Kehidupan yang Konsisten
Catatan: Apologetika modern biasa diartikan sebagai: usaha untuk menunjukkan apa yang menjadi dasar kepercayaan orang Kristen kepada Allah dan bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyan yang diajukan, khususnya dari pihak non Kristen.
Kehidupan yang konsisten dalam diri orang Kristen, setiap hari merupakan suatu hal yang tidak boleh tidak ada atau tidak boleh dihilangkan dalam apologetika alkitabiah. Sering kali, orang Kristen sangat tertarik untuk memikirkan cara berapologetika atau teori untuk mendukung apologetika sehingga mereka lupa bahwa kehidupan mereka memengaruhi pembelaan mereka. Pengabaian akan hal ini yang sering kali melemahkan apologetika kristiani, pembelaan menjadi kosong oleh karena tidak disertai kesaksian yang nyata dari kehidupan yang suci.
Menyadari akan hal ini, Petrus memperingatkan para pembacanya untuk hidup dengan "hati nurani yang baik" sedemikian rupa sehingga mereka dapat memperlihatkan "tingkah laku di dalam Kristus" (1 Pet. 3:16). Dunia non Kristen sering kali menghakimi nilai dari Injil dengan mengamati konsistensi kehidupan dalam diri orang-orang percaya. Pembelaan kita akan Injil di gereja, tempat pekerjaan, atau di rumah tidak menjadi efektif oleh karena kehidupan kita yang tidak konsisten. Pada suatu waktu, kita dapat mendengar orang Kristen membela iman di hadapan orang tidak percaya dan bersamaan dengan itu dia menyerang saudara seimannya yang berselisih pendapat dalam hal yang tidak terlalu penting. Orang Kristen seperti ini sering kali tidak menyadari bahwa serangan mereka terhadap saudara seimannya sebenarnya telah menghalangi pembelaan iman mereka. Bahkan, sebenarnya tidak ada penghalang yang lebih besar bagi apologetika kristiani selain daripada perkelahian dan percekcokan yang terjadi dalam gereja.
Tuhan Yesus menyatakan keprihatinan-Nya akan akibat tidak adanya kesatuan dalam gereja sebagai suatu kesaksian kepada dunia dengan mengatakan:
"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku." (Yoh. 17:23)
Kita harus memenuhi gereja-gereja dengan kasih kristiani dan kesatuan apabila kita mau meyakinkan dunia yang tidak percaya ini. Satu faktor yang sering kali menghalangi orang Kristen dari membela iman dalam pekerjaan dan sekolah adalah kegagalan mereka untuk tidak bercela di hadapan teman-teman dan atasan mereka. Seorang karyawan yang telah mabuk dalam pesta Natal kantornya akan sangat sukar untuk dengan berani berdiri demi Injil pada saat "arti yang sebenarnya tentang Natal" didiskusikan pada hari Senin pagi berikutnya. Seorang murid Kristen akan menemukan kesulitan untuk membela kekristenan di hadapan kelasnya, kalau pada hari sebelumnya dia telah ditemukan menyontek dalam melakukan pekerjaan rumahnya. Di kalangan tetangga kita, keharmonisan dari keluarga kita, kebersihan dan kerapian dari rumah kita, dan keramahan serta kesediaan untuk memberikan pertolongan kepada tetangga semua itu memengaruhi kemampuan kita untuk memberikan pembelaan yang efektif akan iman kita. Pada saat area dalam kehidupan kita ini tidak sesuai dengan standar firman Tuhan, maka pembelaan kita akan gagal pula. Nama Kristus akan dipermalukan dan Dia akan menjadi bahan cemoohan dan hinaan oleh karena kita.
Demikian juga halnya dengan kesaksian dalam segi-segi yang sangat pribadi dari kehidupan orang Kristen, semua itu akan menguatkan atau melemahkan pembelaan kita akan kekristenan. Membaca Alkitab setiap hari dan berdoa merupakan hal yang sangat vital dalam apologetika alkitabiah. Menurut kitab Mazmur pasal 1 dikatakan:
"Orang yang benar adalah mereka yang: Kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (Maz. 1:2)
Kita harus melibatkan diri kita setiap hari dalam membaca dan menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan kita. Kalau tidak, kita akan tersesat dari jalan orang benar dan menjadikan kata-kata pembelaan kita suatu kemunafikan belaka. Lebih daripada itu, sebagaimana yang akan kita lihat, pusat dari metode alkitabiah dari pembelaan iman merupakan kemampuan untuk menjawab bantahan dari orang tidak percaya dengan jawaban yang berdasarkan firman Tuhan. Tanpa pengetahuan akan firman Tuhan, maka pembelaan alkitabiah secara praktis sangatlah tidak mungkin.
Selain itu, kehidupan doa yang setia dan tekun merupakan kunci dari apologetika yang efektif. Kekristenan bukanlah merupakan agama yang tidak melibatkan persetujuan yang bersifat pribadi dan yang dibela dengan argumentasi yang kaku. Namun, merupakan hubungan pribadi yang dinamis dari orang percaya dengan Allah melalui Kristus. Dalam doa, kita memanggil Allah, "Bapa kami yang ada di dalam surga." Kehidupan doa akan membawa seseorang dekat kepada Allah dan kesadaran akan kuasa Roh Kudus-Nya yang hidup. Paulus memberikan suatu peringatan:
"Tetaplah berdoa." (1 Tes. 5:17)
Hanya melalui kehidupan kita yang penuh dengan doa, maka kita akan melihat perkembangan apologetika alkitabiah dalam kehidupan kita. Hal ini harus diterapkan dalam praktik secara nyata dalam membela iman. Terlalu sering orang Kristen mempelajari apologetika lalu merasa bahwa mereka mampu dan kemudian bersandar pada kemampuan diri sendiri dalam berapologetika. Kepercayaan kepada diri sendiri ini memperlihatkan bahwa mereka tidak mengakui kebutuhan dan kepentingan untuk bergantung kepada pertolongan Allah dalam menghadapi orang tidak percaya dalam situasi seperti itu. Meskipun mereka mungkin merasa yakin dan bekerja keras dalam membela iman, jarang sekali orang Kristen yang mempunyai sikap seperti itu melihat buah dari hasil pekerjaan mereka. Mereka mungkin berhasil mengguncangkan orang tidak percaya, tetapi mereka tidak akan mungkin mempertobatkan mereka dengan kekuatan mereka sendiri. Kita harus berdoa dengan setia sebelum kita menghadapi lawan kita dan setelah kita berbicara dengan mereka biarlah kita tetap hanya bergantung kepada Kristus saja.
Kepentingan akan kehidupan orang Kristen yang berjalan seturut dengan firman Tuhan harus ditekankan dengan sungguh- sungguh. Karena tanpa itu, semua usaha kita dalam berapologetika akan menjadi sia-sia, tidak percaya mengenai surga, tetapi apalagi kita hidup seperti orang yang akan menuju neraka, maka kita akan sangat sukar berharap untuk berhasil. Pembelaan yang terbesar dari iman akan jatuh apabila mereka kurang setia dalam kehidupan sebagai orang percaya.
Diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Menaklukkan Segala Pikiran Kepada Kristus |
Judul artikel | : | Kehidupan yang Konsisten |
Penulis | : | Richard L. Pratt Jr. |
Penerbit | : | SAAT: Malang, 1995 |
Halaman | : | 90 - 92 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA