Rangkuman Diskusi Kelas PIR Mei/Juni 2020
TERMIN I / Topik 1 -- Pertumbuhan Iman dalam Alkitab
Pertanyaan:
Bagaimana pengajaran iman dalam PL dan PB? Adakah perbedaan pokok pengajaran iman bagi anak di masa PL dan PB?
Jawaban:
A. Pengajaran iman dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama pengajaran iman yang dilakukan adalah dengan menempatkan kebenaran Allah sebagai kebenaran yang mutlak dan menjadikan Allah sebagai pusatnya. Bangsa Yahudi percaya bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:1). Bagi bangsa Yahudi, pendidikan adalah kegiatan utama mereka yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan agama dilakukan oleh orang tua, peranan ayah sebagai kepala keluarga dan imam keluarga. Disini peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak, di mana seluruh anak usia 5 tahun dididik Ibu. Kemudian, anak laki-laki yang berusia 5 tahun diajak ke tempat pekerjaan ayah, dan anak perempuan 5 tahun dibina oleh Ibu di rumah untuk diperkenalkan tanggung jawab seorang istri dan ibu. Dan, ini berdasar ke hukum taurat, 10 perintah Allah dan kekudusan Allah dalam hidup manusia untuk bisa berkenan hidup di hadapan-Nya. Anak-anak juga diajar tentang "shema".
Pengajaran iman diarahkan pada bagaimana umat dapat hidup taat pada aturan-aturan yang sudah ditetapkan Allah, sehingga relasi Allah dengan manusia dan manusia dengan sesama terpelihara dengan baik. PL menolong kita mengerti sifat-sifat Allah yang suci, adil dan benar. PL memberikan gambaran penebusan dosa melalui korban bakaran yang tidak sempurna karena harus dilakukan berkali-kali.
Pokok pengajaran iman di PL adalah pada kasih dan kedaulatan Allah dan janji2 pengharapan akan mesias yang memberi kelepasan. Bagi bangsa Yahudi, pendidikan adalah kegiatan utama mereka yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Kitab Ulangan 6:4-9 mengonfirmasikan bahwa bangsa Yahudi memiliki sistem pendidikan nasional, walaupun saat itu belum dikenal sistem pendidikan formal (sekolah).
B. Pengajaran iman dalam Perjanjian Baru
PB mengajarkan bahwa makna sunat menjadi semacam sunat secara rohani di mana hati kita berbalik dan percaya kepada Kristus dengan menyerahkan hidup kita kepada ketuhanan Kristus. PB lebih menitikberatkan pada pemulihan kembali hubungan Allah dan manusia lewat kematian Kristus di kayu salib dan penyertaan Roh Kudus sehingga kasih karunia Allah dinyatakan bagi seluruh umat manusia. Pengajaran dilakukan secara formal di Sinagoge. Peran orang tua bukanlah pengajar utama karena anak lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya bersama guru di kelas. Prinsip pembinaan iman pada masa PB memiliki prinsip menyampaikan atau mengkomunikasikan kebenaran (2 Timotius 3:16). Mereka percaya bahwa pengajaran atau pembinaan yang benar itu merupakan perintah langsung dari Allah (Matius 28:16-20). Sebab itulah, mereka tidak berani mengabaikan pembinaan terhadap anak-anak mereka. Dalam PB, Yesus lebih menekankan kepada muridnya bahwa yang harus di jalani setelah kematiannya untuk menjalaini Amanat Agung.
C. Perbedaan pokok pengajaran iman bagi anak di masa PL dan PB adalah:
- Dalam PL yang diajarkan adalah Taurat Musa dan di PB ialah pengajaran Yesus sebagai pegangan pengikut Yesus.
- Dalam PL, orang tua adalah pengajar utama, sedangkan dalam PB orang tua bukanlah pengajar utama.
- Di PL ada kebiasaan yang menjadi ritual (waktu/tempat) anak-anak diajar di rumah-rumah, tetapi PB pengajaran bisa disesuaikan di banyak sinagoge.
Kesimpulan
Baik PL maupun PB sama-sama mengajarkan anak untuk takut akan Tuhan, hidup menurut jalan-Nya, mengasihi-Nya, dan melayani-Nya dengan sepenuh hati. Dan, pengajaran iman di PL dan PB adalah fokus mengajarkan pengenalan akan Allah yang sejati.
============
RANGKUMAN PIR
TERMIN I / Topik 2 -- Perkembangan Fisik Remaja
Pertanyaan:
Pada masa remaja mulai ada perubahan fisik yang dialami remaja, dan terkadang remaja tidak bisa menerima perubahan yang terjadi pada fisiknya. Bagaimana cara pembina untuk mengajarkan bahwa remaja harus menjaga tubuhnya?
Jawaban:
Masa remaja adalah masa penemuan identitas diri. Biasanya remaja mengkaitkan identitas diri dengan penampilan fisiknya. Sehingga kekurangan pada penampilan fisiknya akan sangat mempengaruhi identitas dirinya.
Adapun perubahan fisik yang dialami oleh remaja adalah:
Bagi anak remaja pria akan mengalami perubahan suara, tumbuh jakun, dada yang mulai melebar, tumbuh rambut di daerah tertentu. Sedangkan bagi seorang remaja putri akan mengalami masa menstruasi, payudara yang mulai membesar, dan pinggang yang mulai membentuk. Pertumbuhan fisik seorang remaja dari segi ketinggian, bentuk badan dan tanda-tanda yang muncul dalam proses pembentukan badan seorang remaja.Ada remaja yang suka akan bentuk tubuh yang membesar, ada pula yang kurang puas karena pertumbuhan yang lambat dan ada pula yang tumbuh secara mendadak seperti gemuk dan obesitas beda dengan remaja yang lain. Pada titik ini rasa nyaman anak yang terusik ketika mereka mengalami fase ini. Secara psikis, anak-anak remaja tentu sudah sedikit demi sedikit meninggalkan sifat kekanak-kanakan mereka, ingin diperhatikan, tidak suka bila orang tua terlalu ikut campur.
Perlu juga diperhatikan, anak remaja memiliki dorongan seksual yang cukup tinggi. Salah satunya cara untuk mengontrol dorongan seksualnya adalah dengan mengalihkan perhatian pada aktifitas yang menarik dan menuntut aktifitas fisik yang sehat bagi mereka. Selain itu, gereja dan orang tua juga harus mempertegas pendidikan moral supaya mereka tidak terjerumus dalam seks bebas atau aktifitas seksual yang tidak sehat lainnya. Oleh sebab itu, remaja perlu belajar untuk menerima bahwa perubahan fisik tersebut adalah proses menuju kedewasaan yang mengikuti seiring dengan bertambahnya usia yg harus dijalani bersama dengan berkembangnya sisi psikologisnya juga.
Cara pembina untuk mengajarkan bahwa remaja harus menjaga tubuhnya adalah:
- Pembina harus menekankan bahwa tubuh dan diri kita adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19), di mana Allah bersemayam dalam hati kita. Pembina harus memberi teladan contoh dalam menghargai tubuh. Seluruh tubuh, sistem dan organ di dalamnya Tuhan ciptakan dengan tujuan yang mulia.
- Persekutuan dalam kelompok kecil dan menggunakan metode sharing. Membahas setiap masalah dengan terbuka dan menyampaikan pelajaran-pelajaran dengan santai, dapat membantu setiap remaja untuk menemukan dan membangun identitas diri mereka.
- Pembina memberikan pengetahuan yg baik bagi remaja, bahwa perkembangan fisiknya harus diterima dengan bersyukur, melalui tindakan menjaga fisiknya, yaitu dengan asupan makan yang bergizi, dan menjaga kesehatan fisik.
- Pembina harus menyampaikan karya Tuhan yang ajaib terkait penciptaan manusia, proses pembentukan dalam kandungan yang ajaib, serta bagaimana merawat tubuh sesuai kebenaran firman Tuhan.
- Seorang pembina harus menempatkan diri sebagai sahabat, sebagai pemimpin rohani, sebagai konselor, sebagai seorang yg memiliki visi, sebagai pendoa syafaat, memiliki kualitas pengetahuan rohani yaitu Firman Tuhan yg baik dan benar sehingga apa yg disampaikan ke remaja akan berdampak positif.
- Pembina perlu belajar untuk memposisikan diri sebagai teman. Perlu pendekatan terlebih dahulu sebelum melakukan diskusi bersama tentang baik, benar buruknya suatu tindakan.
- Pembina memberikan banyak kesaksian dari orang-orang Kristen yang walaupun secara fisik ada yang cacat seperti nick vujicic, Helen Keller, dll., tetapi mereka sejak kecil percaya bahwa hidup mereka berharga dan Tuhan akan melakukan hal luar biasa melalui hidup mereka.
- Pembina harus mengingatkan bahwa pada prinsipnya, Tuhan menciptakan manusia tidak berbeda namun memliki keunikan masing-masing.
- Pembina memberikan pelajaran mengenai gambar diri / citra diri dan pendidikan seks. Di mana, seorang remaja tidak akan kehilangan identitas mereka dan bisa menggunakan apa yang mereka miliki untuk memuliakan nama Tuhan.
- Pembina juga harus terus selalu memberikan perhatian ekstra kepada mereka dalam masa-masa pertumbuhan fisik mereka. Komunikasi perlu dilakukan seimbang di mana pembina juga mendengarkan apa yang menjadi sudut pandang dan pemahaman mereka atas perubahan fisik yang dialami. Sehingga pembinaan remaja menjadi sesuatu yang hidup karena melibatkan interaksi remaja dan pembinanya.
- Para pembina bisa bekerjasama dengan pakar tentang kesehatan tubuh Kristen untuk membuat mini seminar tentang kesehatan di gereja, supaya mereka benar-benar mengerti dari ahlinya (dari segi kedokteran atau kesehatan) apa saja manfaat dari menjaga kesehatan tubuh dan bagaimana cara merawat tubuh yang baik.
- Pembina memberikan perlindungan, motivasi dan kesaksian secara berkelanjutan sehingga sabar dan rendah hati akan menjadi kunci dalam membina remaja
- Peran Roh Kudus sangat diperlukan oleh pembina, oleh karenanya diperlukan ketekunan pembina dalam membangun relasi secara pribadi dengan Allah.
Kesimpulan:
Perubahan fisik yang dialami remaja adalah perubahan yang pasti terjadi. Dan, banyak diantara mereka yang mungkin tidak siap menerima perubahan fisik itu. Oleh sebab itu, pembina remaja harus bisa memberi solusi yang benar kepada remaja terkait hal yang dialaminya. Perlu hikmat dari Allah kepada pembina agar mereka dapat menolong para remaja tetap menjadi pribadi yang memuliakan Allah dalam setiap hidupnya.
=============================
RANGKUMAN PIR
TERMIN II / Topik 1 -- Kenakalan Remaja
Pertanyaan:
Apakah pengaruh perkembangan teknologi dengan kenakalan remaja? Sebutkan jenis-jenis kenakalan remaja di era digital ini! Dan bagaimana cara untuk mengantisipasi serta melakukan pembimbing kepada mereka?
Jawaban:
Teknologi tidak bisa dipisahkan dari remaja sehingga hal inilah yang berdampak bagi kehidupan remaja. Perkembangan teknologi mengarahkan mereka dapat mengamati, meniru, dan memodifikasi segala sesuatu informasi yang diperoleh. Bahkan, di masa pandemi seperti sekarang ini, teknologi jurstru semakin melekat erat dengan kehidupan manusia. Pengaruh perkembangan teknologi pada kenakalan remaja sangat kuat sekali. Adapun jenis-jenis kenakalan remaja di era digital ini adalah:
- Paling dasar adalah kecanduan medsos. Hal ini menyebabkan seorang remaja lupa waktu, acuh tak acuh bahkan anti sosial terhadap masyarakat sekitar.
- Tayangan yang kurang baik dapat mudah sekali menyebar dan memberikan potensi bagi remaja untuk menirunya. Seperti pornografi, radikalisme, tindak kekerasan, gaming, kejahatan cyber, judi online, bullying, pembajakan karya seni/ilmiah (copy paste karya tulis, membajak film film) dan akibatnya adalah kerusakan mental dan jiwa sosialnya terkungkung.
- Berteman lewat media2 sosial (pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang tidak baik) dan bertemu dengan orang baru yg hidup di luar Tuhan dan mengajarkan mereka kebiasaan tidak benar, seperti seks atau penggunaan narkoba yg tanpa mereka sadari mereka bisa terjebak.
- Penyebaran informasi yang tidak penting atau hoax dengan sangat cepat di kalangan remaja.
- Terjangkitnya budaya asing dikalangan remaja, yang tidak sesuai dengan kondisi kita.
- Hacker, bagi remaja yang memiliki minat dan bakat dalam IT lebih lanjut.
Semua itu merupakan akibat negatif dari perkembangan teknologi khususnya jika penggunaan teknologi itu kurang medapatkan pengawasan, bimbingan serta pembatasan kepada anak dan remaja.
Cara untuk mengantisipasi serta melakukan pembimbing kepada para remaja adalah dengan menanamkan iman dan ajaran yang benar. Serta memberikan teladan seperti ajaran Yesus. Pembina remaja atau orang tua perlu mengedukasi remaja untuk dapat mengelola waktu, mengelola kegiatan, supaya seimbang dalam memanfaatkan teknologi dengan melakukan aktivitas tanpa memerlukan teknologi, misalnya ada waktu untuk berkumpul dengan keluarga, ada waktu untuk menonton, ada waktu untuk ber-media sosial. Melakukan pendekatan dengan Firman Allah sebagai dasar untuk mengarahkan remaja yg bersangkutan. Remaja perlu dimotivasi dan dijelaskan untung ruginya atas setiap tindakan yang dilakukan. Beri arahan akan dampak yg akan terjadi ketika mereka melanggar aturan. Orang tua atau pembina juga harus beri kebebasan juga bagi anak remajanya bergaul supaya tidak kuper. Para pembina atau orang tua memberikan kesempatan kepada anak remaja, dalam setiap kegiatan organisasi, seperti olah raga, kesenian, keagamaan dsb., untuk mengembangkan bakat dan potensinya sehingga waktu luangnya tidak dihabiskan dengan gadgetnya, tetapi ada kegiatan lainnya.Pembina perlu menjadi sahabat bagi mereka sehingga mereka bisa menemukan orang yg tepat atau komunitas yg tepat untuk menolong mereka dalam kesulitan atau ketidaknyamanan perasaan yg sedang mereka alami. Pembina memberikan motivasi, pengetahuan umum apa pun yang ingin di cari tahu remaja. Peran aktif orang tua sangat dibutuhkan kerja samanya. Pendekatan yang penuh persahabatan dengan remaja sangat diperlukan dimana pembina bisa diterima masuk ke dunia remaja dan perlahan-lahan memposisikan remaja kembali ke tempat semestinya melalui dialog dan perluasan cara berpikir.
Pemulihan harus diawali dari keluarga. Ayah dan ibu harus lebih dulu bertobat dan taat kepada Tuhan sehingga bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. pendampingan harus di mulai sejak dini bagi anak-anak hingga memasuki tahap perkembangan remaja, mulai dari keluarga, persekutuan kelompok kecil, gereja, ataupun melalui pembimbingan pribadi terutama dalam pengenalan dan pemanfaatan teknologi secara baik dan benar menurut pandangan Alkitabiah. Peran orang tua sangat penting bagi pertumbuhan & perkembangan anak, apalagi jika anak tersebut sudah memasuki usia remaja. Jika memang mereka dekat dengan teknologi, maka sebaiknya pembimbing juga harus dapat mengarahkan mereka untuk menggunakan teknologi yg baik dan benar seperti pembinaan online -- webinar, online meeting untuk sesi sharing dsb.. Bisa juga dengan membuat kesepakatan ke remaja, terkait batas-batas atau aturan-aturan bersosial media yang baik, penggunaan smartphone yang baik dan bertanggung jawab, pengaturan waktu yang baik dengan Tuhan dan keluarga, dan penggunaan smartphone dan sosial media untuk hal2 rohani dan positif. Ajarkan mereka mengenai life planning sejak remaja, menentukan skala prioritas, Purpose Driven Life, mendorong mereka agar mengasah bakat dengan tekun sejak remaja dalam bidang kesenian, alat musik, olahraga dan berbagai hal sekuler lainya yang positif dan mendorong mereka agar memiliki komitmen doa, saat teduh, dan baca Alkitab setiap harinya. Bimbing untuk mengenal Tuhan Yesus dengan pemahaman yg benar sehingga mereka menjadikan Yesus sebagai sahabat sejati mereka.
Kesimpulan:
Perkembangan teknologi yang semakin cepat tentunya sangat berpengaruh bagi semua kalangan, termaksud juga para remaja. Ada banyak jenis kenakalan remaja yang terjadi jika mereka tidak cerdas memakai teknologi sejak dini. Untuk itu, pengawasan orang tua atau para pembina perlu, tetapi tidak bersifat mengekang. Bangun lah relasi yang baik dengan para remaja. Tanpa relasi yang baik maka pembimbingan, pendampingan dan pembatasan tak akan maksimal.
============
RANGKUMAN PIR
TERMIN II / Topik 2 -- Pergaulan yang Salah
Pertanyaan:
Hal-hal apa saja yang mendorong seorang remaja untuk masuk dalam pergaulan yang salah? Sebutkan akibat-akibat yang ditimbulkan ketika remaja salah dalam bergaul dan memilih teman!
Jawaban:
Masa remaja cenderung ingin mengekspresikan diri dan mencari kebebasan dalam hidup mereka. Para remaja biasanya akan memilih komunitas atau kelompok sesuai dengan keinginan mereka, setelah mereka menemukan kelompok pergaulan yang nyaman bagi mereka, tidak peduli itu memberikan dampak yang buruk bagi mereka, maka mereka pun hidup, dan melakukan hal yang di kelompok itu lakukan, supaya mereka tetap diterima dan diakui.
Hal-hal yang mendorong seorang remaja untuk masuk dalam pergaulan yang salah adalah:
- Rasa kecewa dengan anggota keluarga, kecewa dengan orang tua, kurang diperhatikan sebagai anggota keluarga, didikan dengan kekerasan di rumah, sering kena marah dan kebutuhan hidup yang tidak memadai.Kondisi rumah yang tidak "home" mendorong remaja mencarinya di luar rumah. Ketika remaja tidak mendapat perhatian dari rumah, maka akan mudah terjerumus dalam hal-hal yg merusak diri mereka ketika mereka bergaul dengan orang-orang yg salah.
- Kurang menariknya disiplin pemuridan (kurangnya pemahaman nilai-nilai rohani) dalam keluarga dan gereja atau mungkin gereja/persekutuan/keluarga kalah berkompetisi dengan kelompok pergaulannya yang salah itu. Tidak ada pembinaan remaja di gereja. Kegagalan remaja menyerap kebenaran Firman Tuhan dan norma-norma atau hukum-hukum yg tertulis dalam Alkitab.
- Terbawa oleh teman pergaulan, mengikuti jejak role model/panutannya, pengaruh media, dan ingin keliatan lebih gaul dari yang lain. Remaja yang tidak memiliki dasar pembinaan iman yang kuat cenderung akan memiliki pergaulan yang buruk.
- Rasa keingintahuan untuk mencoba hal-hal yang baru atau belum pernah dilakukan sebelumnya. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu dalam proses seorang remaja menemukan jati diri namun tanpa adanya bimbingan yang tepat.
- Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Walaupun remaja punya pendampingan dan pengajaran yang baik dari keluarga remaja bisa saja salah dalam bergaul dan cenderung mengikuti pergaulan yang ada di lingkungannya.
- Faktor Internal (Tersandera oleh gaya hidup di dalam dosa). Tanpa pengenalan yang benar akan Allah, maka seseorang sulit untuk bisa berubah dan cenderung mudah terjebak pada perilaku yang salah. Dan, eksternal (keluarga dan lingkungan).
- Tergesernya nilai-nilai etika/norma akibat modernisasi baik itu teknologi, maupun budaya yang tidak tersaring sehingga seolah-olah wajar buat diikuti.
Akibat-akibat yang ditimbulkan ketika remaja salah dalam bergaul dan memilih teman adalah:
- Terbawa dalam arus trend di kalangan remaja pada jamannya yang belum tentu sesuai nilai moral umum masyarakat dan nilai rohani secara umum.
- Remaja terjerat dalam pesta hura-hura, perilaku tidak baik, mabuk-mabukan dan penggunaan obat-obat terlarang (narkoba), berpakaian tidak senonoh, balap motor liar, prostitusi dan kejahatan seksual, kasus kriminalitas, dll.. Ini bisa membuat mereka masuk penjara atau panti rehabilitasi.
- Terjerumus dalam pergaulan yang salah, narkoba, sex bebas, melakukan tindakan kriminal. Akibatnya tidak hanya berdampak sesaat tapi bisa juga berdampak bagi masa depannya.
- Remaja akan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah atau kegiatan gereja, menjadi pribadi yg sulit sosialisasi bahkan cenderung ada pemberontakan kepada keluarga atau orang yg diatasnya.
- Prestasi remaja di sekolah akan menurun karena tidak dapat me "manage" waktu dengan baik. Gagal dalam sekolah/kuliah.
- Remaja bisa tertular dari kebiasaan-kebiasaan buruk atau perilaku-perilaku menyimpang yang dilihatnya di komunitas tempat ia bergaul. Mereka akan menjadi pribadi yg destruktif yg tidak hanya merusak dirinya sendiri bahkan lama kelamaan juga mengajak orang/teman lain utk ikut "rusak" dan keadaan ini akan bertambah parah jika dibiarkan hingga si remaja beranjak dewasa.
- Remaja memiliki tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial, remaja mengalami keruntuhan moral dan tidak memiliki kehidupan rohani yang sehat malah mereka menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan rohani.
- Dapat kehilangan arah yang benar (sulit meninggalkan kondisi buruk yang sudah mengikatnya), kehilangan kepercayaan diri karena merasa diri sudah rusak dan tidak layak. cenderung memberontak kepada otoritas (orang tua, guru bahkan mungkin Pendeta) karena merasa diri dan komunitasnya paling benar, sehingga tidak ada seorangpun yang pantas menyatakan mereka salah.
Cara mengatasi dan mengantisipasi pergaulan yg salah antara lain:
- Orang tua harus tetap mengawasi dan mengontrol pertemanan anaknya yg masih remaja. Bantu anak memilih sekolah yang baik. Sekolah berada di lingkungan yang baik dan anak-anak yang mendaftar di sekolah itu setidaknya punya latar belakang keluarga yang baik. Orang tua harus terus menerus mengarahkan dan membimbing para remaja supaya dapat memilih teman-teman yang baik yang punya perilaku positif dan produktif.
- Dalam bimbingan, pembina harus benar-benar mengandalkan kuasa Roh Kudus bekerja di dalam seluruh komponen yg mesti terlibat dalam bimbingan tersebut.
- Banyak beraktifitas positif dengan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan gereja, memperbaiki cara pandang dengan selalu bersikap optimis. Menjaga keseimbangan pola hidup.
- Menanamkan kebenaran Firman Allah dlm kehidupan rohani remaja
- Mengadakan sosialisasi tentang bahaya pergaulan yg salah atau pergaulan bebas.
- Remaja selalu menuntut hal logis, namun lebih menyukai keteladanan daripada sekadar teori yang disampaikan maka kita harus menanamkan nilai-nilai agama secara praktis disertai dengan keteladanan.
- Sejak kecil dia seharusnya sudah di perkenalkan dengan dunia yang berkenan dengan Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan Yesus dan mencari jalan keluar dengan melibatkan Tuhan Yesus dalam hidupnya. Selalu membawanya ke hadirat Tuhan merupakan hal yang paling efektif karena kalau sudah ada kasih di dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal hal yang tidak berkenan dalam Tuhan.
Kesimpulan
Perhatian dari orang tua mempunyai peranan utama dalam kehidupan remaja. Dengan demikian, orang tua atau pembina remaja harus memberi bimbingan yg maksimal sejak dini agar remaja tidak jatuh ke dalam pergaulan yang salah. Tanamkan selalu ayat-ayat dari Firman Allah: 1 Korintus 15:53; "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiaaan yang baik."
=========================
RANGKUMAN PIR
TERMIN III / Topik 1 -- Pendidikan Seks bagi Remaja
Pertanyaan:
Pendidikan Seks pada kenyataannya jarang diberikan kepada para remaja, sehingga memasuki masa remaja, beberapa media sosial memberitakan bahwa remaja sering jatuh dalam dosa seksual dan terkadang menjadi korban pelecehan sekolah. Bagaimana cara menyampaikan pendidikan seks kepada remaja? Di dalam gereja atau kelompok tumbuh bersama, perlukah pendidikan seks dikemas dengan kebenaran firman Tuhan dan disampaikan kepada remaja?
Jawaban:
Mengingat pada fase remaja, pertumbuhan fisik yang terjadi begitu cepat dan pertumbuhan seksualitasnya, pendidikan seks sangat penting disampaikan kepada remaja. Pendidikan seks sangat perlu untuk diajarkan kepada remaja baik oleh gereja secara personal, kelompok terbatas, atau kelompok besar (seminar atau kelas pembinaan) yang didasarkan kepada kebenaran Alkitab. Karena Alkitab sendiri banyak menyinggung dosa akibat pergaulan seks yang salah. Hal juga yang banyak di tulis dalam Alkitab berkenaan dengan kekudusan hidup (Imamat 20:7). Di dalam gereja atau kelompok tumbuh bersama, pendidikan seks sangat perlu dikemas dengan kebenaran firman Tuhan dan disampaikan kepada remaja.
Cara menyampaikan pendidikan seks kepada remaja adalah:
- Berdasar Firman Tuhan. Pengemasan pendidikan seks oleh gereja memang harus didasarkan kebenaran Alkitab. Artinya, pengetahuan ilmiah tentang pendidikan seks harus disandingkan dengan kebenaran Alkitab. Saat dikemas lewat Firman Tuhan anak-anak mendapatkan pondasi yang benar sesuai Firman, dan dapat dijelaskan bahwa tubuh kita adalah Bait Roh Kudus, dan kita harus menjaganya sebaik mungkin supaya bisa dipakai lebih lagi untuk memuliakan nama Tuhan. Jika remaja sudah terbiasa sejak balita diberikan pendidikan seks maka hal itu bukan lagi menjadi hal asing baginya karena sifatnya berkelanjutan sampai usia remajanya dalam keluarga oleh orang tua. Jika belum pernah sama sekali, maka ini menjadi pekerjaan yang lebih rumit sebab harus dimulai dari tahapan awal baik oleh orang tua maupun oleh pembimbing rohani. Orang tua dapat membuka percakapan dari pemahaman yg sudah diajarkan di sekolah dengan disertai pemahaman kebenaran Firman Tuhan. Perlu juga diberi pemahaman tentang akibat / resiko yg ditimbulkan jika kita melanggar Firman Tuhan.
- Disampaikan dari sisi kesehatan, sosial, dan ada sisi hukumnya juga mengingat sekarang kasus pornografi di medsos dll.. Penyampaian hal ini jangan sembarangan jika perlu memang harus ada ahli yg terpercaya untuk menyampaikan ke para remaja. Hal mendasar yg harus mereka pahami adalah bahwa ada bagian tubuh mereka yg merupakan bagian privasi mereka sendiri dan harus bersikap tegas terhadap siapa saja yg mau menyentuh bagian privasi itu ataupun siapa saja yg menyuruh mereka untuk menyentuh bagian privasi orang itu. Dan perlu menyampaikan kepada anak untuk tidak membiarkan diri mereka melihat gambar/video porno. Dbicarakan dengan cara sesantai mungkin. Jangan sampai seperti seorang dosen yg sedang memberi kuliah pada anak remaja. Cari pembicaraan yg mengalir, seperti misalnya menanyakan tentang sesuatu yg sedang viral seperti tren makanan, fashion hingga game online yang nantinya bisa dikaitkan ke arah seks education. Bisa mengadakan perkumpulan remaja putri dengan pembimbing wanita/perempuan dewasa sebagai narator untuk menyampaikan tentang pendidikan seks kepada remaja putri.
- Pilihlah waktu dan kesempatan yang tepat, misal pada saat saat teduh keluarga, dan sampaikan topik mengenai seks disisipkan melalui media, misalnya saja pembicaraan mengenai berita yang terkait kekerasan seksual ataupun saat sedang mendengarkan lagu yang mengandung unsur seksual. Bicarakan secara jujur yang berdasar pada kebenaran Firman Tuhan. Jadikan ajang untuk berdiskusi dan bukan menghakimi. Bisa membicarakannya waktu makan atau sewaktu dalam perjalanan. Masa remaja biasanya sudah tertarik dengan lawan jenis. Bisa dimulai dari sini untuk mengawali pendidikan seks. Kedekatan orang tua dengan remaja yang memiliki gender yang sama khususnya di masa mereka mengalami masa pubertas, memainkan peran sebagai teman, sahabat, dan pembina remaja.
- Gereja bekerja sama dengan lembaga terkait untuk memberikan edukasi tentang pendidikan seks kepada anak-anak sejak usia dini. Hal itu juga berlanjut sampai pada usia dewasa. Bekerjasama dengan orang-orang yg ahli di bidangnya, supaya anak-anak remaja benar-benar mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dan lebih memahami tentang apa yang harus dilakukan. Gereja harus membuka pintu untuk bekerjasama dengan orang-orang di luar tembok gereja. Pendidikan seks ini tentunya diajarkan sesuai dengan tingkatan perkembagan anak, dan yg terpenting dasar kebenaran Firman Tuhan dalam pendidikan seks ini harus menjadi patokan anak didalam menjalankan kehidupannya. Bisa diadakan seminar di dalam persekutuan remaja. Pendidikan Seks harus di ajarkan dengan cara yang baik dan tepat, tidak hanya kepada orang dewasa melainkan juga kepada anak-anak dan para remaja sesuai dengan usia dan perkembangannya. Pelajaran mengenai organ seksual dan fungsinya biasanya sudah diajarkan di sekolah. Orang tua tinggal memperkaya pendidikan seksual terhadap anak-anak lewat komunikasi sehari-hari. Orang tua harus juga belajar tren remaja saat ini yang erat dengan "gadget" dan IT sehingga bisa menjelaskan dengan bahasa remaja sehingga bisa masuk dan mudah dipahami. Di gereja biasanya ada katekisasi yang di dalamnya ada topik bahasan tentang seks yg disoroti dari sisi Alkitab dan kebenaran Firman Tuhan.
- Perlu cara yang bersahabat, tidak menggurui/menghakimi, tapi memfasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan dan penemuan-penemuan Alkitab yg mendalam. Lakukan dengan keterbukaan tanpa ada untur "JUDGE" kepada remaja. Mereka perlu dinasihati supaya tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan tidak boleh melakukan aktivitas seksual yang seperti orang dewasa serta bergaul bebas dengan teman yang berlawanan jenis. Penjelasan-penjelasan diberikan dengan bahasa yg dipahami anak/remaja sesuai umur. Saat anak bertanya, kita harus segera menangkap momen itu. Saat ada topik di kelas contohnya ambil kesempatan itu. Satu hal yang pasti ketika kita menyampaikan tentang topik atau pembahasan ini kita harus melihatnya dari sudut pandang Allah dan tujuannya menciptakan kita.
Banyak di luar sana yang mengajarkan pendidikan seks bukan dengan kebenaran Firman Tuhan, dan alhasil para remaja malah terjerumus ke dalam dosa seks. Pendidikan seks perlu dikemas dengan kebenaran firman Tuhan dan disampaikan kepada remaja supaya remaja hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Berikan ayat-ayat pendukung, mis: tentang perzinahan dll.. Kehidupan pribadi yang intim dengan Tuhan hari demi hari lah kuncinya untuk setiap remaja bisa kuat dalam menjadi diri dalam kekudusan hidup. Gereja harus menjadi pemimpin edukasi seks dalam keluarga secara holistik. 1 Korintus 6:18: Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Ayat-ayat dalam Alkitab yang dapat digunakan sebagai pendidikan seks kepada remaja adalah:
Jadi perlu untuk minta hikmat dari Tuhan untuk menyampaikan perihal seks supaya tidak melenceng dari Firman Tuhan. Allah adalah Kudus, maka setiap kita harus hidup berusaha kudus supaya berkenan kepada Allah.
==========
RANGKUMAN PIR
TERMIN III / Topik 2 -- Komunitas Remaja yang Sehat
Pertanyaan:
Setiap manusia memiliki komunitas, termasuk para remaja. Apa itu komunitas yang sehat? Bimbingan apa saja yang dapat diberikan kepada remaja untuk membangun sebuah komunitas yang sehat?
Jawaban:
Umumnya komunitas terbentuk berdasar kesamaan asal sekolah, tempat kerja, tempat tinggal, hobi dan minat, korps, pekerjaan atau profesi, jenis kelamin atau gender, etnis di perantauan, agama atau keyakinan, visi dan misi, dll.. Komunitas yang sehat adalah kumpulan atau kelompok yang biasanya anggota memiliki kesamaan, misalnya kesamaan hobi, tujuan yang positif, atau kesamaan dalam pekerjaan dan memberikan manfaat bagi orang lain dan juga membangun dalam hal kerohanian setiap anggota kelompoknya.. Bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain. Komunitas ini juga membawa kita bertumbuh semakin serupa Kristus dan saling mengembangkan diri satu sama lain dan saling bertumbuh di dalam kedewasaan serta emosi dan intelektualnya dapat semakin dibentuk dengan cara pandang yang benar. Artinya bentuk komunitas bisa bagaimana saja, namun tujuan komunitas serta dampak yang diberikan itulah yang membedakan antara komunitas yang sehat dan tidak sehat. Komunitas yang sehat seharusnya semakin membuat remaja bertumbuh menjadi murid Tuhan. Komunitas ini juga peduli satu sama lain tanpa menjerumuskan seseorang pada perilaku yang tidak benar. Komunitas ini juga dapat membangun remaja menjadi pribadi yang berkarakter baik dan yang mampu mensupport pertumbuhan imannya sehingga mereka mempunyai hidup yg berbuah (Galatia 5:22). Komunitas ini membentuk kelompok atau perkumpulan yang bisa saling mendukung, berkomunikasi, beraktivitas untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi personal, kelompok tersebut dan sekelilingnya.
Komunitas yg sehat akan ditentukan bagaimana kelompok remaja ini dapat saling memberikan kontribusi yg positif dan bernilai bagi kelompoknya dan bagi lingkungan diluar kelompoknya. Ibrani 10 :24-25 dinyatakan bahwa kriteria komunitas sehat adalah saling berbagi, saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik, saling menasehati dan giat dalam pelayanan Tuhan. Jadi, komunitas ini memberikan dampak positif kepada seseorang tidak terbatas pada aspek kerohanian semata, tetapi juga terhadap aspek sosiologis, psikologis, dan intelektualitas.
Komunitas-komunitas yang sehat bagi remaja bisa dibentuk dan diadakan oleh gereja seperti komsel, atau komunitas musik, dll.. Mengarahkannya untuk bertumbuh dalam komunitas yg paling dibutuhkan oleh dirinya bukan berdasarkan yg diinginkannya. Berikan kesempatan kepada setiap remaja membangun relasi dengan berbagai pihak, tetapi yang penting digarisbawahi adalah memastikan setiap remaja memahami bahwa setiap komunitas akan memberikan dampak bagi kepribadian kita. Bimbingan yang dapat diberikan kepada remaja yaitu pengajaran dasar tentang ajaran Kristiani melalui kelas-kelas pembinaan. Oleh karena itu setiap remaja harus kita bimbing untuk mau terbuka untuk setiap komunitas yang dimilikinya. Pembina sangat berperan dalam mengelola dinamika kelompok ini. Bagaimana memanfaatkan dinamika relasi antar anggota untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran hidup, bagaimana mempraktekkan kasih dan bagaimana saling mempertanggungjawabkan iman dan pertumbuhan pribadi masing-masing.
Perkumpulan remaja yang aktif dalam kerohanian adalah impian setiap orang tua atau setiap gereja. Sebagai orang tua atau pembina rohani, kita dapat memberikan saran kepada anak remaja kita untuk bergabung dalam komunitas yang membangun. Orang tua perlu mendorong dan mengarahkan remaja untuk ikut kegiatan remaja yang bermanfaat, seperti di gereja, dll.. Orang dewasa juga perlu menjadi teladan yang terbaik untuk mendorong remaja-remaja berkembang dalam komunitas yang sehat. Hal-hal ini sangat positif bagi remaja. Ini akan menjadikan remaja akan bertumbuh dengan baik rohani maupun kepribadiannya. Jika anak memiliki media sosial dan bergabung dalam satu grup, kita bisa melihat profil grup tersebut dan memberikan saran-saran kepada anak kita. Apabila komunitas itu memberikan dampak yang positif bagi remaja tentu saja komunitas itu sehat. Bimbingan yang diberikan kepada remaja untuk membangun sebuah komunitas yang sehat adalah dengan bimbingan yang didasarkan Firman Tuhan. Bimbingan dapat diberikan melalui kegiatan-kegiatan yg dapat membangun iman dengan metode yang sesuai dengan usianya. Bisa tentang life planning, leadership, Bible Study, entrepreneurship, sport (futsal, badminton, basket), music, dance, dan lainnya. Tetapi yang paling penting dari semua itu adalah keteladanan dari anggota yang lebih dewasa, adanya kepercayaan antar anggota juga adanya sikap saling memiliki antara sesama anggota. Dalam konteks komunitas yang berlandaskan Alkitabiah, perlu diberikan pemahaman mendasar tentang nilai-nilai fundamental yang berdasarkan kebenaran Alkitab.
Bimbingan kepada para remaja untuk dapat menciptakan komunitas yang baik tentu dasarnya adalah firman dan mengerti kehendak Tuhan. Hal hal rohani harus menjadi pedoman dan pandangan hidup para remaja. Bimbingan berikutnya adalah pola komunikasi yang baik antara pembimbing, anggota komunitas dan bahkan di luar komunitas yang kompeten (ahli/pendeta/orangtua/guru). Bimbingan lain berupa keteladanan dari pembimbing, tokoh tokoh gereja setempat, atau tokoh tokoh yang menginspirasi. Memberi pengertian bahwa dalam Yohanes 1:12, kita yang percaya adalah anak Allah, berarti teman-teman yang lain yg seiman adalah keluarga kita. Ajar remaja untuk membangun relasi yang baik dengan sesama, terus mendampingi dan jadi mentor bagi mereka, menjadi contoh terlebih dahulu dalam membangun komunitas yang sehat dan juga belajar dari Yesus Kristus dan murid-murid-Nya. Dalam dunia digital, cara kita bisa mengarahkan dan memastikan remaja tetap dalam komunitas digital yang sehat adalah: berdasarkan Firman Tuhan dan selalu cek kebenaran informasi tersebut. Remaja harus cermat dan selektif dalam penggunaan media digital seperti memilih pertemanan, komunitas dan tidak latah terhadap perubahan perilaku atau tren dikalangan remaja dalam penggunaan media digital. Penting sekali peran orang tua/pembina memonitor, membimbing, mengarahkan dan mengingatkan.
===================================
RANGKUMAN PIR
TERMIN IV / Topik 1 -- Karakter Kristus dalam Diri Remaja
Pertanyaan:
Apa yang dimaksud dengan karakter Kristus? Bagaimana cara membangun karakter Kristus dalam diri seorang remaja?
Jawaban:
Suatu bangunan akan kokoh apabila dasarnya pun kokoh/kuat. Semua tukang bangunan pun tahu akan hal tersebut. Apabila kita ingin membangun karakter Kristus pada diri seorang remaja, kita harus menguatkan dasar dari remaja tersebut, dengan apa? Dengan iman yang takut akan Tuhan, atau dengan iman yang percaya kepada Tuhan, poinnya adalah iman kita tertuju kepada Tuhan. Karakter Kristus adalah bagian dari diri Yesus, yang Dia sering lakukan dalam hidup-Nya dan menjadi bagian dari apa yg ada dalam kita. Bisa dikatakan ketika seseorang memusatkan dirinya kepada Kristus baik dari hati, pikiran dan perbuatannya yang dilakukan seperti yang Yesus Kristus lakukan. Sifat khas yang dimiliki dan diteladankan oleh Kristus dalam sikap, perkataan, ajaran-Nya. Karakter itulah yang dikehendaki oleh Tuhan supaya mereka yang telah dipilih ditebus oleh Kristus bertumbuh mengikuti teladan sikap dan ajaran Nya. Karakter Kristus adalah gambaran dari kehidupan perilaku yg dilakukan oleh Yesus Kristus, yg tertulis dalam Alkitab. Membangun karakter Kristus merupakan proses dari pikul salib dan sangkal diri, untuk itu seorang remaja diawali dgn mengenal dan menerima Yesus, kemudian harus membangun kehidupan hubungan intim dengan Tuhan. Dan melakukan firman setiap hari. Karakter Kristus adalah sifat-sifat yang dimiliki Kristus dan menjadi teladan bagi manusia. Sifat-sifat itu yaitu memiliki kasih, mengampuni, tulus, sabar, rendah hati, murah hati, dan lain-lain (sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan).
Karakter Kristus adalah sebuah kepribadian yang menyerupai Kristus yang dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Karakter ini merupakan cerminan hidup seseorang yang berpusatkan kepada Kristus. Karakter ini hanya mungkin dimiliki ketika seseorang telah mengalami lahir baru di dalam Kristus dan senantiasa mau hidup dalam persekutuan yang intim bersama Kristus. Karakter ini harus bersifat menyeluruh yang artinya hati, pikiran dan tindakan yang sesuai kebenaran Firman Tuhan. Karakter ini tentu adalah karakter yang dimiliki orang-orang yang sudah Tuhan tebus dan mengalami hidup baru. Karakter Kristus adalah sifat kejiwaan, akhlak/ budi pekerti dan perilaku seperti Kristus yang terdapat dalam diri seseorang dan dirasakan hasilnya oleh orang lain. Karakter adalah sebuah kekuatan yang tidak kelihatan. Karakter bertumbuh melalui proses dan ujian. Karakter yang baik menghasilkan buah-buah yang unggul dan berkualitas. Buah-buah yang bermanfaat bagi kehidupan kita dan orang lain (Matius 7:17-18). Karakter Kristus juga tercermin melalui buah Roh (Galatia 5). Karakter Kristus adalah suatu karakter yg menyerupai Kristus. Hal itu bisa dibangun kalau Kristus hidup di dalam kita dan kita di dalam Kristus. Dengan demikian karakter Kristus secara sederhana adalah setelah kita percaya dan menerima Tuhan, kita menjadi serupa dengan Allah. Termasuk dalam perkataan, tindakan dan pikiran. Karakter Kristus adalah sikap hidup yg didasarkan pada kasih Kristus. Artinya sikap hidup yg dijalankan bercermin pada apa yg dilakukan Kristus. Sebab apa yg dilakukan Kristus itu semua didasari dengan kasih. Kristus sendiri mengajar kasih kepada pengikut-Nya. Kristen yg berkarakter adalah kristen yang matang rohaninya dan dewasa, menjunjung nilai-nilai kebenaran dan alkitabiah dalam hidupnya, sekalipun ditengah-tengah himpitan. Kematangan rohani mampu menerangi dan menggarami dunia. Kristus menjadi teladan dalam langkah hidup remaja.
Kepribadian, karakter, perilaku Yesus yang hidup dalam Roh kebenaran memberikan penjelasan dasar karakter Kristus itu sendiri, dan pembina harus memiliki karakter Kristus agar bisa membangun karakter Kristus untuk remaja tersebut. Tanpa itu, remaja akan menilai pembina tersebut akan hanya sekadar bicara tanpa ada tindakan yang mencerminkan karakter Kristus. Karakter Kristus adalah karakter yg mempunyai hidup yg berbuah (sesuai dengan buah roh dalam Galatia 5:22). Karena pohon dikenal dari buahnya. Demikian juga karakter remaja.
Cara membangun karakter Kristus dalam diri seorang remaja adalah:
- Mengenalkan Yesus dan menerima-Nya dalam hidup mereka. Dorong setiap anak remaja mau mengakui dan menyadari kesalahan untuk setiap kesempatan yang ada. Selanjutnya mau berubah untuk terus bertumbuh semakin serupa Kristus. Tanpa pertobatan sejati yang dari Kristus adalah mustahil seorang remaja dapat memiliki karakter Kristus. Sebagai pembina, orang yang memiliki tanggung jawab, tidak bisa berhenti mengingatkan, dan mengingatkan sampai terngiang-ngiang dalam pikiran remaja. Karena seperti pelajaran sebelumnya, dunia remaja pun memiliki masalah. Ada pergumulan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu kita harus bertekun mendalami Alkitab dan bergumul dalam doa untuk remaja yang kita bina. Mereka harus melihat semuanya dari sudut pandang Tuhan, bukan sudut pandang orang tua/ pembina serta memberikan teladan kepada kita dalam perkataan dan perbuatan sesuai dengan karakter Kristus.
- Memberikan pembinaan kepada mereka tentang kebenaran Allah dalam firman-Nya. Berikan teladan Kristus di Alkitab baik lewat firman Tuhan atau mendekatkan diri dengan keintiman dengan Tuhan. Ajak dan bimbing setiap anak remaja untuk taat dan setia terus mau belajar kebenaran Firman Tuhan. Gambaran lengkap dari Kristus, dari data sejarah, sikap perilaku, keteladan, ajarannya senantiasa disampaikan kepada para remaja dengan gaya yang menarik atau visual. Selain gambaran tersebut, penting bagi pembina juga menjadi teladan sifat karakter Kristus sehari hari, mengasihi, sabar, perhatian dll..
- Ajar mereka untuk membangun hubungan/persekutuan dengan Kristus melalui saat teduh, bible reading, hingga bersaksi. Ajarkan Firman Tuhan setiap saat kepada sang didik (Ulangan 6 :6-7). Beri keteladanan kepada remaja dalam kehidupan sehari-hari tentang karakter Kristus. Sehingga menjadi pembimbing harus dapat menunjukkan sifat yang memiliki kasih, mengampuni, tulus sabar, rendah hati, murah hati,dan lain-lain (sesuai dengan kebenaran firman Tuhan).
- Arahkan setiap anak untuk memiliki integritas, artinya anak konsisten untuk bertindak sesuai kebenaran kapan dan dimanapun mereka berada. Diperlukan kerja sama dari pihak orang tua, pembina maupun gereja/persekutuan yang menjadi ujung tombak pembinaan karakter/watak remaja tersebut. Pembinaan harus dimulai dari membuat remaja tersebut menjadi ciptaan baru milik Kristus. Pada masa ini seorang pembimbing sangat diperlukan khusus dari lingkungan terdekat seperti keluarga, gereja dan komunitas.
- Menjadi teladan. Pembina sendiri sebagai pribadi harus memiliki karakter Kristus dalam hidupnya. Karakter Kristus itu nanti akan memancar dari dalamnya kepada para remaja. Dari teladan dan pengajaran, para remaja akan mengenal Tuhan Yesus dan perlahan-lahan akan mengalami perubahan dan pembaruan hidup. Dalam bimbingan Roh Kuduslah, para remaja pada gilirannya akan juga memiliki karakter Kristus yg penuh kasih dan pengorbanan. Bersihkan pikiran dan hati dari segala kotoran, sampah, najis, filsafat dunia. Isi pikiran dan hati denganf Firman Tuhan. Menjauhi tontonan porno, bacaan merusak ( 2kor 10:5 ,- 2kor4:4,- ams 4:23).
- Libatkan remaja dalam kelompok/komunitas yang positif, misalkan kelompok PA atau tumbuh bersama lalu terapkanlah 5B (berdoa, baca Alkitab, bersekutu, beribadah dan bersaksi) untuk bertumbuh semakin serupa dengan karakter Kristus.
- Karakter Kristus dapat kita miliki sebagai Buah Roh yang dianugerahkan Roh Kudus dan terus kita latih untuk kepekaannya. Perlu juga karakter ini dilatih dengan kegiatan - kegiatan yang membangun seperti mengunjungi panti asuhan, melakukan pelayanan ke keluarga, dan lainnya. Remaja juga perlu mengerti bahwa menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat merupakan kunci untuk memiliki karakter Kristus.
Setelah karakter Kristus terbangun dalam seorang remaja dapat diaplikasikan dengan bagaimana remaja berelasi dengan orang lain. Misalnya ditengah-tengah keluarga maupun bersama dengan teman-temannya. Proses Inilah yang kadang tidak mudah. Menuntut ketaatan dan komitmen. Perilaku hidup yg baik, dalam perkataan, dalam perbuatan yang berdasar pada kasih Kristus yang dimulai dengan persekutuan pribadi dengan Tuhan setiap hari.
==============
RANGKUMAN PIR
TERMIN IV / Topik 2 -- Pelajaran, Kesan dan Apliksi
Pertanyaan:
Kesan dan pelajaran apa yang Bpk/Ibu/Sdr/Sdri dapatkan dari kelas PIR ini? Sebutkan aplikasi yang akan Bpk/Ibu/Sdr/Sdri lakukan setelah belajar dari kelas PIR ini?
Jawaban:
1. Nanang: Mengapresiasi kelas ini, sangat bermanfaat untuk bisa saling berdiskusi dan menerima informasi terkini khususnya dari Bapak/Ibu yang terlibat langsung dalam pelayanan remaja. Masalah remaja sangat penting karena selain dari permasalahan dan tantangan perubahan zaman yang sangat berdampak bagi kehidupan remaja, mereka adalah juga penerus generasi bagi gereja. Penanganan atau bimbingan kepada remaja sangat penting. Aplikasi yang bisa saya lakukan adalah menerapkan pembinaan bagi putri saya yang sedang menginjak remaja, dan membantu memberi masukkan kepada pelayanan remaja di gereja saya.
2. Masterr Martias: Senang bisa berkumpul dengan Bapak/Ibu yang mempunyai pengalaman dan kemauan yang sangat besar dalam mempelajari tentang kekristenan khususnya kepada remaja. Semoga dalam kesempatan lain, bisa buat sebuah komunitas untuk saling berbagi tentang pengetahuan maupun lainnya untuk saling membantu. Aplikasi: Dengan adanya kelas diskusi ini, saya punya ide baru kearah teknologi yg mampu menyebarkan kebenaran tentang Alkitab
3. Oey Meng Hooy: Semakin memahami tentang pembinaan anak remaja dan bahaya bahaya yg harus kita tanggulangi. Dari pembelajaran ini, saya akan aplikasikan dalam kehidupan pelayanan adalah lebih mengayomi anak-anak remaja dan menguatkan iman mereka dengan cara-cara yg kreatif supaya mereka bisa lebih mudah diajar atau dimuridkan. Sebagai orang tua, saya akan jadi teladan bagi anak anak remaja karena mereka akan lebih banyak melihat teladan daripada cuma omongan.
4. Sedison Stevanus Siregar Silali: Kepedulian terhadap perkembangan remaja merupakan hal yang sangat diperhatikan banyak pihak. Artinya sebagai seorang pendidik saya terberkati dengan keberadaan peserta kelas ini karena bisa menjadi rekan dalam berbagi dan bertukar informasi menyangkut pembinaan remaja masa kini. Menyangkut hal ini juga saya sangat terkesan dan bersyukur atas kerja keras dan kerelaan PESTA dan tim membuka kelas ini. Pemimpin Gereja, Orang tua, Pembina ataupun Pendidik adalah ujung tombak dalam pembinaan remaja. Artinya peran Gereja, Rumah dan Sekolah harus nyata dalam pembinaan Iman remaja saat ini.
Pesan: Semoga kelas ini akan terus dibuka untuk waktu kedepan, sehingga banyak para pembina, Orang tua remaja yang bisa belajar dan berdiskusi menyangkut pembinaan remaja dengan komunitas yang benar. Semoga ada kelas yang lebih lanjut menyangkut hal ini. Jika memungkinkan dengan keberadaan teknologi saat ini, jika dimungkinkan kita mengadakan pertemuan online. Hal ini akan sangat membantu kita lebih banyak kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Untuk tim PESTA, karena bagi saya kelas ini adalah kelas yang sangat baik untuk diikuti berbagai kalangan seperti Guru, Orang tua, pembina remaja sangat saya sarankan bisa mempromosikannya dalam berbagai sosial media. Jika diinjinkan kami sangat bersedia membantu.
Aplikasi: Selama mengikuti kelas ini banyak hal yang mempengaruhi saya dalam pembinaan remaja. Namun beberapa hal yang mungkin akan saya aplikasikan melalui kelas ini adalah, melalui kesempatan ini meminta ijin membawakan dan menggunakan materi yang sudah ada dalam berbagai kegiatan chapel, seminar ataupun pelatihan di sekolah tempat saya mengajar. Mencoba memikirkan kelas dengan model ini untuk pembinaan remaja (murid yang ada di sekolah). Lebih peka dengan perkembangan teknologi, sesuai dengan kebutuhan remaja. Artinya lebih intens mengarahkan/ membimbing remaja untuk menggunakan teknologi dengan tujuan yang tepat dan benar.
5. Reinhard Yeremia: Semakin memahami bahwa pembinaan anak remaja banyak tantangannya dan tidak bisa diselesaikan dengan aturan-aturan tertulis saja. Aplikasi: Lakukan pemuridan yang sesuai dengan ajaran Alkitab.
6. Sigit Sugiharto: Kelas ini seru. Komennya banyak dan memberikan banyak referensi dan pengetahuan. Banyak hal yg saya peroleh dari kelas ini. Nanti saya ingin coba menularkan "insight" buat para remaja terutama tentang bagaimana cara memilih komunitas yang pas bagi pertumbuhan fisik dan mental serta kepribadian mereka. Banyak komunitas yg punya pengaruh negatif terhadap remaja. Mereka harus menghindarinya supaya waktu dan tenaga mereka tak terbuang percuma untuk kesia-siaan.
7. Idul Yasri Koyongkam: Dengan banyaknya antusias peserta dalam kelas PIR ini, saya menyadari dan kemudian mendapatkan kesan bahwa kini banyak orang telah benar-benar memikirkan bahwa pembinaan anak remaja merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu saya sangat terkesan akan semua diskusi yang sudah terjadi. Saya sendiri akan lebih semangat dan serius memberikan pembinaan untuk anak-anak remaja di lingkungan saya dan memberikan dorongan bagi para pembina agar menaruh perhatian serius akan pembinaan remaja. Jika Tuhan berkenan, saya akan buat kelas-kelas pembinaan iman Kristen khusus usia remaja.
8. Aan Yahya: Remaja adalah calon pemimpin masa depan. Kita wajib mempersiapkan, membekali dan mengarahkan mereka untuk tumbuh dan berkembang kearah yg benar, dengan pendidikan/pengetahuan dan tentunya dengan firman Tuhan. Sehingga mereka dapat menjadi pemimpin baik di sekuler maupun non sekuler. Melalui kelas diskusi ini, saya banyak dapat pengetahuan, pembinaan anak zaman now. Ada pengajaran alkitabiah yg pernah saya baca, yaitu mengenai "pembapaan" (bapa dan anak rohani), sepertinya ini bisa diterapkan ke dalam pembinaan anak remaja. Terima kasih.
9. Florida Siregar: Kelas ini sangat mendarat dalam materinya. Saya sangat terberkati dalam melihat bahwa remaja merupakan pribadi yang sangat penting untuk dilayani. Masa remaja merupakan kesempatan emas untuk mengenalkan Tuhan. Pesan saya agar gereja benar-benar serius dalam mempersiapkan pelayanan remajanya. Se
moga beban ini dapat saya lakukan di gereja saya. Aplikasi yang akan saya lakukan adalah dalam pelayanan saya sebagai guru saya akan mempersiapkan program pembinaan remaja yang lebih tepat dan serius. Dalam mendidik anak saya sendiri, saya juga akan memperhatikan materi yang telah saya pelajari. Terima kasih juga untuk tim yang telah membantu jalannya diskusi.
10. Pricilia Wahongan: Banyak hal baru yang saya dapatkan. Diskusi-diskusi yang berlangsung dalam kelas ini bahkan juga soal-soal yang diberikan dari 6 pelajaran sebelum kelas ini berlangsung bukan hanya memperkaya pengetahuan saya tentang firman Tuhan serta pentingnya pembinaan remaja Kristen, tetapi juga menjadi pendorong bagi saya untuk mengaplikasikannya lewat membentuk kelompok-kelompok kecil/KTB.
11. Lina Kusuma Wati: Diskusinya seru. Banyak wawasan baru yg didapatkan melalui diskusi PIR ini. Saya ingin menjalin relasi dengan anak tunas remaja untuk mengetahui kesukaan mereka juga "games" yg mereka mainkan sehingga dapat lebih menjangkau mereka dan membawa mereka kepada Kristus.
12. Siska Yunita: Kesan yg didapatkan dari kelas PIR ini adalah membuka wawasan lebih luas dalam memandang berbagai sisi perkembangan anak remaja dan memberikan pandangan tentang berbagai hal bagaimana mendidik anak dimasa remaja sehingga mereka boleh menjadi generasi Kristen yg berkarakter baik, penuh dengan buah roh dan bertanggung jawab. Aplikasi: Saya akan belajar untuk lebih memahami dan dimampukan untuk menjadi teladan yg baik untuk anak remaja putri saya sehingga dia dapat bertumbuh menjadi anak yg mengasihi Tuhan, dan hidupnya boleh berbuah dan menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya.
13. Tri Sadono: Kesan dan pelajaran apa yang saya dapatkan dari kelas PIR ini adalah pengetahuan tentang pembinaan iman remaja.Aplikasi yang akan saya lakukan setelah belajar dari kelas PIR adalah memaksimalkan media sosial seperti FB, WA, dan memanfaatkan zoom untuk pembinaan iman remaja secara online.
14. Yohanes Valentino Wenas: Mendapat banyak materi/metode untuk beberapa case saat ini. Saat masih pake WA/Telegram untuk berbagi informasi baik dari remaja tersebut maupun teman-teman yang lain.
15. Jupinis Sugilan: Bagi saya sendiri, kelas PIR adalah kelas yang sangat bagus untuk dipelajari dan berdiskusi karena setiap keluarga atau pasangan hidup mempunyai anak-anak remaja dan setiap Ibu/Bapak atau orang dewasa perlu pengetahuan dan pengalaman yang penting untuk mendidik anak-anak remaja mereka kearah remaja yang baik dan menjadi pelapis atau pengganti orang dewasa kelak. Sekiranya anak-anak itu dididik dengan cukup baik dalam bidang rohani dan bagaimana berhadapan dengan perkembangan teknologi terkini agar mereka akan menjadi anak yang pandai, cerdik, menghargai sesama dan tidak mudah terjerumus kearah akhlak yang salah dan akan memuliakan Tuhan melalui perbuatan-perbuatan mereka. Terima Kasih.
16. Harlinton Simanjuntak: Bagi saya, kelas PIR mengevaluasi saya akan masa lalu (khususnya masa remaja) yang banyak salah. Saya akan menjadikan pengetahuan ini untuk membina anak saya nanti ketika masa remaja dengan pendekatan budaya dan keimanan yang kontekstual. Menjadi orangtua yang ramah terhadap anak untuk berbagi gaya hidup. Dan, untuk saat ini, saya ingin membuat sebuah artikel rohani yang mengangkat tema PIR ini. Semoga Tuhan memampukan.
17. Sudianto Tanjung: Makin bertambahnya ilmu untuk pengembangan iman remaja yang berkenan di mata Tuhan karena sebagai orang tua juga banyak di antara kita yang salah dalam mengarahkan remaja-remaja dalam hidup kita kearah yang berkenan di mata Tuhan, seperti kediktatoran dalam membina anak-anak di rumah perlu dihilangkan, kasih yang dari Kristus perlu dikembangkan dalam hidup sehari-hari di dalam bergaul dan berinteraksi dengan para remaja-remaja di dalam hidup kita, dan di dalam rumah tangga kita.
18. Jefri Kamlasi: Saya sangat bersyukur bisa bergabung dalam kelas diskusi PIR ini. Pelajaran yang saya dapatkan dari kelas PIR sangat banyak sekali dan lebih lagi bisa bertukar pikiran dengan saudara seiman lainnya dari berbagai daerah sehingga saling memperkaya pemahaman. Aplikasi: Tentu saja mulai dari dalam keluarga sendiri dan kemudian kedalam kelompok persekutuan.
19. Gunther Hutagalung: Saya bukan baru kali ini saja mengikuti kelas ini, mungkin ini adalah yang ke-3 kali nya, dan Puji Tuhan luar biasa. Saya sangat berkesan setelah mengikuti kelas PIR tersebut, mendapatkan pengetahuan yang baru, mendapatkan teman yang baru, dan menumbuhkan iman saya terlebih pentingnya, karena iman tumbuh akibat pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan. Terima kasih kepada tim PIR yang tidak bosan-bosannya mengingat kami untuk menjawab pertanyaan yang telah kalian berikan.
20. Richard Alberto: Pelajaran yang saya dapatkan ialah cara memperlakukan remaja saat ini berbeda saat saya remaja dahulu karena dunia teknologi berbeda tetapi makna/tujuan yang disampaikan sama untuk meningkatkan iman percaya pada Tuhan Yesus. Saya mendapat banyak informasi bagaimana melakukan pendekatan kepada REMAJA saat ini, dan saya perlu meningkatkan skill untuk bisa lebih memahami dunia REMAJA. APLIKASI: Saya akan menjadi "ROLE MODEL" atau "Walk The Talk" karena mereka akan lebih percaya dengan perbuatan daripada dengan kata-kata saja.
21. Ryanti Julyanna: Kesan yang didapatkan adalah dengan adanya diskusi-diskusi bersama-sama membuat saya pun harus memiliki pemikiran yg kritis juga serta dengan adanya diskusi bersama itu pun membuka wawasan lagi semakin luas terutama mengenai anak-anak remaja, pertumbuhan remaja, solusi-solusi yg diberikan kepada remaja, hal-hal yg harus dilakukan saat menangani permasalahan-permasalahan remaja saat ini dan memasukkan Firman Tuhan sebagai dasar hidup mereka atau menjangkau jiwa mereka. Kebanyakan mereka banyak bertentangan dengan Firman Tuhan. Aplikasinya: Dimulai dari melihat diri sendiri dulu apakah sudah siap menjangkau mereka dengan cara terus mau belajar dan mengintropeksi diri sendiri dulu.
22. Yermia Kristanto: Kesan dari pelajaran PIR sangat memberkati saya dan materi pelajaran ini sangat bermanfaat bagi saya dan istri dalam membekali anak-anak kami. Khususnya saya pribadi yg banyak berkecimpung di remaja,saya memperoleh tambahan wawasan dalan mendidik remaja melalui diskusi ini. Aplikasi: Tentu akan menambah bekal dalam pembinaan remaja dan mempraktekkan hal-hal baru yg saya peroleh lewat pelajaran PIR dan diskusi-diskusi selama ini. Karena sangat penting remaja dididik se dini mungkin dengan firman Tuhan.
23. Cerry Steward Senggetang: Mengikuti kelas ini membuat saya sadar betapa pentingnya usia remaja untuk mendapatkan bimbingan secara rohani. Hal ini semakin memberikan saya semangat untuk melayani kaum remaja. Jika Tuhan berkenan saya rindu membentuk kelompok pembinaan baik dilingkungan tempat tinggal atau kerja.
24. Fince H Tande: Puji Tuhan, melalui kelas diskusi PIR ini, saya bisa belajar hal-hal apa yang dibutuhkan oleh remaja khususnya dalam membimbing mereka untuk bisa hidup dalam terang kebenaran firman Allah. Saya rindu untuk membuat sebuah kelas PA untuk remaja. Untuk itu, saya minta dukungan doa dari teman-teman sekalian untuk hal ini. Terima kasih untuk topik-topik dan diskusi yg boleh saya ikuti bersama tim SABDA dan teman-teman peserta.
25. Ivan Junius Salim: Kesan dan pelajaran yang didapatkan dari kelas PIR ini adalah pembinaan iman remaja bukan hanya sekadar transfer "knowledge", tetapi juga menjadi teladan/"role model" yang membina remaja dalam kasih. Aplikasi yang dapat dilakukan setelah belajar dari kelas PIR ini adalah bagaimana saya dapat membina remaja yang ada, tidak hanya di Gereja, tetapi juga dikalangan keluarga (saudara, sepupu).
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA