Cara Mempraktikkan Disiplin Rohani Menulis Jurnal

Siapa pun, dari berbagai latar belakang dan pandangan hidup, dapat menuliskan aktivitas serta refleksi hariannya. Namun, bagi orang Kristen, disiplin rohani menulis jurnal memiliki makna yang jauh lebih dalam.

Apakah Allah peduli terhadap setiap detail hidup saya? Jika Dia memang peduli, mengapa hal itu tidak selalu tampak nyata bagi saya?

Eudora Welty pernah menulis, "Peristiwa dalam hidup kita terjadi dalam urutan waktu, tetapi dalam signifikansinya bagi diri kita sendiri, peristiwa itu menemukan urutannya sendiri -- suatu jadwal yang tidak harus, bahkan mungkin mustahil, bersifat kronologis. Waktu yang kita rasakan secara subjektif sering kali menjadi kronologi yang diikuti oleh kisah dan novel: benang merah yang terus-menerus dari wahyu."[i]

Bagi orang Kristen, salah satu cara praktis untuk mengenali benang merah karya Tuhan dalam tenunan kehidupan mereka adalah melalui disiplin rohani menulis jurnal.

Apa Itu Disiplin Rohani Menulis Jurnal?

Siapa pun, dari berbagai latar belakang dan pandangan hidup, dapat menuliskan aktivitas serta refleksi hariannya. Namun, bagi orang Kristen, disiplin rohani menulis jurnal memiliki makna yang lebih dalam.

Donald Whitney menjelaskan, "Sebagai seorang Kristen, jurnal Anda adalah tempat untuk mencatat karya dan cara Allah dalam hidup Anda. Jurnal Anda juga dapat berisi catatan tentang peristiwa harian, relasi pribadi, wawasan dari firman Tuhan, serta daftar permohonan doa. Di sinilah pikiran devosional spontan maupun renungan teologis yang panjang dapat disimpan."[ii]

Di dalam halaman sebuah jurnal, murid-murid Yesus Kristus berjuang untuk hidup di dunia ini, tetapi tidak menjadi bagian darinya.[iii] Mereka bertumbuh dalam iman saat belajar menavigasi hubungan mereka dengan Pencipta, dengan sesama, dan dengan diri sendiri.

Kitab Suci Kristen Memantulkan Disiplin Rohani Menulis Jurnal

Di dalam halaman-halaman Alkitab, Allah menyertakan bagian-bagian seperti "jurnal" yang ditulis oleh umat-Nya sepanjang sejarah. Dalam mazmur-mazmur yang ditulis Daud, dia memuji kemuliaan Yahweh yang kudus dan penuh kasih, mengakui dosa-dosanya yang besar, serta meratap dari kedalaman jiwanya ketika merasa Allah telah melupakannya.[iv] Pengkhotbah menuliskan catatan hidupnya yang menggambarkan perjalanan batin dan intelektualnya dalam mencari makna kehidupan. Kitab-kitab Injil berisi kesaksian langsung tentang perjalanan Yesus -- baik percakapan pribadi maupun pelayanan-Nya di depan umum.

Yeremia juga menulis "pengakuannya."[v] Nabi yang dikenal dengan sebutan nabi yang menangis itu membuka isi hatinya kepada Barukh, juru tulisnya, yang mencatat seluruh perjalanan rohani sang nabi itu.[vi] Dia menceritakan penganiayaan kejam yang dialaminya, kesepiannya yang mendalam, depresinya, serta pengkhianatan dari keluarga dan teman-temannya.

Nabi Perjanjian Lama ini tidak selalu memahami tindakan maupun ketidakhadiran tindakan Allah di dunia, sehingga dia berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit kepada Pribadi yang memanggilnya untuk menjalankan misi kenabian pada zaman yang jahat: Apa yang Engkau lakukan, Tuhan? Mengapa? Berapa lama lagi, ya Allah? Dalam kesengsaraan dan kebingungannya, Yeremia meneguhkan kembali apa yang dia tahu sebagai kebenaran tentang Tuhan -- bahwa Allahnya adil dan penuh belas kasihan. Melalui ayat-ayat ini, "terlihat bahwa sang nabi adalah manusia seperti kita, tetapi dengan berani mengejar cahaya yang dia lihat."[vii]

Saran untuk Melatih Disiplin Rohani Menulis Jurnal

Pendekatan dan teknik dalam praktik rohani ini dapat berbeda-beda, tergantung pada kepribadian masing-masing orang. Cobalah berbagai cara dan temukan metode yang paling sesuai dengan ritme harian atau mingguan Anda.
- Gunakan alat tulis yang membuat Anda nyaman -- baik buku catatan spiral, jurnal kosong yang dijual di toko, kertas lepas dalam binder tiga ring, maupun laptop.
- Tulis tanggal pada setiap entri agar perjalanan rohani Anda dapat ditelusuri kembali.
- Cantumkan lokasi tempat Anda menulis: mungkin di ayunan teras depan, di kursi nyaman di sudut tenang, di bangku taman, di meja kafe favorit, atau di meja kerja sebelum memulai hari.
- Jangan terlalu memusingkan ejaan atau tata bahasa. Jurnal ini bukan untuk dinilai siapa pun; ini adalah ruang pribadi Anda bersama Allah. Jadilah jujur dan terbuka.
- Awali setiap sesi dengan doa, sadarilah dan akuilah kehadiran Tuhan.
- Renungkan perjalanan hari Anda: apa yang Anda lihat, dengar, dan rasakan. Tulis puisi atau kutipan yang menyentuh hati. Catat keyakinan yang Anda dapatkan dari firman Tuhan dan bagaimana Anda akan menerapkannya dalam kehidupan. Tuliskan harapan, pergumulan, serta pertanyaan Anda. Catat pula tujuan yang ingin Anda capai, lalu bawa semuanya dalam doa bersama Tuhan.
- Letakkan jurnal Anda di tempat yang mudah terlihat -- misalnya di meja doa pribadi, di meja kerja, atau di sudut tenang favorit Anda -- agar Anda selalu teringat untuk berlatih disiplin ini.
- Bila Anda merasa buntu dan tidak tahu harus menulis apa, mulailah dengan satu kalimat sederhana. Sesuaikan dengan kepribadian Anda; mungkin Anda lebih suka membuat sketsa atau menulis daftar singkat.
- Sesekali, bacalah kembali entri-entri lama Anda untuk melihat bagaimana Allah telah membimbing dan membentuk Anda dari waktu ke waktu.

Mempraktikkan Disiplin Rohani Menulis Jurnal Mematangkan Perjalanan Seorang Kristen sebagai Murid Yesus Kristus

Menulis jurnal menolong Anda memusatkan pikiran. Ketika Anda menuliskan hal-hal yang memenuhi benak, pikiran Anda menjadi lebih bebas untuk fokus pada hal yang benar-benar penting. Praktik ini mengubah "badai pikiran" di kepala menjadi kata-kata di atas kertas. Hasilnya, pikiran menjadi lebih jernih saat Anda merenungkan hal-hal yang bernilai kekal dan berusaha memandang pengalaman hidup dari sudut pandang Tuhan.

Menulis jurnal membantu orang Kristen menginternalisasi firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kebiasaan ini, Roh Kudus bekerja dengan lembut untuk berbicara di hati Anda saat Anda merenungkan ayat firman Tuhan dan menuliskan doa sebagai tanggapan pribadi.

Menulis jurnal menjadi kesaksian hidup tentang kesetiaan Tuhan. Dengan menuliskan pengalaman dan doa, Anda akan semakin menyadari kehadiran serta campur tangan Tuhan dalam kehidupan Anda. Dari situ, hati terdorong untuk bersyukur kepada Bapa di surga atas jawaban doa, karunia-karunia khusus, dan kebaikan-Nya yang nyata setiap hari.

Donald Whitney meneguhkan hal ini: "Dengan memperlambat kita dan menolong kita berpikir lebih dalam tentang Allah, menulis jurnal membantu kita merasakan hadirat-Nya dengan lebih dalam -- dan secara alkitabiah. Kebiasaan ini memberi ruang bagi hal-hal yang abstrak dan kompleks di pikiran maupun hati untuk menjadi jelas dan terdefinisi. Dengan demikian, kita dapat berbicara dengan Allah, baik melalui pikiran maupun roh."[viii]

Ketika orang Kristen menulis jurnal untuk memproses persepsi mereka tentang perjalanan hidup, mereka memberi ruang bagi Roh Allah untuk memperbarui cara pandang mereka. Melalui proses itu, fokus mereka bergeser dari emosi dan keinginan pribadi kepada keandalan Allah serta sifat-sifat-Nya yang sejati. Bapa di surga menyingkapkan benang merah kesetiaan-Nya -- cara kerja-Nya yang saling terjalin di sepanjang jam, hari, dan tahun kehidupan mereka -- selama mereka menapaki waktu yang fana ini menuju pengharapan kekal di masa depan.

Catatan kaki:
[i] Welty, Eudora. "One Writer’s Beginnings", hlm. 75.
[ii] Whitney, Donald. "Spiritual Disciplines For the Christian Life", hlm. 205-206.
[iii] Lih. Yohanes 17:14-16; 1 Korintus 5:9-10; Roma 12:1-2.
[iv] Lih. Mazmur 145, Mazmur 51, dan Mazmur 42, di antara yang lain.
[v] Lih. Yeremia 11:18-12:6; 15:10-21; 17:12-18; 18:18-23; 20:7-18. Para ahli Alkitab memiliki perbedaan dalam penunjukan ayat-ayat spesifik.
[vi] Francisco, Clyde T.. "Studies in Jeremiah", hlm. 65.
[vii] Ibid.
[viii] Whitney, hlm. 210-11.

(t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Evergreen Christian School
Alamat situs : https://www.evergreenchristianschool.org/blog/1622135/how-to-practice-the-spiritual-discipline-of-journaling-part-1
Judul asli artikel : How to Practice the Spiritual Discipline of Journaling, Part 1
Penulis artikel : Trina Dofflemyer