Sulitnya Praktek

Ada temen yang mengeluh, betapa sulitnya mempraktekkan kebenaran Firman. Sangat mudah untuk membaca dan mengerti maknanya, tetapi di saat menemui masalah, sangat sulit untuk mempraktekkannya. Mengapa demikian?

Seorang ibu, akan mengerti obat apa yang pas buat anaknya. Bila si anak sakit panas, batuk atau pilek, si ibu akan memberikan obat yang 'cocok' dengan dosis yang pas, dan hasilnya tidak usah diragukan. Sesuai dengan perkiraan, tepat, dan sembuh.

Apa kunci kesembuhan itu? Apakah karena kemahiran ibunya mengenal obat-obatan?

Kunci itu ada pada 'kepercayaan' si anak kepada ibunya. Si anak percaya bahwa apa saja yang diberikan ibunya akan bermanfaat bagi kebaikannya. Demikian juga jikalau dia sakit, dia percaya, kalau obat yang diberikan ibunya pasti akan meringankan sakitnya malahan bisa segera menyembuhkannya. Coba kalau yang memberikan obat itu temannya, atau ibu temannya. Dia belum tentu mau memakannya, karena dia ragu-ragu, iya kalau sembuh, dia tidak percaya.

Ini adalah gambaran kasar, yang bisa untuk menjelaskan, mengapa sulit untuk praktek ajaran firman. Kita tidak sadar, bahwa seringkali kita ragu-ragu untuk bertindak sesuai kebenaran, karena kita khawatir kebenaran itu tidak bisa menyelesaikan masalah kita. Dalam artian sebenarnya, kita sedang tidak percaya saja.

Kalau kita bisa mengerti dan percaya di saat kita membaca firman, mengapa sulit untuk mempraktekkan di dunia nyata? Ya karena kita kurang percaya saja. Sepertinya firman itu terpisah, ada di dunia lain, yang tidak cocok jika dibawa ke dunia nyata. Di kehidupan yang sangat banyak dengan masalah. Benarkah demikian?

Apa arti Firman sudah menjadi daging? Firman sudah menjadi Manusia?
Ya berarti Firman Allah, yang asalnya dari Allah, dimana Allah yang Maha Kudus, dan FirmanNya juga Maha Kudus, bisa masuk ke dalam dunia yang penuh dengan masalah, dunia yang penuh dengan dosa. Dan ternyata itu bisa.
Faktanya, Yesus yang adalah Firman Allah sudah menjadi Manusia, tinggal bersama manusia, di dunia dan bisa, tanpa ikut berdosa dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikanNya.

Kecenderungan kita tidak bisa praktek, ya karena kita kurang percaya saja. Kita khawatir kebenaran itu tidak bisa diterima oleh pihak lain, kita takut pada akhirnya tidak bisa menyelesaikan masalah. Kalau obat itu ditawarkan oleh teman kita, atau ibu teman kita, tentu kita boleh untuk menyangsikan ketepatannya. Tetapi kalau Allah sendiri yang menawarkan obatnya, akankah kita menyangsikan-Nya? Sedang di mulut kita mengaku percaya padaNya...