Panduan Utama untuk Menulis Khotbah yang Baik
Panduan Utama untuk Menulis Khotbah yang Baik
Menjadi membosankan mungkin adalah salah satu hal yang tidak pernah Anda harapkan sebagai seorang pemimpin atau komunikator. Namun, setiap orang yang berkomunikasi, berkhotbah, atau bahkan mencoba mengajukan sebuah ide kepada orang lain pernah mengalami perasaan bahwa ia sedang kehilangan pendengarnya.
Bagaimana tepatnya hal itu terjadi?
Saya telah berkomunikasi secara profesional sejak berusia 16 tahun di bidang radio dan hukum, dan selama dua dekade terakhir, berkhotbah dan menjadi narasumber. Selama bertahun-tahun, saya telah mempelajari tentang apa saja yang menarik perhatian orang dan apa yang tidak.
Sebelum kita membahas kerangka kerja, konsep, dan taktik, saya ingin berbagi dua hal yang saya perhatikan tentang para komunikator kelas dunia. Setiap komunikator (efektif) yang saya temui memiliki dua kesamaan:
1. Komunikator yang hebat memiliki sistem persiapan yang baik. Mereka memiliki sistem untuk menulis khotbah dan melakukan persiapan guna meningkatkan kualitas dan dampak pesan mereka sehingga komunikator semacam ini dapat mempersiapkan diri dengan lebih efektif, berkomunikasi dengan lebih jelas, dan terhubung lebih dalam dengan para pendengarnya.
2. Para pembicara kelas dunia terus belajar dan mengasah kemampuan komunikasi mereka. Anda akan menemukan para pembicara kelas dunia yang terus menginvestasikan waktu (dan uang) mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka setiap hari, minggu, bulan, kuartal, dan tahun.
Tentu saja, beberapa orang memiliki bakat alami dalam hal ini. Namun, jarang sekali bakat berkomunikasi semacam ini berkembang secara alami karena membutuhkan pengembangan dan pengalaman yang berkelanjutan.
Jadi, apakah Anda siap untuk mengubah khotbah Anda dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang digunakan oleh para pembicara kelas dunia? (Dan tidak menyampaikan khotbah yang membosankan).
Jika jawaban Anda adalah "Ya", teruslah membaca!
Bagaimana Menulis Khotbah yang Baik
Meskipun saya membutuhkan waktu beberapa tahun untuk sampai ke titik ini, saya telah terbiasa membuat garis besar seluruh rangkaian khotbah sebelum saya mengkhotbahkannya. Hal itu melibatkan pemilihan teks-teks Alkitab, menentukan sudut pandang khotbah, menulis satu atau dua pesan pertama, dan menguraikan sisanya.
Saya juga meringkas setiap pesan menjadi satu kalimat/inti sari") yang dapat memperjelas inti dari khotbah tersebut. Dan, inilah yang saya pelajari: Kejelasan membutuhkan waktu dan latihan.
Di bawah ini, saya akan menguraikan proses yang telah saya kembangkan selama bertahun-tahun. Jika Anda mengikuti proses ini dalam mempersiapkan khotbah, Anda akan menemukan kejelasan dalam khotbah Anda sendiri.
1. Buatlah Catatan Berisi Semua Ide Khotbah Anda (termasuk seri-serinya)
Saya memiliki sebuah catatan sederhana di laptop dan telepon genggam saya yang menjadi tempat saya menyimpan semua ide khotbah (dan seri khotbah) yang akan datang. Ini adalah sebuah arsip yang menyimpan bagian-bagian Kitab Suci, pemikiran, tautan, media, dan sudut pandang untuk dijadikan referensi di kemudian hari.
Jika Anda tidak memiliki sesuatu seperti ini, langkah pertama Anda adalah membuatnya. Tidak harus sesuatu yang rumit. Bahkan, yang terbaik, adalah jika catatan itu tidak rumit sama sekali karena ini adalah tempat penyimpanan untuk apa pun dan segala sesuatu yang mungkin dapat Anda gunakan di masa depan, dan tidak perlu diformat secara cermat.
Arsip saya adalah catatan sederhana yang tersinkronisasi di antara semua perangkat saya (ponsel, tablet, dan laptop) dengan judul untuk setiap topik dan daftar ide, serta materi yang terkait dengan topik-topik tersebut. Sekarang, setelah Anda memiliki tempat penyimpanan untuk ide-ide Anda, Anda bisa memanfaatkannya untuk membuat khotbah atau seri khotbah.
2. Mulailah dengan Ide Umum
Ketika saya memikirkan tentang sebuah seri atau ceramah, saya mencoba untuk membuat 'gambaran umum' untuk hal tersebut. Sebagai contoh, katakanlah saya sedang memikirkan sebuah seri khotbah untuk akhir tahun ini tentang penyembahan berhala. Saat ini, hanya itu yang saya ketahui tentang topik tersebut.
Di lain waktu, jika saya berkhotbah, saya akan memulai dengan sesuatu yang berbeda dari sekadar ide, tetapi dengan sebuah teks, saya ingin mengajar. Saya telah melakukan seri khotbah dalam beberapa tahun terakhir tentang Ester dan Mazmur 101. Saya tidak tahu ke mana saya harus membawanya, tetapi saya tahu saya ingin mengkhotbahkannya.
Mulailah dengan sebuah topik.
Seperti yang telah disebutkan di atas, saya menyimpan catatan di ponsel dan laptop saya untuk ide khotbah dan ide pokok. Ketika saya mencapai tahap pengembangan seri khotbah, saya akan membuat file kerja yang baru untuk seri-seri tertentu. Saat itu, saya akan menyalin dan menempelkan materi-materi yang relevan dari file asli ke dalam file kerja ini.
3. Lakukan Riset dan Pilih Sudut Pandang Khotbah Anda
Dapatkah Anda menyampaikan khotbah di ruangan yang dihadiri oleh orang-orang yang aktif dalam gereja dan orang-orang yang tidak biasa terlibat dalam ibadah di gereja pada saat yang sama, dengan pesan yang sama, dan membantu kedua kategori pendengar ini mengambil langkah dalam iman mereka?
Tentu saja!
Namun, ini semua tentang sudut pandang yang Anda pilih untuk mendekati topik tersebut. Masalah pada sebagian besar seri khotbah adalah bahwa hal itu berfokus pada apa yang ingin dikatakan oleh si pengkhotbah, bukan pada apa yang ingin didengar oleh jemaatnya. Di sinilah sudut pandang menjadi segalanya.
Pada tahap proses penulisan khotbah ini, ketegangan yang dialami setiap pengkhotbah bermuara pada dua faktor:
Ada hal yang ingin diketahui orang. Hal itu dapat dengan mudah mendorong sebuah seri topik tentang isu-isu penting seperti penderitaan, relasi, atau menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Namun, ada hal-hal yang perlu diketahui oleh orang-orang, seperti pengajaran-pengajaran, doktrin, bahkan bagian dari Kitab Suci tertentu.
Akan tetapi, Anda bisa menggunakan ketegangan ini untuk menolong Anda dengan menciptakan sudut pandang yang menarik bagi kedua faktor tersebut.
Perhatikan, trik untuk membuat sudut pandang khotbah yang menarik adalah dengan mengambil apa yang ingin diketahui oleh orang-orang dan menggunakannya untuk menuntun mereka kepada apa yang perlu mereka ketahui.
Bagaimana cara memilih sudut pandang khotbah?
Jadi, dari mana Anda bisa mendapatkan ide untuk menemukan sudut pandang bagi khotbah Anda? Tentu saja, Anda harus berbicara dengan orang-orang yang tidak bergereja, tetapi selain itu, berikut adalah lima cara agar Anda dapat tetap mengetahui apa yang dipikirkan oleh orang-orang dalam budaya dan komunitas Anda:
- Daftar 100 Buku Teratas Amazon
- Film
- Media sosial dan liputan media
- Google Trends
- Pew, YouGov, dan Barna Research
4. Biarkan Mendidih
Sekali lagi, proses ini tidak terjadi dalam satu minggu. Semuanya membutuhkan waktu. Jika pada hari Kamis pagi Anda masih mencoba memutuskan apa yang akan Anda sampaikan pada hari Minggu pagi, apa yang Anda khotbahkan mungkin benar, tetapi tidak akan jelas.
Khotbah yang baik itu seperti rebusan. Semakin lama Anda membiarkannya mendidih, semakin nikmat rasanya. Mulailah persiapan khotbah Anda lebih awal -- seperti dalam hitungan minggu atau bulan.
Ketika Anda meluangkan waktu untuk bekerja, berdoa, belajar, menulis, dan menemukan kejelasan sejak jauh hari, Anda akan kagum dengan bagaimana pesan-pesan dalam khotbah Anda mulai terhubung.
Saya tidak pernah menyesal telah memikirkan sebuah ide lebih lama dari yang seharusnya.
5. Tentukan Inti Sarinya
Berkomunikasi bisa jadi merupakan hal yang menantang. Berkomunikasi secara efektif bahkan lebih sulit lagi. Karena itu, salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mengembangkan inti pembicaraan yang jelas dan tepat.
Intinya, poin utama dari pembicaraan Anda harus dapat dirangkum dalam satu kalimat yang mudah diingat.
Menciptakan inti sari yang baik akan menolong Anda dalam beberapa cara:
- Membuat Anda menjadi pemikir yang lebih baik.
- Membantu Anda memahami pembicaraan Anda lebih dalam.
- Memaksa Anda untuk menyederhanakan subjek yang rumit.
- Membuat pembicaraan Anda lebih mudah diingat oleh audiens Anda.
Jadi, bagaimana Anda melakukannya? Cobalah membuat inti khotbah Anda sendiri.
Percobaan pertama saya jarang sekali berhasil mencapai iterasi terakhir. Jika demikian, jangan berkecil hati. Kembali saja ke langkah 3 dan biarkan mendidih. Karena Anda masih memiliki waktu satu bulan sebelum serial ini dimulai, Anda punya waktu untuk menunggu seminggu dan mencoba lagi.
Secara pribadi, saya tidak bisa menulis garis besar untuk ceramah sampai saya mendapatkan intinya, jadi saya sering memulai dengan intinya.
C.R.E.A.M. inti sari Anda
Kerjakan ulang inti sari Anda dengan menggunakan alat bantu di akrostik C.R.E.A.M.:
C - CONTRAST/KONTRAS
Gabungkan dua ide yang kontras ke dalam inti sari Anda:
- Masa lalu dan masa depan
- Terang dan gelap
- Orang kaya dan orang miskin
- Kebenaran dan kebohongan
- Tawa dan kesedihan
Dalam sebuah seri khotbah yang saya ajarkan beberapa tahun yang lalu, saya membuat profil Haman (seorang politisi yang ditampilkan dalam kitab Ester); saya menggunakan kontras untuk mendapatkan inti sari ini: "Kehidupan yang dikhususkan untuk diri sendiri pada akhirnya akan membuat Anda sendirian."
R -RHYM/RIMA
Ini adalah salah satu trik memori tertua dalam buku ini, dan itulah sebabnya Anda ingat salah satu kutipan Benjamin Franklin: "Sebuah apel sehari dapat menjauhkan dokter." Atau kesimpulan dari seri Comparison Trap karya Andy Stanley adalah "Tidak ada kemenangan dalam perbandingan." Kedua contoh ini menunjukkan bahwa kesimpulan yang berima dapat membuat pendengar Anda mengingat inti dari khotbah Anda.
E - ECHO/GEMA
Mengulang kata atau frasa adalah cara yang ampuh untuk membantu orang mengingat. Dalam seri terbaru tentang pesan-pesan yang diputar di dalam pikiran kita, saya menggunakan kalimat berikut ini: "Memusatkan pikiran Anda pada Kristus akan memperbaiki pikiran Anda."
A - ALITERATION/ALITERASI
Aliterasi mungkin terlalu sering digunakan oleh para pengkhotbah, tetapi jangan sepenuhnya meninggalkan teknik ini -- teknik ini sangat kuat. "Dalam doa-doa diam, debu-debu diri dihapuskan." Dalam contoh itu terjadi pengulangan bunyi "d". Hal ini sederhana, tetapi berhasil memikat perhatian pendengar.
M - METAPHORS/METAFORA
Metafora melibatkan imajinasi pendengar, dan ketika itu terjadi, mereka akan mengingat lebih banyak. Alkitab sebenarnya penuh dengan metafora, misalnya ungkapan "Bagaikan cincin emas pada moncong babi." (Ams. 11:22, AYT)
Dalam sebuah seri tentang Supranatural, saya berkhotbah tentang mukjizat dengan inti sari: "Mukjizat adalah tanda-tanda yang menunjuk di luar diri mereka sendiri kepada sesuatu yang lebih besar." Kita benar-benar membangun rambu-rambu jalan yang menunjuk ke pantai, ke Disneyland, dan banyak lagi. Namun, rambu-rambu tersebut bukanlah tujuan akhirnya; mereka hanya menunjuk kepada sesuatu yang besar, seperti halnya mukjizat menunjuk kepada kuasa Kristus.
Hindari Inti Sari yang Murahan dan Dangkal
Inti sari dari sebuah khotbah bukanlah tujuan Anda. Tujuan Anda adalah mengomunikasikan firman Tuhan secara efektif. Saya telah melihat banyak inti sari dalam beberapa tahun terakhir yang mengikuti metode C.R.E.A.M., tetapi sebenarnya terkesan murahan, sederhana, atau dangkal. Apa contoh dari sebuah kalimat yang murahan? Bagaimana dengan "Allah adalah ATM surgawi yang tak pernah kehabisan berkat"?
Kalimat seperti itu sebenarnya tidak berarti apa-apa, justru mengerdilkan Allah. Dan ini cukup konyol sehingga Anda tidak ingin mengulanginya di hadapan teman-teman Anda (dengan asumsi Anda ingin mereka mendengar kalimat tersebut).
Sebenarnya lebih baik memiliki kalimat yang tidak terlalu berkesan daripada memilih kalimat yang murahan hanya karena berirama.
6. Menguraikan Garis Besar Khotbah
Mungkin tidak terasa seperti itu, tetapi setelah Anda memilih teks Alkitab yang ingin Anda fokuskan, memilih sudut pandang, dan menentukan inti sari, Anda sudah lebih dari setengah jalan menuju khotbah yang lengkap. Jadi, tahap selanjutnya dari proses penulisan khotbah adalah menyempurnakan garis besar dan "mengisi kekosongan".
Kerangka garis besar khotbah adalah kerangka dari konten Anda. Jangan merasa terbelenggu pada kerangka "intro, tiga poin, kesimpulan", tetapi setiap khotbah yang efektif cenderung mengikuti struktur yang sama:
- Pendahuluan
- Pengajaran
- Aplikasi
- Kesimpulan
Setelah membuat garis besar secara umum, sekarang saatnya untuk mulai mengisinya dengan semua informasi yang telah Anda kumpulkan selama beberapa minggu terakhir. Anda mungkin memiliki terlalu banyak informasi untuk dimasukkan ke dalam satu khotbah -- dan itu tidak masalah.
Jangan lupa untuk menambahkan beberapa ilustrasi khotbah yang bagus tentang iman, karena ilustrasi tersebut dapat menjembatani apa yang ingin Anda sampaikan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para jemaat dalam hidup mereka.
Ketika saya menyelesaikan garis besar khotbah saya -- yang melibatkan kontekstualisasi segala sesuatu yang ingin saya bagikan kepada audiens saya melalui lensa sudut pandang dan intinya -- saya mengandalkan empat pertanyaan dari buku "Communicating for a Change" karya Andy Stanley dan Lane Jones untuk membantu saya memutuskan apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus dibuang.
Pertanyaannya adalah:
- Apa yang perlu mereka ketahui?
- Mengapa mereka perlu mengetahuinya?
- Apa yang perlu mereka lakukan?
- Mengapa mereka perlu melakukannya?
Pertanyaan-pertanyaan ini memandu saya dalam proses penulisan setiap bagian penting dari khotbah saya.
7. Menulis Khotbah
Oke, sekarang kita sampai pada hal-hal yang lebih detail -- saatnya mengubah garis besar tersebut menjadi sebuah khotbah yang siap untuk dihafalkan dan disampaikan.
Masih ingat dengan struktur dan pertanyaan yang saya bagikan di atas? Nah, berikut ini adalah bagaimana masing-masing pertanyaan tersebut menginformasikan proses penulisan saya. Inilah cara menulis khotbah:
Pendahuluan (5 - 10 menit)
Di sinilah Anda perlu memutuskan bagaimana cara memperkenalkan topik Anda. Pada bagian ini, saya sering melukiskan sebuah masalah, memperkenalkan ketegangan, menceritakan sebuah kisah, atau menemukan titik temu untuk menarik semua orang ke dalam khotbah. Bagian ini berlangsung selama maksimal 5-10 menit. Sangat mudah untuk mengingat masalah, ketegangan, cerita, atau titik temu yang ingin Anda bangun karena pada bagian pendahuluan ini kita sedang mencoba menjawab pertanyaan kritis: Mengapa mereka perlu mengetahui hal ini?
Hanya itu yang saya coba lakukan dalam pendahuluan. Jika saya bisa menjawabnya, maka akan mudah untuk melakukan pendahuluan tanpa catatan, karena Anda hanya mengkomunikasikan beberapa kesamaan (menarik semua orang ke dalam pembicaraan), apa yang dipertaruhkan, mengapa hal ini penting, dan mengapa semua orang harus peduli.
Mengajar (10 menit)
Di sinilah saya menggali ke dalam inti persoalan, masalah, ketegangan, dan hubungannya dengan teks Alkitab atau pokok pembicaraan. Pada bagian ini, saya biasanya melompat antara teks Alkitab dan kehidupan orang-orang saat ini, mencoba mengidentifikasi isu-isu kehidupan utama yang muncul dari teks, menunjukkan kejutan, menyoroti ketegangan, dan menelusuri poin utama dari khotbah saya. Pada bagian pengajaran ini kita menjawab pertanyaan: Apa yang perlu mereka ketahui?
Dapatkan tafsiran Alkitab yang menyelami konteks sejarah dan budaya dari detail-detail "latar belakang" yang sering kali sangat dihargai oleh para pendengar dan dapat memberikan sudut pandang yang baru terhadap ayat-ayat yang sudah dikenal.
Aplikasi (5-10 menit)
Sebenarnya, bagian aplikasi tidak dimulai di sini. Jika Anda telah melakukan pendahuluan dengan baik, Anda telah menunjukkan kepada orang-orang mengapa hal ini penting dan bagaimana hal ini dapat membuat hidup mereka lebih baik atau berbeda.
Namun, di sinilah saya menelusuri lebih dalam. Di sinilah Anda menjadi lebih spesifik dan terperinci, dan mungkin menceritakan lebih banyak cerita. Fokuslah untuk mengingat poin-poin aplikasi utama dan cerita Anda. Bagian aplikasi menjawab pertanyaan: Apa yang perlu mereka lakukan?
Kesimpulan (5 menit)
Akhirnya, Anda harus mendaratkan pesawat ini. Sering kali, bahkan terlalu sering, sang komunikator mengalami kecelakaan. Saya pernah melakukannya, dan biasanya karena kita tidak berpikir jernih tentang cara menyelesaikannya.
Saya mencoba untuk menyelesaikannya dengan mengulangi poin utama dan menunjukkan kepada orang-orang apa yang terjadi ketika mereka menerapkannya dalam kehidupan mereka. Saya membantu orang membayangkan masa depan yang berbeda dan lebih baik ketika mereka mempraktikkan apa yang telah mereka dengar. Kesimpulan menjawab pertanyaan: Mengapa mereka perlu melakukannya?
8. Memahami Khotbah Anda
Ya, Anda membacanya dengan benar: Saya ingin Anda memahami khotbah Anda. Ketika Anda mempelajari khotbah Anda, nasihat terbaik yang dapat saya berikan adalah ini: Jangan menghafal khotbah Anda. Pahamilah.
Membebaskan diri Anda dari penggunaan catatan akan membuat Anda menjadi pembicara dan komunikator yang jauh lebih percaya diri. Dan, karena Anda tidak akan terus-menerus menatap selembar kertas atau iPad di atas mimbar, Anda akan dapat melakukan kontak mata dan berinteraksi dengan audiens dengan cara yang jauh lebih alami dan autentik.
Jika Anda mengikuti format yang saya bagikan di atas, khotbah Anda akan mengikuti perkembangan logis yang alami, dan akan membuatnya mudah untuk disampaikan tanpa catatan.
Sekarang, saya tahu kedengarannya sulit. Tapi sebenarnya tidak. Jika Anda bisa mengingatnya:
- Bagaimana Anda memperkenalkan topik?
- Apa yang Anda ajarkan?
- Bagaimana Anda menerapkannya?
- Bagaimana Anda mengemasnya?
Itu saja. Anda telah mempelajari khotbah Anda sendiri. Bingo!
9. Mengujinya dengan Tim
Anda harus memiliki tim inti (3-4 orang) untuk menguji khotbah Anda pada hari-hari sebelum Anda menyampaikannya. Pastikan Anda mempercayai orang-orang ini untuk memberikan umpan balik yang jujur, dan mereka harus mewakili berbagai macam pendengar Anda (jadi tidak semua dari mereka harus merupakan lulusan seminari). Hal ini adalah cara yang bagus untuk mengetahui apakah ide-ide Anda beresonansi atau tidak, dan apakah inti khotbah Anda sudah tepat.
Saya juga biasanya membaca khotbah saya beberapa kali pada Sabtu malam sebelum tidur. Dan kemudian saya akan bangun pagi-pagi pada hari Minggu dan membacanya lagi beberapa kali.
Sebelum saya selesai, saya mencoba untuk 100% memahami poin-poin penting dalam setiap bagian besar pembicaraan (lihat di atas).
10. Sampaikan Khotbah Anda
Berdirilah di mimbar dan sampaikan khotbah Anda dari hati. Jika di tengah-tengah penyampaian itu Anda lupa satu poin, lanjutkan. Tidak ada yang tahu bahwa Anda membuat kesalahan itu, jadi lanjutkan saja. Mereka akan berterima kasih karena waktu Anda lebih singkat dua menit.
Dan, jika Anda gugup beberapa detik sebelum menyampaikan khotbah, jawab saja empat pertanyaan berikut dalam perjalanan Anda menaiki tangga menuju mimbar:
- Apa yang perlu mereka ketahui?
- Mengapa mereka perlu mengetahuinya?
- Apa yang perlu mereka lakukan?
- Mengapa mereka perlu melakukannya?
Kemudian, mulailah berbicara. Saya jamin ini akan menjadi khotbah yang hebat. (t/Jing-jing)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Carey Nieuwhof
Alamat situs: https://careynieuwhof.com/how-to-write-a-sermon/
Judul asli artikel: The Ultimate Guide to Writing a Great Sermon
Penulis artikel: Carey Nieuwhof
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA