Agustus 23, 2009
Seorang pemuda, ingin sekolah Theologia.
Masalahnya, dia tidak mempunyai dana untuk itu. Setelah berusaha baik dalam doa, sharing pergumulan di gereja dsb, titik terang pun tiba. Ada Badan Gereja yang memang mempunyai program untuk membiayai murid yang tidak mampu. Khususnya untuk sekolah Theologi. Si pemuda pun diminta untuk menghadap dengan membawa semua persyaratan yang dibutuhkan.
Setelah melewati beberapa proses penyaringan, Badan Gereja memutuskan untuk mengabulkan permohonan pemuda tadi. Mereka memberikan dana sebesar 300jt untuk biaya pendidikannya. Bukan main bersyukur hati si pemuda ini. Dia tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan atas jawaban doa dan kerinduannya untuk melayani.
Ada satu komitmen yang harus dipenuhi oleh pemuda itu, dimana dia harus menjalani pendidikannya dengan sungguh-sungguh, dan tidak boleh berhenti di tengah jalan atau mundur. Setelah lulus, dia harus bersedia ditempatkan di manapun juga untuk pelayanan. Bagaimana jika tidak bisa memenuhi komitmen itu? tanya si pemuda.
Mudah saja, dia harus mengembalikan uang 300jt tadi kepada Badan Gereja.
Bermula dari tekad yang membara, pemuda inipun jadi bingung dengan keputusannya.
Keinginan yang luar biasa bagusnya menjadi buyar hanya karena dihadapkan dengan satu komitmen mengikut Yesus selamanya atau mengembalikan dana. Lalu tekad dan keinginan pelayanan apakah itu? Mengapa mudah sekali patah?
Manusia cenderung menginginkan sesuatu hal tanpa berpikir panjang. Adalah hal yang sangat aneh jika seseorang yang ingin sekolah Theologia, tetapi tidak mempunyai komitmen untuk pelayanan seutuhnya. Apakah yang diinginkannya dalam sekolah Theologi itu? Terlepas dari kebingungan pemuda itu untuk menjadi pendeta, ada satu hal yang boleh diperhatikan dan sangat berbahaya. Dimana motivasi yang timbul, yang kelihatannya dan nampaknya mulia, ternyata tidaklah benar-benar mulia. Kita harus menyelidiki betul-betul, karena tidak semua keinginan yang baik atau motivasi yang mulia, yang kelihatannya sungguh baik, akan bertahan sampai akhirnya.
Hal ini berlaku juga untuk keselamatan.
Allah menawarkan keselamatan secara cuma-cuma. Kita dengan gembira menerimanya. Penuh rasa syukur, sangat berterimakasih, sangat heran dan tidak ada kata-kata yang bisa diungapkan untuk semua itu. Tetapi akankah semua perasaan itu bertahan sampai akhir? Bagaimana kalau Allah memberikan harga dan satu syarat kepada keselamatan tersebut.
Jika kita jatuh ke dalam dosa sekali saja, kita harus mengembalikan keselamata itu kepada Allah. Masih bersediakah kita menerimanya?
Jangan Undur.
Yoh. 6:65, 66
Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Yoh. 6:37
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
2Kor. 13:5
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!
Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu?
Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
sumber: cuplikan khotbah Susanto Yap