Beberapa Akibat Keselamatan
Suatu daftar mengenai akibat atau manfaat dari keselamatan mungkin dapat mencakup ratusan pokok. Dalam pasal ini, saya hanya ingin membicarakan beberapa pokok terpenting yang telah, sedang, atau akan dilakukan Allah berdasarkan kurban Kristus yang telah sempurna itu.
- Pembenaran
- Arti Pembenaran
- Masalah dalam pembenaran
- Proses dalam Pembenaran (Roma 3:21-26)
- Rencana (Roma 3:21).
- Syarat (Roma 3:22).
- Harga (Roma 3:24-25).
- Kedudukan
- Pernyataan (Roma 3:26).
- Bukti Pembenaran
Pembenaran bukan hanya merupakan salah satu manfaat yang besar dari kematian Kristus, tetapi juga merupakan ajaran yang pokok dalam kekristenan, karena hal itu membedakan kekristenan sebagai agama anugerah dan iman. Anugerah dan iman merupakan dasar dalam ajaran tentang pembenaran.
Membenarkan berarti menyatakan benar. Baik kata Ibrani (sadaq) maupun kata Yunani (dikaioo) berarti mengumumkan putusan yang menyenangkan, menyatakan benar. Konsep ini tidak berarti menjadikan benar, tetapi menyatakan kebenaran. Hal itu merupakan konsep dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti memberikan putusan benar. Perhatikan perbedaan antara membenarkan dan menyatakan salah dalam Ul. 25:1; 1 Raj. 8:32; dan Ams. 17:15. Sama halnya seperti menyatakan salah tidak membuat seseorang jahat, demikian pula menyatakan benar tidak menjadikan seseorang benar. Namun demikian, mempersalahkan atau membenarkan itu berarti mengumumkan keadaan yang benar dan sesungguhnya dari orang itu. Akan tetapi, orang yang jahat memang sudah jahat pada waktu putusan hukuman diumumkan. Demikian juga, orang yang benar memang sudah benar pada waktu putusan pembenaran diumumkan.
Karena ide dari istilah itu berhubungan dengan pengadilan, maka pembenaran berhubungan dengan konsep tentang Allah sebagai Hakim. Pokok atau tema ini terdapat di seluruh Alkitab. Abraham mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi yang harus melakukan apa yang benar atau adil (Kej. 18:25). Dalam nyanyian Musa keadilan dan kebenaran Allah diulang-ulang. Paulus menyebut Allah sebagai hakim yang adil (2 Tim. 4:8). Penulis Ibrani menyebut Allah sebagai hakim semua orang, dan Yakobus mengingatkan seluruh pembacanya bahwa Hakim telah berdiri di ambang pintu (Yak. 5:9).
Jika Allah, Sang Hakim, selalu berbuat adil dan sama sekali benar dalam segala keputusan-Nya, bagaimana mungkin Dia dapat menyatakan bahwa orang berdosa benar? Dan, kita semua adalah orang berdosa. Hanya tiga pilihan yang tersedia bagi Allah pada saat orang-orang berdosa berdiri di hadapan takhta pengadilan-Nya. Dia harus menjatuhkan hukuman atas mereka, mengkompromikan mereka, atau Dia dapat mengubah mereka menjadi orang-orang benar. Jika Dia dapat melakukan pilihan ketiga, Dia dapat menyatakan diri mereka benar, inilah pembenaran. Namun, kebenaran yang dimiliki orang berdosa itu harus nyata, bukan hanya khayalan; nyata, bukan impian; dapat diterima menurut ukuran yang dimiliki Allah, dan tidak kurang sedikit pun. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka hanya dengan cara demikianlah Dia dapat membenarkan.
Ayub menyatakan masalah ini dengan tepat pada waktu dia bertanya: "Masakan manusia benar di hadapan Allah?" (Ayub 9:2).
Memang Allah melakukan pilihan yang ketiga: Dia mengubah orang berdosa menjadi orang benar. Bagaimana caranya? Dengan menjadikan kita benar oleh Allah dalam Kristus (2 Kor. 5:21), dengan menjadikan banyak orang benar (Roma 5:19), dengan memberikan anugerah kebenaran kepada orang percaya (Roma 5:17). Lima langkah yang diperlukan untuk melaksanakan proses ini secara rinci diuraikan dalam bagian pokok tentang pembenaran (Roma 3:21-26).
Rencana Allah untuk memberikan kebenaran yang diperlukan terpusat dalam Yesus Kristus, bukan dari Hukum Taurat. Susunannya tanpa suatu kata sandang, yang menunjukkan bahwa hal itu tidak hanya terpisah dari hukum Musa yang tidak bisa memberikan kebenaran itu (Kis. 13:39), tetapi juga terlepas dari segala kesulitan yang bersifat hukum. Rencana itu telah diwujudnyatakan (bentuk kata kerja perfek pasif) pada saat Inkarnasi Kristus dan pengaruh dari campur tangan yang besar dalam sejarah itu masih terus berlangsung. Hal tersebut tidak henti-hentinya disaksikan oleh Hukum Taurat dan para nabi yang bersaksi tentang Mesias yang akan datang (1 Ptr. 1:11). Jadi, rencana ini berpusat pada satu Pribadi.
Kebenaran diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus yang sekarang telah dinyatakan itu. Perjanjian Baru tidak pernah mengatakan bahwa kita diselamatkan karena iman (seandainya demikian, harus diperlukan dia dengan akusatif). Iman hanya selalu dipakai sebagai saluran, dan melalui saluran inilah kita menerima keselamatan (ia dengan genitif). Namun, tentu saja iman harus mempunyai sasaran yang tepat supaya bisa efektif, dan sasaran dari iman yang menyelamatkan adalah Yesus Kristus.
Jelas sekali harga yang telah dibayarkan adalah darah Kristus. Harga itu bagi-Nya adalah yang paling tinggi. Bagi kita keuntungan itu diperoleh dengan cuma-cuma (kata yang sama diterjemahkan "tanpa alasan" dalam Yoh. 15:25) artinya tanpa alasan apa pun pada kita, jadi karena anugerah-Nya.
Pada saat seseorang menerima Kristus, maka dia ditempatkan dalam Kristus. Inilah yang menjadikan dirinya benar. Kita dijadikan benar oleh Allah dalam Dia. Hanya kebenaran inilah yang dapat mengatasi keadaan kita yang tidak mempunyai harapan, penuh dosa, dan memampukan kita untuk memenuhi segala tuntutan kekudusan Allah.
Kebenaran Kristus yang kita punyai tidak hanya memenuhi segala tuntutan Allah, tetapi juga menuntut supaya Allah membenarkan kita. Kita adalah sungguh-sungguh benar, bukan hanya sekadar mimpi. Karena itu, Allah yang suci tetap dapat berbuat adil dan membenarkan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Oleh karena itu, tidak seorang pun dapat mengajukan suatu tuntutan yang memberatkan orang-orang pilihan Allah, sebab kita yang berada dalam Kristus adalah benar di hadapan Allah. Inilah sebabnya Allah dapat membenarkan kita.
Pembenaran dibuktikan oleh kesucian hidup orang. "Sebab siapa yang telah mati (harfiah: dibenarkan), ia telah bebas dari dosa" (Roma 6:7). Kita telah dibebaskan dari dosa sehingga dosa tidak lagi menguasai diri kita. Pembenaran di hadapan pengadilan Allah ditunjukkan dengan kesucian hidup di dunia ini di hadapan pengadilan manusia. Inilah yang dimaksudkan Yakobus ketika dia menuliskan bahwa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita (Yak. 2:24). Iman yang tidak menghasilkan buah yang baik bukanlah iman yang sejati. Karena itu, keberadaan kita dalam Kristus akan terlihat melalui keberadaan kita di depan orang. Iman dan perbuatan adalah seperti karcis yang berisikan dua kupon untuk ke surga. Kupon berisi perbuatan baik saja tidak bermanfaat untuk bisa masuk, dan kupon yang berisi iman pun tidak berlaku jika terpisah dari perbuatan.
Suatu pikiran terakhir: pembenaran meyakinkan kita tentang perdamaian dengan Allah (Roma 5:1). Hubungan kita dengan Dia berjalan dengan baik, benar, dan abadi. Hal ini merupakan suatu dasar yang benar untuk bisa berdamai dengan Allah.
Diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Teologi Dasar (II) |
Judul artikel | : | Beberapa Akibat Keselamatan |
Penulis | : | Charles C. Ryrie |
Penerbit | : | Yayasan Andi: Yogyakarta, 1993 |
Halaman | : | 45 - 48 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA