Roh Kudus dalam Masa Perjanjian Lama
Kira-kira ada 100 ayat dalam Perjanjian Lama yang menyatakan Roh Allah. Hal tersebut memberikan bukti tentang pekerjaan-Nya selama masa Perjanjian Lama. Akan tetapi, tidak semua orang memahami ayat-ayat ini untuk menyatakan Pribadi Ketiga dari Trinitas. Misalnya, P.K. Jewwet memercayai bahwa dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus tidak pernah digunakan untuk menyatakan "suatu Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Anak", melainkan hanya "sifat ilahi yang dianggap sebagai kekuatan yang sangat penting". Dan, kita benar-benar dapat mengetahui dari Perjanjian Baru bahwa itu adalah Roh Kudus yang bekerja dalam masa Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 7:51; 2 Petrus 1:21).
A. Pekerjaan Roh Kudus dalam Penciptaan
1. Buktinya
Ada tujuh buah ayat yang berbicara tentang berbagai macam pekerjaan Roh Kudus dalam Penciptaan. Ayat-ayat tersebut adalah: Kejadian 1:2; Ayub 26:13; 27:3; 33:4; Mazmur 33:6; 104:30; dan Yesaya 40:7. Walaupun ada sementara orang yang berpendapat bahwa ayat-ayat ini bukan merupakan petunjuk yang jelas mengenai Roh Allah, tetapi sesungguhnya tidak ada alasan yang tepat untuk tidak dapat menerimanya seperti itu (meskipun dalam beberapa terjemahan untuk ayat-ayat ini digunakan kata "napas" sebagai ganti Roh Kudus).
2. Aktivitas-Nya
Roh Kudus terlibat dalam perencanaan alam semesta secara umum. Dia juga aktif dalam kaitannya dengan penciptaan bintang-bintang di langit (Mazmur 33:6).
Roh Kudus berperan serta dalam penciptaan bumi (Kejadian 1:2). Kata "melayang-layang" (di tempat lain hanya terdapat dalam Ulangan 32:11, "melayang-layang" atau "mengipas-ngipaskan", dan Yeremia 23:9, "goyah") berarti bahwa Roh Kudus melayang-layang di atas dan memelihara bumi yang masih belum berbentuk dan kosong.
Roh Kudus bekerja dalam penciptaan segala jenis hewan (Mazmur 104:30) dan dalam penciptaan manusia (Ayat 27:3; 33:4). Dengan demikian, ruang lingkup aktivitas-Nya mencakup seluruh segi dasar dalam penciptaan.
B. Pekerjaan Roh Kudus dalam Pewahyuan dan Pengilhaman
Bahwa Roh Kudus adalah Pelaku dalam pewahyuan dan penulisan firman Allah kepada manusia pada masa Perjanjian Lama, dengan jelas sekali diajarkan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Petrus memberikan pernyataan yang paling jelas mengenai soal ini dalam 2 Petrus 1:21. Semua nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi para penulis Kitab Suci itu didorong atau diilhami oleh Roh Kudus. Kata kerja yang sama digunakan di kedua bagian dalam ayat itu. Hal tersebut menyatakan bahwa kehendak manusia bukanlah pelakunya, melainkan adalah Roh Allah. Manusia yang menuliskan bertindak sebagai perantara, tetapi kehendak mereka tidak mengatur atau mencampuri segala sesuatu yang hendak disampaikan Allah. Roh Kudus-lah Pribadi yang mengilhami mereka.
Ayat-ayat yang khusus dalam Perjanjian Lama seperti 2 Samuel 23:2, Mikha 3:8 menyatakan bahwa para nabi berbicara dengan memakai Roh Kudus.
Lebih jauh lagi, Perjanjian Baru menyebutkan dengan jelas bahwa kutipan-kutipan tertentu dari Perjanjian Lama ditulis oleh Roh Kudus. Pada saat berdiskusi dengan orang-orang Farisi, Yesus mengutip dari Mazmur 110 yang di akui-Nya ditulis oleh Daud, tetapi disampaikan oleh Roh Kudus (Matius 22:43). Petrus mengutip dari Mazmur 41 pada waktu para murid mencari pengganti posisi Yudas. Dia mengatakan bahwa Roh Kudus telah menubuatkan hal yang berhubungan dengan Yudas tersebut dengan perantaraan Daud (Kisah Para Rasul 1:16). Kemudian Petrus juga menyebutkan bahwa Mazmur 2 disampaikan "oleh Roh Kudus dengan perantaraan Daud, bapa kami" (Kisah Para Rasul 4:25). Paulus juga mengutip dari Perjanjian Lama dan menyebutkan dengan pasti bahwa penulisnya adalah Roh Kudus (Kisah Para Rasul 28:25 dari Yesaya 6:9-10), dan penulis surat Ibrani menyatakan hal yang sama di dua tempat dalam surat itu (Ibrani 3:7; 10:15-16). Jadi, jelas sekali ayat-ayat Perjanjian Baru ini menyatakan bahwa Roh Kudus berperan aktif dalam menyampaikan kebenaran Allah di masa Perjanjian Lama.
C. Pekerjaan Roh Kudus dalam Hubungannya Dengan Manusia
Pelayanan Roh Kudus kepada manusia di masa Perjanjian Lama tidak sama dengan pelayanan-Nya setelah Hari Pentakosta. Apa pun pelayanan Roh Kudus dahulu, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa pelayanan Roh Kudus di kemudian hari akan berbeda setelah Pentakosta. Perhatikan bahwa Tuhan Yesus berulang-kali berbicara tentang "kedatangan" Roh Kudus (yang sebelumnya sudah hadir) dalam percakapan-Nya dengan para murid di Ruang Atas (Yohanes 15:26; 16:7-8, 13). Hal ini menyatakan bahwa Roh Kudus sudah bekerja pada waktu itu, dan juga bahwa pekerjaan-Nya akan berbeda sifatnya setelah Pentakosta. Pada waktu Tuhan Yesus menyatakan perbedaan itu secara ringkas, Dia berkata bahwa Roh Kudus "menyertai ("para" -- dalam bentuk masa kini) kamu dan akan "diam dalam ("en" -- dalam bentuk masa akan datang) kamu" (Yohanes 14:17). Walaupun ada kemungkinan lain untuk mengartikan klausa kedua itu dalam bentuk masa kini, yakni "diam dalam kamu", tetapi sebagian besar para komentator lebih suka mengartikannya dalam bentuk masa akan datang. Tentu saja, hal ini menjelaskan perbedaan antara pelayanan Roh Kudus di masa Tuhan Yesus menyampaikan seluruh perkataan tersebut dan pelayanan Roh Kudus di masa akan datang setelah Pentakosta. Buswell, yang ingin meniadakan perbedaan itu, menerjemahkan 'en' sebagai "di antara". Hal ini menjadikan janji Tuhan itu berarti bahwa Roh Kudus akan berada di antara para murid. Memang dia mengakui bahwa hal itu bisa ditafsirkan dalam arti "dalam kamu secara pribadi". Kebanyakan para komentator tampaknya benar-benar tidak menyadari adanya suatu perbedaan yang dibuat di sini. Komentar F. Godet adalah mengenai hal itu.
"Pekerjaan persiapan Roh Kudus dalam diri para murid dinyatakan dengan kata-kata: 'Ia menyertai kamu'; dan hubungan yang sangat erat di mana Ia akan masuk dalam diri mereka pada Hari Pentakosta dinyatakan dengan kata-kata: 'Ia akan diam di dalam kamu.' Karena itu, kita harus hati-hati untuk tidak menafsirkan seperti yang terdapat pada Injil dalam terjemahan bahasa Latin, 'menei' dalam bentuk masa akan datang, 'Ia akan menyertai' untuk proposisi yang pertama, atau pun seperti yang terdapat dalam terjemahan orang-orang Alexandrine, 'esti, is' untuk proposisi yang kedua. Arti keseluruhan frase itu merupakan lawan dari 'menyertai' dalam arti sekarang (bandingkan dengan 'menon' yang terdapat di ayat 25) dan 'akan diam dalam' dalam arti akan datang. Perbedaan antara kedua pernyataan, 'menyertai kamu' (band. dengan par'humin dalam ayat 25) dengan 'diam di dalam kamu', sebenarnya cocok dengan perbedaan bentuk kata kerja (tenses) yang digunakan dalam ayat itu."
Dengan mengingat perbedaan ini, kita tidak perlu berusaha untuk menjelaskan dan mengatur tentang apa yang telah dilakukan Roh Kudus bagi manusia di masa Perjanjian Lama.
1. Sifat Pekerjaan-Nya
Ada tiga kata yang tampaknya menjelaskan pelayanan Roh Kudus kepada manusia di masa Perjanjian Lama.
a. Ia berada dalam diri orang-orang tertentu.
Firaun mengetahui bahwa Roh Kudus berada dalam diri Yusuf (Kejadian 41:38). Mungkin Firaun tidak mengetahui hal tersebut adalah Roh Kudus, tetapi kemudian pewahyuan tampaknya menjadikan hal tersebut jelas. Roh Kudus berada dalam diri Yosua, inilah yang menyebabkan Allah memilih dirinya (Bilangan 27:18). Roh Kudus berada dalam diri Daniel (Daniel 4:8; 6:4). Dalam semua kisah ini, kata depan yang digunakan adalah 'beth', "di dalam".
b. Roh Kudus menghinggapi atau berkuasa atas orang-orang tertentu.
Kata depan yang digunakan untuk menjelaskan hal tersebut adalah 'al'. Ada sejumlah orang yang mengalami pelayanan Roh Kudus seperti ini (Bilangan 24:2; Hakim-hakim 3:10; 6:34; 11:29; 13:25; 1 Samuel 10:10; 16:13; 15:1). Semua ini dialami oleh hakim-hakim, Saul, Nabi Bileam, dan Azarya.
c. Roh Kudus memenuhi Bezaleel (Keluaran 31:3; 35:31).
Hal ini tampaknya merupakan suatu kemampuan khusus yang diberikan untuk memimpin para ahli bangunan ketika mereka mengerjakan Tabernakel.
2. Ruang Lingkup Pekerjaan-Nya
a. Terbatas dalam hubungannya dengan umat manusia.
Setelah Allah memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya, maka pekerjaan Roh Kudus terutama, jika bukan semata-mata, adalah untuk bangsa itu. Tentu saja, Israel merupakan suatu bangsa yang secara rohani terdiri dari campuran orang-orang tidak percaya maupun orang-orang percaya. Namun demikian, Roh Kudus melayani seluruh bangsa melalui kehadiran dan pimpinan-Nya terhadap umat Israel (Nehemia 9:20); Yesaya 63:10-11,14). Hal ini tampaknya merupakan suatu hubungan yang bersifat umum. Namun, rupanya ada juga hubungan sangat erat yang dimiliki Allah dengan beberapa orang dalam bangsa itu (lihat di atas dan Bilangan 11:29).
Akan tetapi, kita tidak memperoleh penyataan yang jelas tentang pelayanan Roh Kudus di luar bangsa Israel. Kejadian 6:3 mungkin menjadi suatu perkecualian, jika ayat itu berarti bahwa Roh Kudus menghukum umat manusia karena segala kejahatannya pada zaman Nuh. Namun, ayat itu bisa menjadi suatu peringatan bahwa Roh Allah yang tinggal dalam manusia, tidak akan selalu berdiam dalam diri manusia sebab umat manusia akan dibinasakan pada waktu air bah terjadi. Memang, tak ada petunjuk yang menyatakan bahwa Roh Kudus menginsafkan dunia akan dosa di masa Perjanjian Lama (seperti yang dilakukan-Nya sekarang, Yohanes 16:8), dan tak ada bangsa lain yang menikmati kehadiran-Nya secara umum di tengah-tengah mereka seperti yang dinikmati oleh bangsa Israel. Selama masa Perjanjian Lama itu, pelayanan-Nya adalah untuk bangsa Israel dan orang-orang dalam bangsa Israel.
b. Terbatas dalam hubungannya dengan berbagai macam pelayanan.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kita tidak menjumpai pelayanan Roh Kudus dalam hal: menginsafkan dosa secara umum, mendiami dan memberikan kuasa seperti yang terjadi setelah Pentakosta (Yohanes 7:37-39), memeteraikan, dan tentu saja membaptiskan (hal tersebut masih akan terjadi di waktu kemudian, Kisah Para Rasul 1:5). Pembaruan dari Roh Kudus tidak disebutkan secara khusus, meskipun ada orang yang berpendapat bahwa Roh Kudus membarui dalam Perjanjian Lama karena orang-orang percaya memberikan bukti tentang suatu pergumulan dalam diri mereka yang disebabkan oleh kehadiran Perjanjian Lama maupun Baru.
c. Terbatas dalam hubungannya dengan kekekalan.
Roh Kudus memberikan kuasa kepada Simson; kemudian Tuhan meninggalkan dia (Hakim-hakim 13:25; 16:20). Roh Kudus berkuasa atas Saul, tetapi kemudian meninggalkan dia (1 Samuel 10:10; 16:14). Rupanya tak ada jaminan bahwa Roh Kudus hadir secara tetap dan terus menerus di masa Perjanjian Lama.
Barangkali saya dapat menarik suatu analogi antara pelayanan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dan kasih karunia dalam Perjanjian Lama. Keduanya muncul selama masa itu. Namun, Roh Kudus yang bekerja dalam Perjanjian Lama akan "datang" dengan berbagai macam pelayanan yang baru dan lebih lengkap setelah Pentakosta. Begitu pula kasih karunia yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama menjadi kecil apabila dibandingkan dengan kasih karunia yang dilimpahkan kepada dunia ketika Yesus Kristus datang (Yohanes 1:17; Titus 2:11).
Diambil dari: | ||
Judul Buku | : | Teologi Dasar II |
Judul artikel | : | Roh Kudus dalam Masa Perjanjian Lama |
Pengarang | : | Charles C.Ryrie |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1993 |
Halaman | : | 114 - 119 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA