Hukum Peribadatan

Menurut sistem pembagian yang lama, hukum "upacara" dianggap sebagai pragambaran karya Kristus dan karena itu dikatakan sudah digenapi oleh Dia sehingga tidak berlaku lagi. Pengertian banyak orang Kristen tentang hukum peribadatan Perjanjian Lama ditentukan oleh ajaran Surat Ibrani dan terbatas pada kurban sembelihan, peraturan-peraturan keimaman, dan upacara Hari Raya Pendamaian. Semuanya ini memang adalah bagian-bagian yang penting dari hukum peribadatan, tetapi sama sekali bukanlah keseluruhannya. Bagi seorang Israel, kehidupan peribadatan mencakup hal-hal seperti pengaturan makanan dan kesehatan dengan pembedaan antara makanan yang halal dan haram, Sabat dan perayaan-perayaan lain, sama halnya dengan tuntutan-tuntutan praktis yang mempunyai dampak-dampak sosial yang penting, seperti persembahan, persepuluhan, buah sulung, dan pengumpulan sisa-sisa panen.

Bahkan pranata ekonomi yang utama, yaitu tahun Sabat mempunyai dasar peribadatan. Tahun ini didasarkan atas keyakinan bahwa Allah memiliki tanah dan disebut "suatu Sabat untuk TUHAN" (Imamat 25:4) dan waktu "penghapusan utang demi TUHAN" (Ulangan 15:2). Jadi, kewajiban material dan kurban-kurban dalam pemeliharaan tahun Sabat itu dianggap sebagai persembahan kepada Allah sendiri. Namun, dampak praktisnya mewujudkan keprihatinan kemanusiaan terhadap orang yang melarat dan berhutang. Hal itu diungkapkan dengan jelas dalam tiga bagian yang menyangkut hukum itu (bnd. Keluaran 23:11; Imamat 25:6-7; Ulangan 15:2,7-11). Allah dihormati dengan memelihara hukum yang memberi manfaat kepada saudara-saudara yang miskin.

Dalam bagian hukum peribadatan yang kelihatannya tidak bermanfaat bagi etika, jelaslah terdapat suatu prinsip moral dasar yang meresapi etika Alkitab, yaitu: pelayanan kepada Allah dan sesama manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Allah tidak ingin disembah oleh orang yang mengabaikan keadilan dan belas kasihan. Pranata tahun Sabat Israel kuno, yang mungkin dianggap ketinggalan zaman dan tidak relevan dalam kebudayaan dan pertanian modern adalah paradigma ekonomi yang konkret dari prinsip etika Alkitab yang fundamental. Dengan menunjukkan tanggung jawab, perhatian yang peka, dan kerelaan berkurban bagi sesama, maka manusia melakukan tugasnya terhadap Allah. Dalam Alkitab, ada banyak prinsip yang serupa (bnd. Ulangan 24:10-15; Ayub 31:16 dst.; Mazmur 15; 41:1 dst.; Amsal 19:17; Yesaya 1:10-17; Yeremia 7:4-11; Zakharia 7:4-10).

Diambil dari:
Judul Buku : Hidup sebagai Umat Allah
Judul Artikel : Hukum Peribadatan
Penulis : Christopher Wright
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995
Halaman : 159 -- 160
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA