Sukses Menurut Perspektif Alkitab

Di era ini, kata "sukses" sudah menjadi kata yang begitu populer dan membumi bagi kebanyakan orang. Semua mimpi, cita-cita, dan keinginan manusia tertuju pada kata ini dan bahkan tujuan hidup manusia mengkristal pada kata ini. Ada tiga indikasi yang menunjukkan betapa populer dan membuminya kata "sukses" ini. Pertama, sejak berakhirnya perang dunia ke dua (1939 -- 1945), yang banyak memakan korban jiwa dan mengakibatkan kehancuran ekonomi, baik di Asia maupun di sebagian besar negara-negara Eropa. Di balik kehancuran ini, manusia didorong oleh keinginan kuat untuk hidup meraih sukses dalam semua bidang, khususnya sukses secara materi. Tercatat ada banyak negara di Eropa, termasuk Amerika yang mengalami kemakmuran hidup dan berkelimpahan dalam materi.

Kedua, bangkitnya para motivator yang memberikan motivasi untuk meraih sukses dalam hidup, baik di luar negeri maupun di Indonesia, seperti Napoleon Hill (1883 -- 1970) dijuluki sebagai bapak motivator dunia, Dale Carnegie, Zig Ziglar, Anthony Robbins, dan di Indonesia ada Mario Teguh, Andri Wongso, Bong Candra, dan masih banyak lagi, yang kesemuanya memotivasi orang untuk meraih sukses secara materi. Ketiga, lahirnya teologi sukses di dalam kekristenan yang dipelopori para teolog seperti Norman Vincent Peale, Robert Schuller, Oral Robert, Kenneth Hagin, Morris Cerullo, Paul Yonggi Cho, dan lain-lain. Teologi ini menekankan satu hal bahwa orang Kristen harus sukses secara materi dan psikologis: kaya, sehat, dan sejahtera.

Ketiga indikator ini sudah menjadi spirit di era ini, bahkan semua orang berlomba-lomba meraih sukses di semua bidang. Umumnya, ukuran sukses adalah banyak harta dan kaya raya, punya kedudukan, terkenal, dan hidup sejahtera. Adapun cara-cara untuk meraih sukses seperti: ada yang diraih dengan susah payah, ada yang dengan cara cepat, mudah dan ada yang melalui jalan pintas. Lalu, bagaimanakah pandangan kekristenan tentang sukses itu sendiri dan apa ukurannya serta bagaimana caranya? Berikut penjelasannya.

Alkitab dan Sukses

Dalam Alkitab, tidak terdapat kata "sukses" secara literal, namun sinonimnya adalah kata berkat dan berhasil. Pertama, kata berkat dipakai sebanyak 76 kali dalam Perjanjian Lama (PL) dan berasal dari kata "berakha" (Ibrani) yang berarti berkat atau kemakmuran. Karena itu, kata "berakha" (Indonesia: berkat) memiliki arti karunia benda atau berkat secara materi. Namun, secara konseptual (PL), kata berkat yang terkait dengan materi, tidaklah terlepas dari hubungan antara manusia dan Allah. Allah sumber berkat dan manusia penerima berkat. Dalam seluruh Perjanjian Lama, orang yang diberkati oleh Tuhan adalah orang yang hidupnya berpusat pada Tuhan. Maka, berkat yang sesungguhnya adalah hubungan manusia dengan Tuhan itu sendiri. Sebaliknya, berkat materi adalah akibat atau dampak dari hubungan manusia dengan Tuhan. Ada beberapa contoh: Abraham. Karena hubungannya dengan Tuhan, Tuhan membuat Abraham sukses (diberkati dan berhasil), baik secara iman maupun secara materi. Lalu Yusuf, seluruh hidupnya; duka dan deritanya, sampai sukses di Mesir, Yusuf hanya berkata, "Semua dari Tuhan." Kemudian, Musa, 40 tahun pertama hidupnya sukses karena kondisi di istana raja, 40 tahun kedua hidupnya, ia menjadi peternak yang sukses secara materi (bergumul dengan Tuhan), dan 40 tahun ketiga dalam hidupnya, ia sukses bersama umat Israel yang kembali ke Kanaan karena Tuhan. Musalah yang menegaskan bahwa jika umat Israel dekat dengan Tuhan dan menjalankan firman-Nya, mereka akan diberkati, jika umat Israel jauh dari Tuhan dan tidak menjalankan firman-Nya, mereka akan kena kutuk (Ulangan 28). Secara keseluruhan dalam Perjanjian Lama, sukses atau berkat bukan tujuan, melainkan dampak dari tujuan. Tujuannya adalah hidup dekat dengan Tuhan dan firman-Nya, maka berkat akan mengikuti orang tersebut.

Selanjutnya, dalam Perjanjian Baru, kata berkat disebut sebanyak 17 kali. Kata berkat berasal dari kata "eulogeo", yaitu memuji atau merayakan dengan puji-pujian. Maknanya terkait erat dengan kata-kata pujian yang diucapkan kepada Tuhan karena sudah menerima berkat dari-Nya. Ibrani 6:7 menegaskan bahwa berkat berasal dari Allah. Konsep berkat dalam Perjanjian Baru adalah sumber dari Allah melalui Yesus, bisa berupa karunia keselamatan, karunia-karunia rohani, dan berkat dalam bentuk materi.

Kedua, kata berhasil dipakai sebanyak 56 kali dalam Perjanjian Lama. Kata ini diambil dari kata "tsalach" yang artinya berhasil dan beruntung. Konsep berhasil dalam Perjanjian Lama selalu dikaitkan dengan Tuhan yang membuat seseorang berhasil dalam segala jalannya. Mazmur 1:3, mengatakan bahwa orang yang kesukaannya dan yang merenungkan Taurat Tuhan ..., apa saja yang diperbuatnya berhasil. Selanjutnya, dalam Perjanjian Baru, kata berhasil muncul sebanyak 6 kali. Kata ini diambil dari kata "opheleo" yang artinya berguna, beruntung, atau berhasil. Dalam Perjanjian Baru, berhasil selalu dikaitkan dengan berhasil dalam pengenalan akan Tuhan yang baik dan benar (1 Petrus 1:8).

Jadi, sukses dari perspektif Alkitab adalah Tuhanlah sumber kesuksesan dan pemberi kesuksesan sehingga tujuan utama kesuksesan adalah adanya relasi yang baik dengan Tuhan. Ukurannya adalah memiliki pengenalan akan Tuhan, mengalami keselamatan melalui Yesus, dan menikmati kebahagiaan serta sukacita hidup dalam Tuhan. Cara untuk sukses, yaitu mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka dampaknya adalah sukses secara kerohanian, yang bisa dibarengi sukses secara materi karena Tuhan sanggup memberi berkat.

Refleksi: Kekristenan dan Sukses

Bertolak dari perspektif Alkitab tentang sukses, maka sikap kita sebagai orang Kristen terkait sukses adalah, pertama, menyadari bahwa sumber pemberi sukses, berkat, dan keberhasilan adalah Tuhan. Caranya dengan menjalin dan mendekatkan hubungan pribadi dengan-Nya; mengasihi Tuhan dan mencintai firman-Nya, beribadah dengan takut dan gentar pada Tuhan. Kedua, menyadari dengan sungguh bahwa sukses dan berhasil secara materi merupakan dampak dari hubungan kita dengan Tuhan, bukan tujuan kita mengikut Tuhan. Ketiga, sukses tidak semata-mata berbicara tentang materi, kekayaan, dan ketenaran, tetapi juga yang paling hakiki adalah sukses dan berhasil dalam kerohanian; memperoleh keselamatan, memiliki karunia-karunia rohani, dan menjadi dewasa dalam Tuhan. Keempat, rahasia sukses dari tokoh-tokoh Alkitab adalah takut akan Tuhan dan kerja keras. Ada motto "ora et labora" berdoa dan bekerja. Ini harus menjadi motto orang Kristen. Orang Kristen tidak boleh malas dan tidak mau bekerja. Kalau mau sukses, harus berdoa dan bekerja. Kelima, sebagai seorang Kristen, kita tidak perlu mempertanyakan mengapa banyak orang di luar sana yang tidak takut akan Tuhan adalah orang-orang kaya, sukses, dan berhasil? Mengapa saya tidak, di manakah keadilan Tuhan? Pertanyaan ini sudah dipertanyakan oleh pemazmur (Mazmur 73), tetapi Tuhan menjawab, mereka akan tergelincir, mereka terperangkap oleh harta dan mereka akan binasa! Harusnya, kita perlu berkata, "Tuhan, walaupun aku sulit dan tidak sukses secara materi, tetapi ada Tuhan dalam hidupku itu sudah cukup." Keenam, kalau orang Kristen sukses secara materi, merupakan tanggung jawab mereka untuk mengembalikan segala hormat dan kemuliaan kepada Tuhan melalui kesuksesannya. Dan ingat, "siapa yang diberi banyak juga harus banyak memberi". Ketujuh, untuk sukses butuh proses; jalan panjang, butuh pengorbanan, butuh penderitaan, butuh kerja keras, dan tentu di atas semuanya, kita butuh Tuhan di setiap proses tersebut. Ingat, tujuan hidup bukan sukses, berhasil, dan diberkati, tetapi tujuan hidup adalah Tuhan. Sukses hanya dampak dari kita mengutamakan Tuhan dalam hidup. Kita datang ke gereja bukan cari berkat, tetapi mencari Tuhan, berkat adalah dampak. Sukses dalam pelayanan adalah dampak kesetiaan para hamba Tuhan kepada Tuhan. Soli Deo Gloria.

Diambil dan disunting dari:

Nama situs : STT Bandung
Alamat URL : http://www.sttb.ac.id
Judul asli artikel : Sukses: Perspektif Alkitab
Penulis : Dr. Ramly B. Lumintang, M.Th.
Tanggal akses : 16 Oktober 2013

Kategori