Mengenal Keluarga dalam Alkitab

Shema dan Keluarga Anda

Shema adalah pusat untuk semua pengajaran dalam Alkitab dan menunjukkan kepada kita, berabad-abad kemudian, cara membangun sebuah warisan iman dari generasi ke generasi. Hal ini menyediakan tiga pelajaran dasar bagi keluarga:

1. Kesetiaan kepada Allah.

2. Transmisi iman dan kasih kita kepada anak-anak kita.

3. Terus mengingat pengajaran Allah.

Keluarga adalah tempat di mana anak-anak harus diajarkan ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Mereka harus melihatnya dihidupi secara otentik oleh orang tuanya. Tak ada orang yang sempurna, tetapi sikap ketaatan yang alami dalam hidup sangatlah penting. Sebelum tulisan Shema dalam Ulangan, bangsa Ibrani tergoda dan menyeleweng untuk menyembah banyak dewa. Namun, meskipun pesannya masih dalam tradisi lisan, seruan bangsa Ibrani menggunakan nama yang tepat untuk Allah, "Adonai", karena mereka mengingat sumpah kesetiaan khusus kepada Allah. Dialah Tuhan, dan kita harus mengasihi Dia dengan segenap hidup kita.

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" adalah bagian dari Shema yang dikutip Yesus ketika memberitakan perintah yang paling penting. Dengan kata-kata ini, Dia pada dasarnya meringkaskan iman dan kehidupan. Kesetiaan kepada Allah melibatkan ketaatan kepada-Nya. Keluarga-keluarga sekarang mudah teralihkan fokusnya sehingga tidak mengutamakan yang penting. Mengajarkan anak-anak kita tidak dapat disamakan dengan aktivitas-aktivitas duniawi. Penelitian menunjukkan bahwa tempat yang paling efektif untuk mengomunikasikan kebenaran kasih dan kesetiaan Allah adalah dalam rumah.

Kedua ayat Shema berikutnya mengajarkan kita bagaimana mentransmisi iman dan nilai-nilai kepada anak-anak kita:

"Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6-7)

Dengan kata lain, orang tua harus yang pertama dan utama mengajarkan anak-anak mereka untuk menjadi setia kepada Allah. Ya, komunitas gereja memiliki peran, tetapi orang tua harus mengambil tanggung jawab dalam mentrasmisi iman kepada generasi selanjutnya. Tidak ada yang lebih penting. Karena ini merupakan zona yang tidak menyenangkan bagi kebanyakan dari kita, kita cenderung berharap gereja melaksanakan tugas ini. Gereja memang ada dan siap untuk membantu, tetapi fokus utama adalah pada orang tua yang mengambil peran utama. Banyak orang tua memiliki motivasi yang tepat, tetapi tidak memiliki prioritas untuk menerima tanggung jawab ini. Belakangan ini seorang wanita bercerita kepada saya, "Kami telah menghabiskan waktu dan energi untuk menolong anak-anak kami agar unggul di sekolah dan atletik, dan sampai Kitab Suci ini diperkenalkan kepada saya, hal ini tidak memiliki prioritas yang sama dengan pendidikan, keuangan, dan rekreasi." Semua hal yang disebutkannya penting, tetapi menurut Shema, pelajaran iman, karakter, dan nilai-nilai lebih penting.

Teman saya, Doug, adalah seorang pendeta muda di Nashville. Ketika dia pertama kali tiba di gereja barunya, seorang pemimpin yang kaya dalam gereja tersebut sebenarnya menawarkan untuk membayarnya agar dia menyisihkan waktunya bersama putranya yang berusia 13 tahun dalam pelayanan pemuridan. Doug bertanya kepada orang itu mengapa dia tidak melakukannya sendiri. Dia menjawab, "Saya terlalu sibuk, tetapi saya akan membayar Anda untuk melakukannya." Doug menjawab dengan berkata, "Saya tidak menginginkan uang Anda, dan saya rasa bukan tugas saya untuk memuridkan putra Anda. Namun, saya akan meluangkan waktu setiap minggu dengan Anda sehingga Anda memiliki sumber untuk memuridkan dia."

Awalnya, orang itu sangat tersinggung dan marah. Dia bahkan menemui pendeta senior (atasan Doug) untuk mengeluhkan bahwa Doug tidak menjalankan pekerjaannya. Pendeta senior itu menolong orang tersebut untuk menyadari bahwa sebenarnya lapisan pertama dari pengaruh kerohanian adalah orang tua, kemudian gereja. Pendeta itu juga menunjukkan kepadanya bagian Ulangan yang baru saja kita kutip. Syukurlah, kisah ini berakhir dengan baik. Ayah tersebut merendahkan diri di hadapan Doug dan meminta maaf. Bersama-sama, dia dan Doug mengembangkan sebuah rencana untuk pertumbuhan rohani anak laki-lakinya. Mereka menciptakan pengalaman hingga menuju masa peralihan dan pengajaran berdasarkan pengalaman yang sekarang menjadi contoh bagi orang-orang lainnya di gereja tersebut.

"Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 8-9)

Bagaimana kasih kepada Allah dipelihara dan dijamin? Dengan tindakan penuh kemauan. Anak-anak harus diajar untuk mengatakan berulang-ulang kebenaran-kebenaran Allah dan jalan-jalan-Nya secara terus-menerus. Bangsa Ibrani memberikan arti kepada bagian Shema ini bahwa mereka harus mengikatkan "phylactery" (kotak kecil dengan kutipan Kitab Suci di dalamnya) pada dahi dan tangan kiri mereka. Kepala menandakan kesadaran untuk menghadirkan Allah dalam pikiran kita dan tangan menandakan usaha untuk membawa kehadiran Allah ke dalam pekerjaan kita. Untuk orang-orang muda, bahkan diminta untuk mengucapkan Shema, dimaksudkan agar mereka dengan segenap hati menerima kedaulatan Allah dalam kehidupan mereka yang nyata. Bagi orang kristiani sekarang ini, hal ini berarti kita harus membawa iman dan nilai-nilai ke dalam semua aspek kehidupan kita dan membuatnya menjadi bagian yang alami dari keberadaan kita setiap hari.

Bangsa Ibrani juga harus menempatkan sebuah kotak khusus yang disebut "mezuzah" di tiang-tiang pintu, yang menandakan kehadiran kasih Allah di rumah mereka dan pengabdian keluarga mereka kepada Tuhan. Yang ditempatkan di dalam mezuzah adalah (coba Anda tebak) Shema. Jelaslah, tidak ada sesuatu yang gaib di dalam simbol kayu atau logam di tiang pintu, tetapi pemikiran pokok bahwa Tuhan hadir di rumah merupakan pengingat yang luar biasa akan kehadiran-Nya setiap hari dalam setiap aspek kehidupan kita.

Bertahun-tahun lalu, ada sebuah buku kecil luar biasa yang ditulis oleh Brother Lawrence, seorang rahib dari sebuah generasi yang lain. Buku itu disebut "The Practice of the Presence of God" (Latihan Kehadiran Allah). Tema buku tersebut adalah perjalanan penting yang telah didapatkan Brother Lawrence dalam perjalanan hidupnya -- bahwa kita bisa mengalami kehadiran Allah sementara mengerjakan tugas-tugas kehidupan yang paling duniawi.

Dalam banyak cara, hal ini merupakan tanggung jawab dan hak istimewa orang tua untuk memperkenalkan dan membiarkan kehadiran Allah di rumah sehingga anak-anak mereka akan mengenal Allah dan mau mengikuti-Nya. Apakah ada cara yang mudah untuk mencapai tujuan ini? Tidak, tidak ada. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, banyak bergantung pada kemauan sadar.

Diambil dari:
Judul buku : Mantap Berperan Sebagai Orang Tua
Judul artikel : Mengenal Keluarga dalam Alkitab
Pengarang : Jim Burns
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
Halaman : 60 -- 63
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA