Peristiwa Kebangkitan

Bukanlah tujuan kami di sini untuk membahas masalah-masalah sejarah yang timbul dari catatan-catatan tentang kebangkitan secara panjang lebar. Tujuan kami ialah untuk menguraikan apa yang terjadi untuk memampukan kita menilai peristiwa itu dan kepentingannya secara teologis.

1. Fakta bahwa Yesus benar-benar mati diterima oleh semua ahli, bahkan oleh mereka, seperti Bultmann, yang menyangkal bahwa kita dapat mengenal Yesus sebagai pribadi dalam sejarah. Lagi pula, kematian dalam bentuk penyaliban tidak dapat disangkal sebagai fakta sejarah.

2. Gagasan tentang seorang Mesias yang menderita tidak dapat diterima, bukan saja oleh orang-orang Yahudi, tetapi juga oleh murid-murid Yesus yang terdekat. Teguran Petrus yang kasar terhadap Yesus pada saat Ia mengatakan tentang penderitaan-Nya, memperlihatkan bahwa seluruh gagasan itu sama sekali tidak dapat diterima. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa murid-murid dikatakan melarikan diri pada waktu Yesus disalib.

3. Semua kitab Injil menyaksikan kubur yang kosong. Hal ini sendiri bukan merupakan bukti terjadinya kebangkitan, tetapi merupakan bagian dari kebangkitan itu, yang memerlukan penjelasan. Seandainya jenazah Yesus dapat ditemukan, maka kepercayaan akan kebangkitan Yesus pasti mustahil. Pernyataan yang tegas dalam 1 Korintus 15:4 bahwa Kristus telah dikuburkan dan telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, tentu mendukung pernyataan tentang kubur yang kosong.

4. Sejumlah peristiwa penampakan diri Yesus kepada murid-murid-Nya juga dicatat sebagai peristiwa yang betul-betul terjadi. Ia memperlihatkan diri-Nya kepada orang-orang secara pribadi maupun kepada kelompok-kelompok, dan pada suatu peristiwa Ia menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang (1 Korintus 15:6). Bagian pendahuluan dari Kisah Para Rasul menyimpulkan semua peristiwa penampakkan Yesus kepada para rasul sebagai berikut, "Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah" (Kisah Para Rasul 1:3). Peristiwa-peristiwa penampakan diri ini kelihatannya memiliki dua tujuan, pertama sebagai pengesahan dari kebangkitan itu dan kedua untuk memperlengkapi pengajaran Yesus dengan suatu kesempatan (atau serangkaian kesempatan) bersejarah yang khusus sehingga Yesus dapat mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang Kerajaan Allah dalam terang kebangkitan. Mengingat bahwa Yesus telah menampakkan diri kepada banyak orang sekaligus, maka kita tidak dapat menduga bahwa Yesus membatasi diri dengan menggunakan setiap kesempatan itu dengan cara yang sama.

Fakta-fakta ini merupakan gambaran sekilas dari suatu peristiwa obyektif yang menghasilkan iman akan kebangkitan dalam diri orang-orang Kristen mula-mula. Sekarang kita harus menyelidiki berbagai pendekatan yang menyangkal bahwa kebangkitan itu sungguh-sungguh terjadi dan menganggapnya sebagai suatu bentuk pengalaman perasaan dan bayang-bayang pikiran.

Diambil dari:
Judul Buku : Teologi Perjanjian Baru Jilid I
Judul artikel : Peristiwa Kebangkitan
Penulis : Donald Guthrie
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996
Halaman : 432 -- 439
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA