mzm. 30; 92; 116).
Pada tahun-tahun awal dari abad ini, mazmur-mazmur diklasifikasikan menurut pembagian seorang ahli dari Jerman, Hermann Gunkel. Menurutnya, mazmur-mazmur ini dapat dibagi menjadi 5 kategori: Himne Pujian, Lagu Ratapan Pribadi, Ratapan Umat, Ucapan Syukur Pribadi, dan Mazmur Kerajaan. Klasifikasinya telah melalui ujian waktu, walau dalam beberapa hal kurang memuaskan. Sebagai contoh, Gunkel cenderung memisahkan secara tajam antara mazmur pribadi dengan mazmur umat. Sejumlah mazmur yang dimulai dengan kata-kata dari satu orang terus selanjutnya berbicara bukan tentang seorang individu, tetapi tentang seluruh umat Israel (Mzm. 51; 102; 130). Kategori "Mazmur Raja" juga bisa dipertanyakan karena semua Mazmur Kerajaan dapat dengan mudah dicocokkan ke dalam kategori-kategori yang lainnya, dan hanya acuan jelas tentang raja yang mengelompokkan mazmur-mazmur itu ke dalam kategori ini.
Mazmur pasti telah digunakan dalam berbagai cara. Sebagai contoh, Gunkel mengasumsikan bahwa hampir semua mazmur merupakan ekspresi kesalehan pribadi, yaitu sejenis puisi yang akan digunakan oleh siapa pun sebagai penyembah untuk mengekspresikan perasaan terdalamnya tentang kehidupan dan tentang Allah. Sedangkan, ahli lain berpendapat bahwa mazmur-mazmur itu tidak merefleksikan pengalaman pribadi, tetapi pengalaman seluruh bangsa Israel dalam bentangan waktu yang panjang. Bahkan diusulkan bahwa mazmur-mazmur itu adalah sejenis diagram temperatur rohani dari sejarah Israel dari masa paling awal sampai sesudah pembuangan. Kedua unsur ini tidak diragukan kehadirannya. Namun, hal yang fundamental terhadap berbagai pikiran dari mazmur adalah pengalaman agamawi yang mendalam yang diketahui pengarang-pengarangnya sebagai sangat relevan dengan seluruh kehidupan, karena kesadaran akan realitas Allah dapat langsung muncul dari alam (Mzm. 8; 104), juga dari sejarah Israel (Mzm. 78; 105), atau dari pengalaman pribadi si penulis (Mzm. 31; 130).
Mazmur dan Ibadah Israel
Beberapa ahli berpendapat bahwa mazmur lebih fundamental dalam ibadah Israel daripada yang sudah kita usulkan di sini, dan bahwa dalam, mazmur kita dapat menemukan catatan detail tentang aktivitas agamawi di Bait Allah Yerusalem pada periode sebelum pembuangan ke Babel. Secara khusus, dua hal berikut banyak menolong pengertian kita akan subjek ini:
Sebagian besar mazmur bisa dimengerti bukan hanya sebagai lagu pujian, tetapi juga sebagai liturgi yang lebih komprehensif. Mazmur tersebut bukan hanya merefleksikan pujian dan penyesalan para penyembah, namun juga memuat respons Allah atas ibadah itu (misalnya, Mzm. 2, 12, 20, 21, 45, 50, 81, 89, 91, 95, 108, 110, 132). Respons-respons ini sering mirip dengan berita dari para nabi PL, baik dalam gaya maupun substansinya. Karenanya ada pendapat bahwa di Bait Allah Yerusalem ada sekelompok nabi yang pekerjaannya, bersama dengan para imam, memimpin umat di dalam ibadah. Pendapat ini, ketika pertama kali dikemukakan sangat mengejutkan banyak ahli PL. Pada abad ke-19, sering dianggap begitu saja bahwa pada masa PL, para nabi dan imam sangat bertolak-belakang satu sama lain; bahwa para imam memperhatikan penampilan mekanis dari ritus "agama" sedangkan para nabi memberikan perhatian terhadap wahyu sejati, yaitu membawa firman hidup dari Allah untuk umat mereka. Tentu saja benar bahwa kebanyakan nabi sering menyampaikan berita yang keras tentang penampilan yang tak berarti dari ritus agamawi yang kosong. Namun, pembedaan yang tajam antara imam dengan nabi ini sering kali disebabkan lebih oleh pandangan anti-Katolik yang kuat dari para ahli, daripada karena fakta PL. Bahkan, Amos, yang sering dianggap sebagai salah satu dari mereka yang paling keras melawan ritus agamawi, jelas menyampaikan beritanya di dalam konteks pelaksanaan ibadah yang terorganisasi di Betel. Sedangkan kitab Yeremia tidak hanya mendaftarkan para nabi dan para imam bersama-sama sebagai pemimpin dari umat (Yer. 18:18), tetapi juga memberikan indikasi lain tentang para nabi yang dikaitkan dengan Bait Allah Yerusalem (contoh: Yer. 5:30-31; 23:11; 26:7,16; 27:16; 29:26). Para nabi ini sering disebut "nabi ibadah" (cultprophets) untuk membedakannya dari orang-orang seperti Amos atau Yeremia. Pada masa Yeremia, kebanyakan dari mereka memberikan jaminan palsu kepada umat, dan akibatnya jabatan mereka hilang setelah pembuangan Babel. Namun, kitab Mazmur memberikan beberapa indikasi bahwa pada masa yang lebih awal mereka mempunyai peranan penuh dan sah dalam ibadah kepada Allah di Bait Allah.
Berdasarkan kitab Mazmur, sejumlah ahli juga mengatakan bahwa raja memainkan peranan penting dalam ibadah di Bait Allah. Mereka memperhatikan bahwa di tempat-tempat lain di dunia kuno, raja sering dianggap sebagai yang ilahi atau makhluk semi ilahi, yang kesejahteraannya menentukan kelanjutan kesejahteraan umatnya. Keikutsertaan raja dalam ritus agamawi sering dihubungkan dengan siklus musim. Sebagai contoh, di Babel terhadap raja, muncul dalam perayaan Tahun Baru sebagai personifikasi dari dewa, yang kematian dan kebangkitan ritualnya melambangkan kematian dan pembaruan vitalitas alam. Kita telah memperhatikan bahwa dalam sejumlah kesempatan, Daud dan Salomo memainkan peranan penting dalam ibadah Israel - sudah pasti penerusnya pun melakukan hal yang sama. Tentunya, tidak ada di antara raja-raja ataupun rakyat mereka yang pernah berpikir bahwa mereka adalah Tuhan, sekalipun memiliki kedudukan khusus sebagai berkat Allah atas mereka (Mzm. 2:7). Namun, masih ada saja ahli yang menekankan bahwa perayaan tahunan pun ada di Israel. Pada saat itu, raja menjalani ritus perendahan (humiliation) dan pemulihan (restoration) seperti perayaan di Babel. Ahli Skandinavia, Sigmund Mowinckel, memberikan pendapat yang lebih berdasar ketika ia mengatakan bahwa perayaan peringatan Tahun Baru di Israel lebih berpusat pada penakhtaan Allah sendiri, dan perayaan akan kesinambungan kuasa-Nya atas kuasa kekacauan dan ketidakteraturan. Sarjana-sarjana yang lain menolak pendapat ini karena mereka lebih melihat bahwa festival Tahun Baru di Israel (pesta Pondok Daun) adalah kesempatan untuk memperbarui dengan sungguh-sungguh perjanjian yang dibuat di Gunung Sinai - bisa juga sebagai peringatan tahunan atas penetapan keluarga kerajaan Daud. Tentunya, sulit untuk menerima bahwa raja di zaman Israel purba, secara keseluruhan, atau bahkan secara utama menjalankan fungsi agamawi. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ide Babel tentang ke-raja-an diterima secara luas oleh dunia purba. Sebagai tambahan, banyak dari teori itu bersandar pada rekaan yang cerdik yang terlalu menekankan mazmur dan kurang memperhatikan bagian PL lainnya. Harus diakui, di bagian lain dari PL ada penekanan bahwa raja Yehuda telah ditunjuk dan dipilih oleh Allah sendiri. Namun, kebanyakan dari pendapat-pendapat tersebut merupakan suatu komentar teologis terhadap fakta sederhana dari kehidupan, dan kesan keseluruhan yang diberikan PL tentang raja adalah bahwa raja adalah manusia yang aktivitasnya (secara natural dan tidak terelakkan) memiliki beberapa interaksi dengan ibadah agamawi, tetapi wilayah operasinya yang utama ada di bidang lain, yaitu dalam fungsi yudisial dan diplomatik kerajaan kuno.
Diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Memahami Perjanjian Lama I |
Judul Artikel | : | Masyarakat dan Agama |
Penulis | : | John Drane |
Penerbit | : | Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta, 2002 |
Halaman | : | 79 - 83 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA