Nama-Nama Allah

Banyaknya nama Allah dalam Kitab Suci memberikan penyataan tambahan tentang sifat-Nya. Ini bukan sekadar nama yang diberikan oleh orang, tetapi pada kebanyakan, merupakan penggambaran Allah tentang diri-Nya sendiri. Nama-nama itu menyatakan aspek-aspek sifat-Nya.

Bahkan sekalipun tidak ada nama tertentu yang dipakai, peristiwa di mana ungkapan "nama Tuhan" digunakan membukakan sesuatu tentang sifat-Nya. Misalnya: Menyeru nama Tuhan adalah menyembah Dia (Kej. 21:33). Menyebut nama-Nya dengan sia-sia adalah tidak menghormati Dia (Kel. 20:7). Tidak mengikuti tuntutan hukum berarti mencemarkan nama-Nya (Im. 22:2, 32). Imam-imam menyelenggarakan upacara dalam nama Tuhan (Ul. 21:5). Nama-Nya menjanjikan kesinambungan bangsa itu (1 Sam. 12:22).

1. Elohim

A. Penggunaan

Istilah "elohim" dalam pengertian umum ke-Allah-an terdapat sekitar 2.570 kali dalam Perjanjian Lama. Kira-kira 2.310 kali istilah ini digunakan bagi Allah yang benar. Pertama kali disebut dalam ayat pertama Alkitab. Kata ini juga dipakai untuk menunjukkan kepada keallahan palsu dalam Kej. 35:2, 4; Kel. 12:12; 18:11; 23:24.

B. Arti

Arti kata elohim tergantung dari asal katanya. Beberapa orang mengerti bahwa kata ini datang dari sebuah akar kata yang mempunyai arti takut, dan menunjukkan bahwa keallahan harus ditakuti, dihormati, atau disembah. Orang-orang lain menelusurinya sampai pada akar kata yang berarti kuat, menunjukkan satu keallahan yang kekuatannya besar. Meskipun tidak meyakinkan, bukti agaknya menunjukkan kepada arti kedua, dalam kasus Allah yang benar itu, bahwa Dia adalah Yang Kuat, Pemimpin yang perkasa, Keallahan yang tertinggi.

C. Bentuk Jamak

Elohim, sebuah bentuk jamak, adalah khas Perjanjian Lama dan tidak muncul dalam bahasa Semitik yang lain. Secara umum ada tiga pandangan mengenai arti bentuk jamak ini.

  1. Kata ini adalah bentuk jamak yang bersifat politeistik; yaitu, aslinya kata ini memiliki pengertian suatu Allah yang jamak dan hanya belakangan memperoleh arti tunggal. Namun, monoteisme Perjanjian Lama adalah dinyatakan/diwahyukan, dan bukan dikembangkan dari politeisme.
  2. Kata ini berbentuk jamak yang trinitarian; yaitu, Allah Esa yang berpribadi tiga tampak, atau paling sedikit diisyaratkan, dalam penggunaan bentuk jamak ini. Bagaimanapun juga, seperti yang akan kita lihat pada pasal berikut, untuk menyimpulkan ini mengharuskan pembacaan wahyu Perjanjian Baru kembali ke dalam Perjanjian Lama. Kejamakan ini mungkin memberi tempat bagi wahyu berikutnya tentang Trinitas. Namun, berbeda sekali bila dikatakan bahwa bentuk jamak tersebut menunjukkan Trinitas
  3. Kata ini adalah bentuk jamak yang penuh keagungan. Kenyataan bahwa kata benda elohim ini secara konsisten dipakai dengan bentuk-bentuk kata kerja tunggal dan dengan kata sifat dan kata ganti dalam bentuk tunggal meneguhkan hal ini. Bentuk jamak yang agung ini menunjukkan kebesaran dan supremasi Allah yang tidak terbatas.

D. Hubungan Nama Ini

Jika nama Allah ini berarti Yang Kuat dan muncul dalam sebuah bentuk jamak yang agung, orang akan berharap bahwa nama ini dipakai dalam kaitan dengan kebesaran dan tindakan-tindakan besar dari Allah.

  1. Dalam hubungan dengan kedaulatan-Nya. Elohim dipakai untuk menggambarkan Dia sebagai "Allah seluruh bumi" (Yes. 54:5), "Allah segala makhluk" (Yer. 32:27), "Allah semesta langit" (Neh. 2:4), dan "Allah segala allah dan Tuhan segala tuan" (Ul. 10:17).
  2. Dalam hubungan dengan karya Penciptaan-Nya. Ia adalah Elohim yang menjadikan segala sesuatu (Kej. 1:1; Yes. 45:18; Yun. 1:9).
  3. Dalam hubungan dengan penghakiman-Nya. (Mzm. 50:6; 58:12).
  4. Dalam hubungan dengan karya-Nya yang besar bagi umat Israel (Ul. 5:23; 8:15; Mzm. 68:8).

E. Nama-Nama Gabungan

  1. El-Shaddai. Meski asal kata ini tidak pasti, yang paling diterima ialah bahwa shaddai berhubungan dengan bahasa Akkadian (shadu-red) yang berarti "gunung". Jadi, nama ini menggambarkan Allah sebagai Yang Mahakuasa sedang berdiri di atas gunung. Ini adalah nama oleh mana Allah tampak kepada kepala-kepala keluarga untuk memberikan penghiburan dan penguatan tentang perjanjian dengan Abraham (Kej. 17:1; 28:3; 35:11; Kel. 6:3; lihat juga Mzm. 91:1-2). Nama ini sering juga dipakai dalam kaitan dengan menghajar umat Allah (Rut 1:20-21).
  2. El-Elyon. Nama ini, "Allah yang Mahatinggi" menekankan kekuatan, kedaulatan, dan supremasi Allah. Nama ini pertama dipakai oleh Melkisedek ketika dia memberkati Abraham (Kej. 14:19). Walaupun Yesaya 14:14 mencatat usaha Setan untuk merampas supremasi Allah, tetapi dalam ayat ini pun tetap menunjukkan supremasi Allah. Setelah pemakaian-pemakaian yang pertama dari nama ini, kemudian nama ini dipakai lagi pada kira-kira tahun 1000 sebelum Kristus di mana nama ini muncul dalam tulisan puisi dan tulisan semasa pembuangan (Mzm. 9:3; Dan. 7:18,22,25,27).
  3. El-Olam. Nama ini berarti "Allah yang Kekal", berasal dari bentuk aslinya yang berarti "Allah kekekalan" (Kej. 21:33). Nama ini menekankan Allah yang tidak berubah (Mzm. 100:5; 103:17) dan dihubungkan dengan kekuatan-Nya yang tidak pernah habis (Yes. 40:28).
  4. El-Roi. "Allah yang melihat" (Kej. 16:13). Hagar memberi nama ini kepada Allah ketika Ia berbicara kepadanya sebelum kelahiran Ismael.

2. Yahweh

Nama utama yang kedua bagi Allah adalah nama pribadi, YHWH, Tuhan, atau Yahweh. Ini adalah nama yang paling sering dipakai, tercatat kira-kira 5.321 kali dalam Perjanjian Lama.

A. Asal Mula Kata Ini

Jelas nama ini berasal dari akar kata "hawa" yang berarti keberadaan (seperti sebuah pohon di mana ia tumbang, Pkh. 11:3) atau perkembangan (seperti dalam Neh. 6:6). Barang kali keduanya dapat digabungkan dalam arti nama Allah dengan mengatakan bahwa ini menunjukkan Dia sebagai Yang Aktif dan Ada Sendiri.

B. Penyataan Nama ini

Nama ini digunakan oleh Hawa (Kej. 4:1), orang-orang di zaman Set (ayat 26), oleh Nuh (9:26), dan Abraham (12:8; 15:2,8). Namun, kepada Musa arti yang dalam dari nama ini dibukakan. Allah berkata bahwa walaupun Ia menyatakan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, Ia belum dikenal oleh mereka dengan nama Yahweh (Kel. 6:3). Arti yang paling lengkap dan dalam, dari nama itu, belum dikenal. Pernyataan ini datang kepada Musa di belukar menyala ketika Allah menyebut diri-Nya sebagai "AKU ADALAH AKU" (3:14), gagasan utamanya adalah bahwa Allah menyertai umat Israel.

C. Kekudusan Nama Ini

Karena Yahweh adalah nama pribadi Allah dengan mana Ia dikenal oleh Israel, pada masa setelah pembuangan, nama ini mulai dipandang sakral sehingga tidak diucapkan lafalnya. Sebaliknya, kata Adonai biasanya dijadikan gantinya. Pada abad-abad keenam dan tujuh sesudah Kristus, huruf hidup Adonai digabung dengan huruf mati "YHWH" untuk mengingatkan pembaca di sinagoge mengucapkan nama yang sakral itu sebagai Adonai. Dari ini muncullah kata buatan Jehovah (Yahweh). Namun, semua ini menggaris-bawahi rasa hormat terhadap nama itu.

D. Arti Nama Ini

Rupanya ada beberapa segi di dalam arti nama Yahweh.

  1. Nama ini menekankan keberadaan sendiri yang tidak berubah dari Allah. Ini barangkali didukung oleh ilmu asal kata (etimologi) dan dari pemakaian oleh Tuhan pada ayat 14 di dalam Yohanes 8:58 untuk menegaskan pernyataan-Nya tentang keberadaan kekal yang mutlak.
  2. Nama ini menjamin penyertaan Allah bagi umat-Nya (Kel. 3:12).
  3. Nama ini berkaitan dengan kuasa Allah untuk bekerja bagi umat-Nya dan untuk memelihara perjanjian-Nya dengan mereka, yang dilukiskan dan dikuatkan oleh karya-Nya dalam melepaskan mereka dari Mesir (6:6).

E. Nama-nama Gabungan

  1. Yahweh-Yireh, "Tuhan menyediakan" (Kej. 22:14). Sesudah Malaikat Tuhan menunjuk kepada seekor domba untuk dipakai sebagai pengganti Ishak, Abraham menamakan tempat itu, "Tuhan menyediakan".
  2. Yahweh-Nissi, "Tuhan adalah Panji-panjiku" (Kel. 17:15). Setelah mengalahkan orang Amalek, Musa mendirikan sebuah mazbah dan menamakannya Yahweh-Nissi.
  3. Yahweh-Shalom, "Tuhan itu Damai Sejahtera" (Hak. 6:24).
  4. Yahweh-Sabbaoth, "Tuhan semesta alam" (1 Sam. 1:3). Ini adalah sebuah gambaran militer yang melukiskan Yahweh sebagai Panglima bala tentara malaikat dari surga maupun bala tentara Israel (1 Sam. 17:45). Gelar ini menyatakan kedaulatan dan kemahakuasaan Allah dan sering dipakai oleh para nabi (Yesaya dan Yeremia) untuk mengingatkan umat Israel selama masa-masa krisis nasional bahwa Allah adalah Pemimpin dan Pelindung mereka.
  5. Yahweh-Makkaddeshkem, "Tuhan yang menguduskan" (Kel. 31:13).
  6. Yahweh-Roi, "Tuhan adalah gembalaku (Mzm. 23:1).
  7. Yahweh-Tsidkenu, "Tuhan keadilan kita" (Yer. 23:6).
  8. Yahweh-Shammah, "Tuhan hadir di situ" (Yeh. 48:35).
  9. Yahweh-Elohim-Israel, "Tuhan, Allah Israel" (Hak. 5:3; Yes. 17:6).

Nama-nama gabungan ini bukan nama-nama tambahan bagi Allah, tetapi gelar-gelar yang sering timbul untuk memperingati sesuatu peristiwa. Bagaimanapun juga, nama-nama ini menyatakan segi-segi lain dari karakter Allah.

3. Adonai

Seperti Elohim, Adonai adalah sebuah bentuk jamak yang agung. Bentuk tunggalnya berarti, tuan, majikan, pemilik (Kej. 19:2; 40:1; 1 Sam. 1:15). Kata ini dipakai, sebagaimana mungkin diharapkan, dalam hubungan antara manusia (seperti tuan dan budak, Kel. 21:1-6). Bila dipakai tentang hubungan Allah terhadap manusia kata ini mengandung makna otoritas mutlak dari Allah. Yosua mengakui otoritas Panglima bala tentara Tuhan (Yos. 5:14), dan Yesaya menyerahkan diri kepada otoritas Tuhan, Tuannya (Yes. 6:8-11). Perjanjian Baru menggunakan kata yang seimbang artinya, kurios yaitu "tuan".

4. Allah (Theos)

A. Penggunaan

Theos adalah penunjukkan yang paling sering tentang Allah di dalam Perjanjian Baru dan terjemahan paling umum dalam Septuaginta bagi Elohim. Kata ini hampir selalu menunjuk kepada satu Allah yang benar walaupun kadang-kadang dipakai juga untuk ilah-ilah kafir dalam laporan tentang kekafiran atau oleh orang Kristen yang menolak allah-allah palsu tersebut (Kis. 12:22; 14:11; 17:23; 19:26,27; 1 Kor. 8:5; 2 Tes. 2:4). Kata ini juga menunjuk kepada iblis (2 Kor. 4:4) dan hawa nafsu (Flp. 3:19). Yang paling penting Yesus Kristus ditunjuk sebagai theos (meskipun beberapa nas diperdebatkan). Perhatikan Rm. 9:5; Yoh. 1:1,18; 20:28; dan Tit. 2:13.

B. Pengajaran

Pemakaian kata ini menyatakan sejumlah kebenaran penting mengenai Allah yang benar.

  1. Ia adalah satu-satunya Allah yang benar dan esa. (Mat. 23:9; Rm. 3:30; 1 Kor. 8:4,6; Gal. 3:20; 1 Tim. 2:5; Yak. 2:19). Kebenaran pokok dari Yudaisme ini, keesaan Allah, ditegaskan kembali oleh Kristus dan gereja mula-mula.
  2. Ia unik. Ia satu-satunya Allah (1 Tim. 1:17), satu-satunya Allah yang benar (Yoh. 17:3), satu-satunya Yang Kudus (Why. 15:4), dan satu-satunya Yang Bijaksana (Rm. 16:27). Oleh sebab itu, orang percaya tidak dapat memiliki allah-allah lain selain Allah yang benar dan esa itu (Mat. 6:24).
  3. Ia melebihi segalanya (transenden). Allah adalah Pencipta, Pemelihara, dan Tuhan segenap alam semesta dan perancang segala zaman (Kis. 17:24; Ibr. 3:4; Why. 10:6).
  4. Ia adalah Juru Selamat. (1 Tim. 1:1; 2:3; 4:10; Tit. 1:3; 2:13; 3:4). Ia mengutus Anak-Nya untuk menjadi Penebus (Yoh. 3:16) dan menyerahkan Dia untuk mati bagi kita (Rm. 8:32).

C. Kristus sebagai Allah

Kristus, Anak Allah disebut Allah di dalam beberapa ayat Perjanjian Baru.

  1. Dalam tulisan Yohanes. Pengajaran Yohanes mencakup nas-nas berikut: Yoh. 1:1,18, dimana beberapa naskah berbunyi "Anak Tunggal Allah," dan bunyi yang tidak biasa itu dapat dipandang sebagai dasar untuk menerima keabsahannya; 20:28, di mana Tomas memakai baik kurios maupun theos mengenai Yesus; dan 1 Yoh. 5:20.
  2. Dalam tulisan Paulus. Titus 2:13 rupanya merupakan penunjukan yang paling terang tentang Kristus sebagai Allah dalam tulisan-tulisan Paulus, karena Roma 9:5 diragukan oleh sebagian orang. Bagaimanapun juga, dari segi bahasa dan konteks ungkapan "Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya" dapat dikenakan kepada Kristus.

5. Tuhan (Kurios)

A. Penggunaan

Dari 717 sebutan kurios dalam Perjanjian Baru, yang terbanyak di dalam tulisan Lukas (210) dan Paulus (275) karena mereka menulis kepada orang-orang dengan kebudayaan dan bahasa Yunani.

B. Arti

Kata ini menekankan otoritas dan supremasi. Dapat juga berarti tuan atau bapak (Yoh. 4:11), pemilik (Luk. 19:33), penguasa atau majikan (Kol. 3:22), atau menunjuk kepada berhala-berhala (1 Kor. 8:5) atau suami (1 Ptr. 3:6). Bila penggunaan kurios berkenaan dengan Allah, ini "menyatakan terutama kekhalikan-Nya, kuasa-Nya yang dinyatakan dalam sejarah, dan kuasa-Nya atas alam semesta ..." (H. Bietenhard, "Lord" The New International Dictionary of New Testament Theology, Colin Brown, ed. [Grand Rapids: Zondervan, 1976], 2:514.

C. Kristus sebagai Kurios

Sewaktu Ia hidup di muka bumi, Yesus disebut sebagai Tuhan, berarti Rabbi atau Tuan (Mat. 8:6). Tomas menganggap Dia sebagai Allah sepenuhnya ketika ia menyatakan, "Tuhanku dan Allahku" (Yoh. 20:28). Kebangkitan dan kenaikan Kristus menempatkan Dia sebagai Tuhan seluruh alam semesta (Kis. 2:36; Flp. 2:11). Namun, "bagi orang Kristen mula-mula yang biasa membaca Perjanjian Lama, kata 'Tuhan', bila dipakai tentang Yesus, akan menyamakan Dia dengan Allah dalam Perjanjian Lama" (S.E. Johnson, "Lord (Christ)", The Interpreter's Dictionary of the Bible, [New York: Abingdon, 1976], 3:151). Ini berarti, dalam hubungan dengan sebuah ayat seperti Rm. 10:9, bahwa "orang Yahudi yang mengakui di muka umum bahwa Yesus yang dari Nazaret itu adalah Tuhan, akan dipahami mengenakan sifat dan hakikat ilahi kepada Dia" (William G.T. Shedd, Romans, New York: Scribner, 1879, halaman 318). Jadi, intisari iman Kristen ialah mengakui Yesus yang dari Nazaret itu sebagai Yahweh dari Perjanjian Lama.

6. Penguasa (Despotes)

A. Arti

Kata ini mengandung arti kepemilikan sedangkan kurios menekankan otoritas dan supremasi.

B. Penggunaan

Allah disebut dalam doa sebagai Despotes oleh Simeon (Luk. 2:29), Petrus dan mereka yang bersama dia (Kis. 4:24), dan oleh orang-orang yang mati syahid di surga (Why. 6:10). Dua kali Kristus disebut "Despotes" (2 Ptr. 2:1; Yud. 4).

7. Bapa

Satu kekhususan penyataan Perjanjian Baru ialah bahwa Allah sebagai Bapa dari pribadi-pribadi. Padahal kata "Bapa" dipakai mengenai Allah hanya 15 kali dalam Perjanjian Lama, tetapi 245 kali tentang Allah dalam Perjanjian Baru. Sebagai Bapa, Ia memberikan anak-anak-Nya anugerah dan damai sentosa (salam tetap dalam surat-surat Perjanjian Baru; misalnya, Ef. 1:2; 1 Tes. 1:1), pemberian yang baik (Yak. 1:17), dan bahkan perintah (2 Yoh. 4). Kita juga menyebut Dia sebagai Bapa dalam doa (Ef. 2:18; 1 Tes. 3:11).

Kesimpulan: Sebuah nama dalam zaman Alkitab lebih dari sekadar tanda pengenal; nama itu menggambarkan penyandangannya, sering menyatakan beberapa ciri-ciri khas dari seseorang. "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (Mzm. 8:2, 10).

Diambil dari:
Judul Buku : Teologi Dasar I
Judul Artikel : Nama-Nama Allah
Penulis : Charles C. Ryrie
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991
Halaman : 60 - 67
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA