Apakah Alkitab Mengandung Alegori?
Apakah Alkitab Mengandung Alegori?
Seorang murid Kitab Suci harus memahami bahwa 66 kitab unik yang membentuk Alkitab mengandung beberapa genre atau gaya penulisan yang berbeda. Penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa Allah dengan sengaja "berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi" (Ibrani 1:1).
Perangkat Sastra dalam Alkitab
Jadi, apa saja perangkat sastra yang terkandung dalam Alkitab? Beberapa kelompok utamanya, antara lain:
- Sejarah atau narasi (seperti Kejadian dan kitab-kitab Injil)
- Hikmat dan kidung atau puisi (seperti Mazmur dan Amsal)
- Surat-surat kepada perorangan dan gereja (seperti Efesus dan Yakobus)
- Apokaliptik atau nubuatan zaman akhir (seperti Wahyu)
Namun, saat kita memperhatikan lebih dekat, kita dapat melihat bahwa dalam kelompok-kelompok utama ini pun, kita dapat menemukan subkategori penulisan yang lebih khusus, seperti silsilah atau garis keturunan, perumpamaan, ratapan, pengakuan dosa, doa, mazmur atau kidung pujian, ajaran Allah, perintah Yesus (seperti ucapan bahagia), khotbah, hukum, dokumen pemerintahan, dan banyak lagi.
Dalam artikel karya Don Carson tentang Literary Structures in Scripture (Struktur Sastra dalam Kitab Suci), kita membaca bahwa:
Allah menunjukkan hikmat providensia-Nya dengan memberi kita sebuah Alkitab yang terdiri dari semua genre literatur ini, dan masih banyak lagi. Keberagaman ini membentuk manfaat hebat, karena setiap genre memiliki cara yang sedikit berbeda untuk menarik kita, memberikan dampak bagi kita. Bersama-sama, mereka melakukan lebih banyak daripada mengajar pikiran kita: mereka menyalakan imajinasi kita, mendorong kita bermeditasi, menimbulkan gambaran-gambaran mental, mengundang kita untuk mengingat, menarik emosi kita, membuat kita malu saat pikiran atau tindakan kita menyolok dan tidak pantas, dan membuat roh kita melonjak dengan sukacita .... Allah, dalam hikmat-Nya yang sempurna, memberi kita naskah yang mendasar, yaitu kitab-kitab dalam Alkitab, dalam berbagai bentuk yang berbeda secara spektakuler. Tidak ada hal yang membosankan atau bersifat mekanis tentang studi Alkitab. Di sini, kita bersentuhan dengan pikiran Allah yang mengajar, menggugah, kreatif, dan luar biasa kaya.
Jadi, saat kita membaca, mempelajari, atau mengajakan Alkitab, kita harus berhati-hati untuk melakukannya dengan perspektif yang benar tentang bagaimana Alkitab itu ditulis. Jika kita tidak tahu atau tidak memperhatikan genre suatu bagian, kita berisiko menerapkannya dalam kehidupan kita secara salah atau mengajarkannya kepada orang lain secara salah. Ini bisa mengakibatkan doktrin yang tidak berguna atau tidak penting, atau bahkan kepercayaan yang bersifat menghujat. Sebagaimana yang ditulis oleh Gilbart-Smith dalam artikelnya tentang mempelajari Alkitab:
Terlalu banyak khotbah mengabaikan genre suatu bagian, lalu mengkhotbahkan ... semuanya itu dengan cara yang sama sebagai suatu seri pernyataan proposisional. Meski segala khotbah harus menyampaikan kebenaran proposisional, khotbah-khotbah itu tidak boleh terlalu disederhanakan menjadi itu saja. Konteks literatur bagian-bagian tersebut ... tidak boleh ... diratakan dalam khotbah.
Karena itu, pesan dari Kidung Agung, yang kaya dengan puisi dan simbol, harus diajarkan dan diterapkan secara berbeda dibandingkan dengan pesan yang disampaikan oleh narasi tentang mukjizat-mukjizat Yesus dalam kitab Yohanes, dan keduanya harus diajarkan dan diterapkan secara berbeda dibandingkan dengan studi tentang ajaran langsung Paulus tentang menjalani hidup yang saleh dalam suratnya kepada orang percaya di gereja-gereja di Kolose.
Hal ini sama sekali tidak menghilangkan dari kesatuan dan pusat pesan Injil dari Alkitab. Sebaliknya, ini menambahkan keberagaman yang menolong, yang memampukan kita melihat pesan keseluruhan yang sama dalam terang yang berbeda dan melalui berbagai lensa penulis yang berbeda-beda.
Apa Itu Alegori dan Apakah Itu Digunakan dalam Alkitab?
Hal ini membawa kita kepada pertanyaan inti dalam artikel ini, yaitu: Apakah Alkitab mengandung alegori? Dan, jawaban sederhananya adalah: Ya! Namun, kita juga harus memahami bahwa Alkitab sendiri tidak bersifat alegoris; sama halnya, tidak seluruhnya adalah puisi, narasi, dsb.. Terdapat perbedaan yang sangat penting di sini.
Menurut Dictionary.com, suatu alegori adalah "perwakilan makna abstrak atau spiritual melalui bentuk konkret atau materiil" Suatu kisah alegoris dapat ditafsirkan untuk menunjukkan makna moral atau politis yang tersembunyi. Untuk benar-benar memahami suatu alegori, Anda harus membacanya secara simbolis atau kiasan.
Sebagai contoh, dalam Hakim-Hakim 9, seorang bernama Yotam menceritakan kisah tentang suatu masa ketika pohon-pohon berkumpul untuk mengurapi sebuah pohon zaitun untuk menjadi raja atas mereka. Dari konteksnya, jelas bahwa kisah yang diceritakannya ini hanyalah fabel. Fabel adalah suatu cerita yang mengajarkan pelajaran moral melalui binatang atau benda-benda lain yang mewakili manusia.
Contoh lainnya misalnya banyak dari perumpamaan Yesus yang Dia ajarkan untuk menggambarkan (dan sering kali menjelaskan) aspek-aspek penting dari karakter Allah, tanggung jawab manusia, dan Kerajaan Allah. Bahkan, Yesus sering kali mengajar para pendengar-Nya dengan menceritakan kisah-kisah alegoris.
Namun, seperti yang sudah kita bahas, Alkitab tidak seluruhnya bersifat alegoris, dan kita tidak dapat membacanya secara alegoris. Maksud saya, jika kita membaca narasi-narasi dalam Perjanjian Lama tentang bagaimana Allah menuntun bangsa Israel keluar dari perbudakan, melewati padang belantara, dan masuk ke "Tanah Perjanjian" dalam kitab Keluaran secara alegoris, kita berisiko memperlakukan seluruh kisah tersebut sebagai fantasi atau dongeng belaka, bukannya suatu fakta.
Jika konsekuensi malapetaka dari hal itu tidak cukup jelas bagi Anda, cobalah melakukan pendekatan yang sama terhadap kisah Penciptaan dalam Kejadian 1-3. Jika Allah tidak benar-benar menciptakan bumi, atau jika Dia tidak benar-benar menciptakan laki-laki dan perempuan atau bereaksi terhadap dosa sebagaimana dijelaskan secara gamblang oleh Alkitab, kita akan terperosok ke dalam asumsi-asumsi kita sendiri tentang rancangan Allah yang penuh tujuan untuk bumi, umat manusia, pernikahan, keluarga, dan kehidupan itu sendiri.
Pada kenyataannya, menganggap sesuatu sebagai suatu alegori, sedangkan pada faktanya ia merupakan suatu narasi, berarti mendiskreditkan validitasnya dan menghilangkan kepercayaan mendasar bahwa Alkitab adalah kebenaran yang tidak salah. Sayangnya, hal ini merupakan kesalahan umum yang dibuat orang ketika mempelajari Alkitab.
Pada sisi lain, jika kita mengakui bahwa peristiwa-peristiwa dalam Keluaran dan Kejadian benar-benar terjadi pada masa yang lampau terhadap orang-orang pada masa itu, kita dapat mulai memperhatikan pola-pola tentang cara kerja Allah, contoh-contoh tingkah laku manusia, bahkan simbol-simbol yang umum ditemukan dalam teksnya. Pendekatan yang sehat ini dapat dan seharusnya akan menuntun kita untuk menarik penerapan yang cermat dari teks tersebut dalam hidup kita pada masa kini.
Jadi, dengan tetap menggunakan contoh-contoh dari Kejadian dan Keluaran secara khusus, saat kita mempelajari Alkitab dengan benar, kita dapat menarik penerapan dengan memastikan kehidupan pernikahan kita sesuai dengan rancangan dan tujuan Allah, dengan mengakui dosa kita terhadap penyembahan berhala, dan dengan merasa didorong oleh hadirat dan providensia Allah yang terus-menerus. Seperti yang dapat Anda lihat, terdapat perbedaan yang luas antara membaca suatu bagian teks secara alegoris dan sekadar menarik penerapan alegoris dari suatu teks faktual.
Apa Artinya Ini?
Membaca dan mempelajari Alkitab dengan cara yang setia secara kontekstual yang mengakui berbagai jenis dan ragam sastra yang digunakan untuk menulisnya bukan hanya sesuatu yang harus dapat dilakukan dengan baik oleh para rohaniwan dan pendeta.
Itu merupakan latihan yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya yang rindu untuk memahami firman Allah dengan benar. Itu merupakan salah satu dari banyak cara bagi kita untuk menerapkan ayat: "Lakukan yang terbaik untuk mempersembahkan dirimu dengan layak di hadapan Allah sebagai pekerja yang tidak perlu malu, dan yang telah mengajarkan perkataan kebenaran dengan tepat" (2 Timotius 2:15, AYT). (t/Odysius)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity.com |
Alamat artikel | : | https://www.christianity.com/wiki/bible/does-the-bible-contain-allegory.html |
Judul asli artikel | : | Does the Bible Contain Allegory? |
Penulis artikel | : | Robert Hampshire |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA