Keluarga yang Sehat

Keluarga yang sehat bukanlah sekelompok manusia yang sekadar hidup bersama-sama dan saling berbagi pengalaman. Kalau saya mengatakan bahwa keluarga santosa adalah keluarga yang sehat, sesungguhnya yang saya maksudkan bukanlah bahwa setiap anggota keluarga santosa itu bebas dari segala macam penyakit. Yang saya maksudkan ialah bahwa setiap pribadi dalam keluarga itu, yang tua dan yang muda, sedang menikmati kehidupan ini dan sedang bertumbuh menjadi orang sebagaimana yang direncanakan Allah baginya.

Apa yang menjadi ciri suatu keluarga yang sehat? Apakah yang terjadi di dalam keluarga yang setiap anggotanya sedang hidup dan berkembang dengan cara yang sehat? Saya yakin bahwa hal-hal yang berikut ini merupakan esensi dari satu keluarga yang sehat.

1. Membina Rasa Saling Menghargai.

Di dalam keluarga yang sehat, baik orang tua maupun anak-anak, sama-sama membina rasa saling menghargai. Sang suami memperlakukan sang istri dengan baik dan dengan kasih, dan dengan demikian memberi teladan yang dapat diikuti oleh seluruh keluarga.

Untuk membina rasa hormat atau menghargai, orang tua perlu mendengarkan dengan cermat anak-anaknya. Orang tua tidak boleh memotong jika anaknya sedang berbicara. Memotong pembicaraan anak- anak bukan hanya menjengkelkan mereka, tetapi seakan-akan sekaligus mengatakan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang penting. Orang tua patut meminta saran-saran dari anak-anak mereka. Jika anak-anak itu melihat bahwa ada saran mereka yang dilaksanakan, maka mereka akan merasa diri mereka berharga.

Cara lain bagi orang tua untuk menunjukkan bahwa mereka menghargai anak-anaknya ialah dengan mendorong mereka untuk sedapat mungkin mengambil keputusan sendiri. Dengan mengizinkan mereka untuk membuat beberapa keputusan, mereka mengetahui bahwa orang tua mereka mempercayai mereka dan keputusan mereka. Hal ini akan memupuk perasaan untuk menghargai dirinya sendiri.

Untuk memupuk perasaan menghargai dirinya sendiri itu kita perlu bersikap sopan terhadap anak-anak. Jika orang tua berkata: "Terima kasih", "Bolehkah saya ...?", dan "Tolong ..." kepada anak-anak, anak-anak pun akan mulai memakai ungkapan-ungkapan itu terhadap orang lain. Rasa menghargai akan melahirkan rasa menghargai.

Seorang anak perlu mendengar komentar yang positif tentang dirinya. Kita akan membuat anak itu berlaku tidak sopan, jika kita terus- menerus mempermainkan dia. Ia akan mulai merasa rendah diri dan juga merasa dirinya tidak layak.

Untuk membangun rasa menghargai, orang tua harus menaruh perhatian pada berbagai macam kegiatan anaknya. Gambar hasil karya anak itu sangat penting bagi anak itu sama seperti suatu urusan dagang yang besar bagi orang tua.

Jika Anda mengakui kepada anak-anak Anda bahwa Anda bersalah pada waktu Anda memang bersalah, maka Anda menyebabkan mereka menghargai Anda dan juga menghargai diri mereka sendiri sekalipun jika mereka pada suatu saat kelak berbuat salah. Kadang-kadang orang tua memberi pesan yang harus disampaikan oleh seorang anak: "Katakan kepada mereka bahwa saya tidak di rumah", atau "Katakan kepada mereka bahwa saya tidak dapat pergi, saya sakit". Jika pesan-pesan itu tidak benar dan anak-anak mengetahui hal ini, maka anak itu jadi kurang menghargai orang tuanya. Mereka pun akan bertanya-tanya apakah mereka juga sering dibohongi oleh orang tua mereka. Ini merupakan salah satu peristiwa di mana orang tua harus mengakui kesalahan mereka kepada anak-anaknya.

2. Menemukan dan Mengembangkan Bakat.

Belajar memasak

Setiap manusia lahir di dunia ini dengan seperangkat bakat dan kemampuan yang unik, dan di rumahlah tempat yang paling tepat untuk menemukan bakat dan kemampuan setiap orang, mengenalinya, dan mengembangkannya. Inilah bagian yang paling mendebarkan dan menyenangkan dari suatu kehidupan keluarga yang sehat! Keluarga menjadi makin kuat dan makin bermanfaat karena dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan dari setiap anggotanya.

Keluarga harus mendorong sang ibu dalam minat dan bakat-bakatnya. Hal yang sama pun harus dilakukan terhadap sang ayah. Janganlah membiarkan orang tua berdiam diri. Setiap orang harus bertumbuh dan mengembangkan bakat-bakatnya. Setiap anggota keluarga harus mendorong sang ayah; setiap anggota keluarga harus memberi semangat kepada sang ibu. Dengan cara demikian mereka akan menjadi orang- orang Kristen yang lebih berbahagia, lebih sehat dan lebih berguna.

Orang tua harus menemukan bakat-bakat yang dikaruniakan Allah kepada putra-putrinya. Mereka harus mulai memperhatikan minat-minat ini sejak anak-anaknya masih kecil. Walaupun dalam masa pertumbuhan mereka, dari waktu ke waktu, minat anak-anak itu berubah, beberapa bakat biasanya tetap bertahan melampaui masa kanak-kanak, masa remaja, dan terus tetap bertahan dalam masa dewasa.

Dalam keluarga yang sehat, orang tua melakukan segala sesuatu yang mereka sanggup untuk menolong setiap anak agar menemukan bakat- bakatnya dan menggunakan bakat itu di dalam waktu senggang dan dalam berbagai hobi mereka. Jimmy mulai menunjukkan suatu minat dalam bidang memotret sejak umur sekitar sembilan tahun. Orang tuanya mendorong dia untuk membaca buku dan majalah mengenai seni memotret. Mereka membelikannya sebuah kamera yang sederhana sehingga ia dapat membuat berbagai potret, dan mereka juga memberi dia semangat. Jimmy benar-benar menikmati hobi ini dan mendapat banyak manfaat berkat dukungan orang tuanya.

3. Mengungkapkan dan Menunjukkan Kasih.

Salah satu kebutuhan emosional yang paling penting adalah kasih- sayang. Setiap orang mendambakannya; setiap orang membutuhkannya. Tempat yang terbaik untuk menunjukkan, menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, dan mempraktekkan kasih sayang adalah di dalam keluarga. Dengan demikian, setiap anggota keluarga - ibu, ayah, putra, dan putri - berkembang dengan cara yang sehat dan dengan demikian akan dapat menyisihkan banyak sekali masalah di dalam kehidupan ini.

Memberi dan menerima kasih sayang ini harus berlaku bagi setiap orang di dalam keluarga. Orang tua harus saling menunjukkan kasih. Anak-anak harus menunjukkan kasih kepada orang tua, dan orang tua harus menunjukkan kasih kepada anak-anak mereka. Kakak-beradik harus saling mengasihi.

Dengan demikian di dalam diri setiap anggota keluarga - terutama sekali di dalam diri sang anak - akan tumbuh rasa menghargai dirinya sendiri dan akan memiliki sikap atau pandangan yang sehat terhadap dirinya sendiri. Suasana ini juga akan menumbuhkan rasa saling mempercayai dan saling menghargai di antara para anggota keluarga. Pada waktu anak itu sudah dewasa, pengalamannya di dalam keluarga yang penuh kasih akan membuat ia sanggup membuka dirinya kepada orang lain dan menjadi berkat bagi mereka.

Penting sekali agar orang tua senantiasa ingat untuk mengungkapkan kasih sayang mereka secara lisan, selain mengungkapkan kasih mereka dalam bentuk perbuatan. Tindakan atau perbuatan memang penting, namun kata-kata dapat makin meneguhkan apa yang sudah dinyatakan dalam bentuk perbuatan itu. Orang tua harus berkata dengan terus terang: "Saya sayang padamu, Budi" atau "Saya sayang padamu, Tina". Jika kasih itu diucapkan di dalam keluarga, maka anak-anak akan bertumbuh menjadi dewasa dan kelak dapat mengasihi suami atau istri mereka dengan sepenuh hati dan secara terang-terangan. Mereka akan terhindar dari kekurangan yang diderita banyak orang yaitu ketidakmampuan untuk menunjukkan dan menerima kasih sayang.

4. Menghormati Batas-batas yang Wajar.

Segala sesuatu di dalam kehidupan ini ada batasnya. Mau atau tidak mau, untuk setiap orang ada hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Tempat yang paling baik untuk belajar mematuhi dan menghormati batas-batas ini ialah di dalam keluarga.

Orang tua dalam keluarga yang sehat menampilkan diri mereka menjadi contoh bagi anak-anak mereka dengan mematuhi undang-undang dan peraturan-peraturan negara, daerah, dan pemerintah setempat. Kepatuhan ini diperlihatkan baik dalam kata-kata maupun tindakan. Anak-anak akan belajar menghargai dan menyukai diri mereka dengan lebih baik apabila mereka taat, seperti orang tua mereka juga taat.

Jika seseorang melanggar hukum, maka ia akan dihukum menurut sistem peradilan yang ada. Demikian juga halnya jika anak-anak tidak taat; mereka pun harus dikenakan tindakan disiplin. Jika orang tua menghukum anak-anak mereka, itu berarti mereka sedang menunjukkan bahwa kasih mereka terhadap anak-anak mereka itu cukup besar sehingga mereka ingin membuat agar anak-anak itu taat. Sebagian orang merasa sulit menerima prinsip ini, namun hal ini memang benar. Kitab Amsal menyatakan: "Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi" (Ams. 3:12).

Jika seorang anak yang baru berumur lima tahun bersikeras untuk bermain-main di tengah jalan yang ramai, maka cara satu-satunya untuk mencegahnya ialah dengan menghukumnya, dan ia memang harus dihukum. Sama sekali tidak masuk akal jika ada orang tua yang mengasihi anaknya, tetapi mengizinkan dia untuk melakukan sesuatu yang bodoh seperti bermain-main di tengah lalu lintas yang ramai.

Tentunya, hukuman dan tindakan koreksinya harus sesuai dengan umur dan kepribadian anak itu. Waktu anak itu sudah makin besar, maka orang tuanya juga sudah harus makin sedikit menggunakan pukulan sebagai sarana hukuman. Bagi anak yang lebih besar orang tua sudah harus lebih banyak bertukar pikiran dengan anak itu, serta mengemukakan alasannya yang masuk akal atas apa yang dilakukannya itu. Beberapa bentuk hukuman lebih cocok bagi sebagian anak tertentu daripada bagi sebagian lainnya.

Dalam mengajarkan anak untuk menghormati undang-undang atau peraturan dan dalam melaksanakan tindakan disiplin, orang tua perlu menjelaskan kepada sang anak apa yang seharusnya ia lakukan dan mengapa ia harus dihukum untuk kesalahannya itu. Mengatakan "lakukan itu karena saya mengatakan demikian kepadamu" tidaklah akan menolong anak itu untuk mengerti atau menghargai wewenang.

5. Mengembangkan Citra Diri Sendiri yang Sehat.

Bagi seorang anak atau orang dewasa hampir tidak ada hal lain yang lebih penting daripada citra yang sehat tentang dirinya sendiri. Seorang yang menghargai dirinya sendiri atau yang mempunyai citra diri yang sehat akan dapat mengatasi berbagai kesulitan di dalam kehidupan ini.

Orang tua perlu menolong anak-anak mereka agar mereka memupuk dan mengembangkan perasaan yang positif tentang diri mereka sendiri. Seorang anak yang memiliki citra diri yang baik bukan hanya akan disenangi banyak orang di sekelilingnya, tetapi rasa harga diri itu juga akan terus terbawa sampai ia menjadi dewasa. Perasaan yang positif tentang diri sendiri akan menyanggupkan dia untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan keadaan yang terus berubah.

Orang tua dapat membangun citra diri yang sehat dalam diri anak- anak mereka dengan memberi semangat kepada mereka untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka. Mendengarkan apa yang dikatakan oleh anak-anak bukan hanya akan memberi kesan bahwa mereka itu penting, tetapi orang tua juga akan tetap mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam diri anak-anak itu, bagaimana sifat dan kepribadian mereka itu dibentuk dan dipengaruhi.

Orang tua dapat menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka itu penting bagi Allah. Ajarkanlah kepada mereka dari Alkitab bahwa Allah sendiri telah menciptakan mereka menurut gambar dan rupa Allah sendiri dan bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dengan harga yang mahal, yaitu darah Anak-Nya. Beritahukanlah kepada anak-anak itu bahwa malaikat-malaikat sedang melindungi mereka dan bahwa surga telah dipersiapkan untuk mereka. Segala kebenaran yang indah ini akan meyakinkan anak-anak bahwa mereka itu berharga sekali. Kehidupan mereka berharga di mata Allah, dan hal ini seharusnya membuat mereka melihat bahwa kehidupan mereka itu penting.

Tetapi bukan hanya anak-anak yang mendapat manfaat jika anak mempunyai citra diri yang sehat. Orang tua juga mendapat manfaat. Itu sebabnya suami istri harus saling memberi semangat. Janganlah ada salah seorang orang tua yang melewatkan satu hari pun tanpa dihargai atau tanpa mendapat dorongan semangat dari kawan hidupnya.

6. Peka terhadap Keadaan Masyarakat dan Dunia.

Dalam keluarga yang sehat anak-anak menjadi besar dengan menyadari bahwa mereka bukan hanya bagian dari satu keluarga, tetapi juga bagian dari masyarakat dan bangsa-bangsa di luar batas negara mereka. Saat kita hanya memikirkan diri kita sendiri saja sekarang sudah lewat. Hampir tidak ada sesuatu yang dapat terjadi di satu negara tanpa mempengaruhi negara lain. Anak-anak harus menyadari akan tanggung jawab mereka untuk mengetahui apa yang terjadi dengan sesama manusia mereka.

Di dalam keluarga Kristen, anak-anak harus belajar bahwa tanggung jawab mereka terhadap dunia itu lebih daripada sekadar mengetahui saja. Tanggung jawab itu meliputi juga usaha untuk mencari jalan bagaimana caranya mereka dapat ikut membantu. Satu contoh yang nyata yang dapat dimengerti anak ialah merogoh saku mereka untuk mengeluarkan uang untuk dikirim kepada orang-orang di luar negeri yang tidak seberuntung diri mereka.

Sayang sekali bahwa di dalam kebanyakan rumah tangga anak-anak tidak pernah diberi kesempatan untuk membagikan apa yang mereka miliki kepada orang lain dengan cara demikian. Sehingga anak-anak menjadi besar dengan hanya memikirkan diri mereka sendiri, mobil mereka sendiri, milik pribadi mereka, atau apa saja. Mereka tidak pernah mengalaml bagaimana rasanya memikirkan tentang orang lain yang berada di dalam masyarakat dan di negara lain, mereka tidak pernah mengalami bagaimana rasanya berdoa dan menolong mereka.

Sekarang terserah kepada orang tua apakah mereka bersedia untuk saling menolong dan dengan demikian menolong anak-anak mereka untuk mengembangkan pandangan terhadap dunia yang luas ini. Hendaknya tidak ada anggota keluarga yang menyembunyikan diri dan hidup seperti siput. Orang tua harus menjadi teladan dalam hal menaruh minat dan perhatian terhadap orang-orang lain atau terhadap organisasi-organisasi lain di seantero dunia.

7. Dipuaskan secara Rohani.

Keluarga yang sehat adalah keluarga yang memelihara ketiga bidang kehidupan manusia: jasmani, emosional, dan rohani. Banyak keluarga yang mengabaikan kebutuhan rohani mereka, terutama kebutuhan rohani anak-anak mereka.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga merupakan makhluk rohani. Mereka mempunyai jiwa yang harus diberi makan, sebab jika tidak jiwa mereka akan jadi kerdil. Sama seperti tubuh mereka harus diberi makan dan pakaian, demikian juga kerohanian mereka harus dipelihara dan diberi makan.

Sekali peristiwa ketika saya sedang bepergian dengan pesawat terbang saya duduk berdampingan dengan seorang pengusaha yang menceritakan kepada saya tentang keluarganya. Ia sangat bangga tentang anaknya yang adalah seorang atlet yang baik. Orang ini berkata bahwa ia telah bertekad untuk mendorong anak-anaknya di dalam kegiatan sekolah dan olahraga. Ia menyekolahkan mereka di salah satu perguruan tinggi yang terbaik (dan yang termahal) di negaranya agar mereka dapat meraih hasil yang sebesar-besarnya di dalam kehidupan mereka. Ketika saya menanyakannya apakah ia sudah memenuhi kebutuhan rohani anak-anaknya, ia memandang kepada saya dengan roman muka seolah-olah saya adalah orang yang baru saja tiba dari angkasa luar. Ia bukan orang Kristen, dan ia tidak pernah memikirkan soal mengikutsertakan Allah dalam keluarganya.

Sebagai suami istri kita harus senantiasa saling mendorong untuk berperan sebaik-baiknya bagi Kristus. Janganlah ada seorang ayah atau ibu yang tinggal diam secara rohani. Kita harus saling menolong agar bertumbuh.

Sebagai orang tua, kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita sudah memberikan kepada anak-anak kita nilai-nilai yang kekal. Sudahkah kita mengusahakan segala sesuatu yang mungkin dilakukan untuk membina iman mereka kepada Allah? Kita dapat menolong anak- anak kita secara rohani dalam banyak cara. Sebagai contoh, kita dapat menjadi teladan dalam soal kesalehan; kita dapat menjalankan kehidupan yang benar yang menyenangkan Allah dan memberikan contoh- contoh nyata kepada anak-anak kita untuk mereka teladani atau bahkan melebihi teladan yang mereka lihat itu. Kita dapat menyatakan kepercayaan diri kita kepada Kristus dan menceritakan kepada anak-anak kita apa yang telah dilakukan Kristus di dalam kehidupan kita.

Tentunya, kesukaan yang terbesar ialah memimpin anak-anak kita kepada Kristus, namun pemeliharaan rohani tidak berhenti sampai di situ saja. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak untuk mengasihi dan bergantung kepada Allah dan mengajarkan agar mereka memahami Alkitab. Orang tua dapat bercakap-cakap dengan anak-anak mereka tentang Tuhan dan menolong mereka menafsirkan kejadian-kejadian masa sekarang di dalam terang firman Allah dan rencana-Nya bagi dunia. Pendidikan Kristen sangatlah penting. Dengan adanya begitu banyak sekolah dasar dan sekolah lanjutan yang baik, dan dengan begitu banyaknya perguruan tinggi yang istimewa, tak perlu seorang anak itu sekadar mendapat pendidikan yang biasa-biasa saja. Memenuhi kebutuhan rohani seorang anak berarti ikut menentukan di mana ia kelak berada sampai kekal.

8. Menentukan Sasaran Pribadi dan Sasaran Keluarga.

Sama seperti seorang harus mempunyai sasaran, demikian juga setiap keluarga harus mempunyai sasaran. Di dalam keluarga yang sehat, orang tua saling memberi semangat agar sasaran-sasaran mereka dapat tercapai. Mereka juga mendukung anak-anak mereka dalam membuat dan mencapai sasarannya. Sangat menyedihkan bahwa banyak sekali anak yang bertumbuh menjadi dewasa tanpa mempunyai sasaran sama sekali, dan akibatnya, kehidupan mereka tidak mempunyai arah.

Anak-anak juga harus mengerti apa yang menjadi sasaran keluarganya dan harus ikut membantu agar sasaran itu dapat dicapai. Orang tua dapat membahas sasaran-sasaran keluarga ini pada waktu seluruh anggota keluarga sedang berkumpul atau pada waktu ibadah sekeluarga.

Dalam keluarga yang sehat setiap individu bukan hanya menaruh minat pada sasarannya sendiri, tetapi juga menaruh minat pada sasaran anggota keluarga lainnya. Setiap orang berusaha menolong sesamanya agar dapat mencapai aspirasi mereka.

Sayang sekali bahwa terlalu banyak anak yang menjadi dewasa di dalam keluarga-keluarga di mana mereka hanya makan minum, ke sekolah, tidur, dan mengulangi kegiatan yang serupa esok harinya. Mereka terantuk-antuk di dalam perjalanan hidup mereka tanpa arah yang tetap. Karena hanya ada satu kali kesempatan untuk hidup, maka sangatlah penting untuk mengetahui jalan mana yang hares ditempuh dan bagaimana caranya agar dapat sampai ke sana.

9. Bekerja dan Bermain Bersama.

Bermain bersama

Salah satu dari kegembiraan kehidupan keluarga yang sehat ialah bekerja dan bermain bersama-sama. Dalam zaman modern ini mudah sekali bagi sang putra pergi ke perkumpulan anu, sang putri ke pramuka, sang ibu ke arisan, dan sang ayah ke rapat perusahaannya. Dengan melakukan perkara-perkara ini, mereka sebenarnya sedang menjauhkan diri dari salah satu kegembiraan yang terbesar yang mungkin dinikmati di dalam kehidupan ini yaitu bekerja dan bermain bersama sama sebagai satu keluarga.

Jika kita sebagai orang tua menyediakan waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak kita, maka itu berarti kita sedang memberitahukan kepada mereka bahwa kita mengasihi mereka. Bagaimanapun juga, kita gemar menghabiskan waktu bersama-sama dengan orang-orang yang paling kita kasihi dan seharusnya orang-orang itu adalah keluarga kita sendiri. Dalam unit keluarga yang sehat setiap pribadi akan menghabiskan banyak waktu senggang dan waktu gembiranya bersama anggota keluarga lainnya.

10. Mempunyai Kebiasaan yang Baik Demi Kesehatan.

Sangat sulit bagi seseorang untuk bertindak dengan baik jika ia tidak sehat. Orang tua bertanggung jawab untuk mengusahakan agar semua anggota keluarganya berada dalam keadaan kesehatan yang sebaik-baiknya dan agar setiap orang mempunyai kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatannya dan merasakan bahwa badannya dalam kondisi yang mantap. Orang tua melakukan sesuatu yang baik bagi anaknya sepanjang umur hidupnya apabila mereka mendorong anaknya itu agar mempunyai kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatannya dan membawa mereka ke dokter untuk diperiksa jika diperlukan.

Sebagai seorang ahli ilmu jiwa yang menangani masalah orang tua dan anak-anak selama bertahun-tahun, saya heran melihat banyaknya orang dewasa yang menceritakan kepada saya bahwa tidak ada seorang pun menyadari bahwa mereka kehilangan daya pendengaran atau mempunyai masalah pada penglihatan mereka sampai mereka sudah menjelang dewasa. Seorang dokter wanita mengatakan kepada saya: "Saya tidak pernah mengetahui sebelumnya bahwa orang lain tidak melihat dua bayangan dari satu benda yang dilihatnya sampai saat saya memasuki sekolah kedokteran." Selanjutnya ia mengatakan bahwa karena ia memiliki dua buah mata, ia menganggap bahwa wajarlah jika ia melihat segala sesuatu itu dua. Misalnya, jika ada seorang anak berdiri di depannya, ia melihat dua bayangan dari satu anak yang sama.

Kira-kira sepuluh kali setahun berbagai kelompok orang-orang dewasa datang ke kampus Narramore Christian Foundation di Rosemead, California, selama satu atau dua minggu untuk mengikuti latihan dan evaluasi khusus. Selama waktu itu saya beserta staf saya menjadi sangat kenal orang-orang itu. Suatu kenyataan yang selalu mengherankan saya ialah bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri atas lima puluh sampai seratus orang, kami selalu mendapati cukup banyak orang, laki-laki dan wanita, yang mempunyai masalah fisiologis yang cukup gawat. Dan, tentunya "masalah kesehatan tubuh" mereka itu menghambat mereka sehingga mereka tidak dapat berhasil dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri sebagaimana mestinya. Apakah sebabnya sehingga masalah-masalah fisik semacam itu sudah berlangsung sedemikian lama tanpa diketahui, bahkan sampai tiga puluh atau empat puluh tahun? Saya yakin bahwa sebagian dari jawabnya terletak pada kenyataan bahwa orang tua mereka tidak pernah mengamati mereka dengan saksama. Dalam keluarga yang sehat, kesejahteraan fisik setiap anggotanya juga diperhatikan.

11. Saling Mencukupi secara Finansial.

Dalam keluarga yang sehat, setiap anggota keluarga memperhatikan agar dapat mencukupi kebutuhan finansial yang dasar dari anggota keluarga yang lainnya. Anak-anak dan orang tua haruslah membicarakan soal anggaran belanja keluarga dan membahas apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan keluarga, apa yang dapat dibeli, dan apa yang tidak. Dengan demikian anak-anak dapat mempunyai cara berpikir yang praktis dalam soal keuangan dan mendapat pengetahuan tentang penghasilan dan tentang tabungan uang. Orang tua dapat membuat suatu kontribusi yang bermakna seumur hidup bagi kesejahteraan anak-anak mereka dengan jalan menolong mereka agar mengerti tentang kerja, penghasilan, tabungan, dan penanaman modal. Anak-anak perlu mempunyai sikap yang sehat dan realistik terhadap uang, walaupun mereka harus menyadari juga bahwa uang bukanlah hal yang terpenting dalam kehidupan ini.

Tentunya, salah satu segi yang paling penting dari keuangan ialah perpuluhan. Sungguh merupakan satu hak istimewa bagi pasangan suami istri jika mereka memulai kehidupan bersama mereka dengan mengetahui bahwa Allah telah menyediakan segala sesuatu yang mereka miliki dan segala sesuatu yang kelak akan mereka miliki! Mereka sudah belajar dari orang tua mereka tentang berkat yang dialami jika mereka memberi persembahan untuk organisasi atau kegiatan Kristen. Sekarang mereka membawa hati yang suka memberi itu ke dalam kehidupan mereka yang barn. Mungkin hal yang sekarang menjadi masalah bagi banyak orang bukanlah tentang kemampuan seseorang untuk mencari uang, melainkan sikap orang itu terhadap uang yang dihasilkannya itu. Dan hal ini seharusnya dipelajari di dalam keluarga.

12. Memikul Tanggung Jawab dalam Keluarga.

Setiap orang dilahirkan untuk melakukan sesuatu - untuk bekerja, untuk berlatih, dan untuk berkarya. Sungguh suatu keluarga itu adalah keluarga yang sehat, jika di dalam keluarga itu setiap anggotanya mengambil bagiannya dan belajar menerima tanggung jawab sejak usia dini. Tentunya, tanggung jawab seorang anak haruslah disesuaikan dengan kematangannya, namun setiap anak dapat melakukan sesuatu betapa pun kecilnya anak itu.

Belum lama berselang saya berbicara dengan seorang wanita yang dibesarkan dalam keluarga di mana ia tidak pernah mendapat tanggung jawab khusus apa pun. "Ibu saya seorang perfeksionis," kata wanita itu. "Saya tidak pernah dapat melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan dia, maka saya selalu diusirnya dari dapur atau di mana saja ia sedang bekerja, sambil mengatakan bahwa dialah yang akan melakukan semuanya. Tentu saja, ibu dapat melakukan segala sesuatu dengan lebih cepat dan lebih baik, tetapi yang menyedihkan ialah ketika saya menikah, saya tidak mampu melakukan apa pun. Saya tidak mengetahui apa-apa tentang mengurus rumah; dan yang lebih parah lagi, saya tidak percaya bahwa saya mampu melakukannya."

Betapa menyedihkan bila harus melepaskan anak untuk pergi sekolah di perguruan tinggi atau untuk menikah dan membina rumah tangga sendiri, tetapi kita mengetahui bahwa kemampuannya untuk mengerjakan sesuatu itu masih sangat terbatas! Jika seseorang telah belajar bertanggung jawab dan melakukan tugas-tugas di dalam keluarga, ia akan merasa lebih yakin dan akan memiliki sikap yang lebih sehat terhadap dirinya sendiri.

Diambil dari:
Judul Buku : Liku-liku Problema Rumah Tangga
Judul Artikel : Keluarga yang Sehat
Pengarang : Dr. Clyde M. Narramore
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993
Halaman : 12 -- 26
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA