Berhala-berhala di Hati

Sudah banyak contoh, orang yang memberhalakan sesuatu di hatinya. Segala kesenangan, nafsu keserakahan, materialistik, kejahatan atau semua hal yang bisa memotivasi seseorang, mengendalikan kecenderungan seseorang dan memberikan tujuan seseorang di dalam hidupnya. Sudah pasti semua itu bisa digolongkan dengan pemberhalaan, dimana Allah, sudah bukan yang nomor satu di hidupnya.

Berbicara soal motivasi, kecenderungan dan tujuan hidup yang sudah dicemari dengan dasar lain dan bukan Allah, merupakan hal yang penting. Tetapi ada satu hal yang tidak kalah bahayanya tetapi sering tidak terdeteksi, yaitu perfeksionisme.

Standart perfek atau sempurna, tidak harus tinggi. Tetapi jika kita sudah merasa ada yang kurang di hidup kita, meskipun keinginan kita nampaknya tidak muluk-muluk, virus perfek sepertinya sudah ada. Ada seseorang yang hidupnya pas-pasan, memaksakan diri untuk membelikan tv anaknya yang sekolah di luar kota dengan berhutang. Alasan utama pembelian tv itu adalah sangat sederhana dan bisa dimaklumi. Dia ingin anaknya tidak kesepian tinggal di kota yang jauh dari keluarga. Tetapi dia melupakan satu hal, yaitu berhutang.

Masalah ini sepertinya sangat sepele, tetapi akan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semua masalah yang datang, diatasi dengan pengertian sendiri. Adakah Allah yang bertahta disana?

Siapa orang tua yang tidak khawatir dan bersedih jika anaknya sakit? Atau orang yang dicintainya menderita? Semua orang pasti akan sedih dan tidak rela jika orang yang dicintainya menderita. Keinginan kita pasti melihat orang-orang yang kita cintai tersebut sehat dan sejahtera. Tetapi kita lupa satu hal, dimana Tuhan, pencipta manusia, tentu juga bersedih jika manusia ciptaanNya menderita.

Kita jarang atau mungkin kelupaan untuk melibatkan Tuhan pada hal-hal kecil ataupun situasi kecil yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita cenderung memikirkan hal-hal itu sendiri, mengatasinya sendiri dan akhirnya stress sendiri. Satu bintik kecil di badan, memang tidak akan berpengaruh pada penampilan. Tetapi bayangkan jika bintik-bintik itu banyak seperti chickenpox, pasti akan sangat mengganggu pemandangan. Demikian juga dengan keinginan-keinginan kecil yang kita pelihara.

Di dalam bekerja, seseorang cenderung menyukai pekerjaan yang berkedudukan, pekerjaan yang menjanjikan, dan hidup yang cukup. Kita sudah tahu bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Mengharapkan pekerjaan yang langgeng sama saja dengan menginginkan kekekalan di dunia, di pekerjaan, yang semuanya itu tidak mungkin. Demikian juga menginginkan anak sehat sama saja dengan menginginkan kesempurnaan. Dokter saja tahu kalau di dalam usia anak-anak, pasti akan mudah jatuh sakit. Mengapa kita bingung kalau anak sakit? Bukankah keinginan yang nampaknya kecil ini, yaitu melihat anak sehat adalah suatu keinginan yang berlebihan? Bukankah ini sama dengan menginginkan kesempurnaan?

Berhala di hati, tidak hanya berlaku pada hal-hal yang besar tetapi juga pada hal-hal kecil. Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Amsal 3:5

Jikalau kita percaya kepada Tuhan, tentulah kita juga percaya pada ke-Maha-anNya, kedaulatanNya dalam kehidupan di dunia ini bahkan pada kehidupan setiap manusia. Apakah arti firman yang menyatakan bahwa manusia berharga di mataNya? Allah menyelidiki segala keinginan dan kesusahan kita tanpa kita meminta kepadaNya. Yang kita butuhkan adalah percaya.

Jika kita mengharapkan dilepaskan dari segala kesulitan hidup. Berarti kita sudah tidak membutuhkan Allah di dalam kehidupan kita. Toh hidup kita sudah sempurna tanpa Dia.
Semoga tidak demikian.

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Roma 8:26