Kepribadian Paulus dalam Surat-Suratnya
Surat-surat Paulus merupakan cermin jiwanya. Surat-surat itu mengungkapkan motif-motif batinnya, perasaannya yang paling dalam, keyakinannya yang paling mendasar. Tanpa surat-surat yang ada itu, Paulus hanya akan menjadi figur yang tidak jelas bagi kita.
Paulus lebih tertarik kepada orang-orang dan apa yang menimpa mereka dibandingkan dengan berbagai formalitas sastra. Ketika kita membaca tulisan-tulisannya, kita sering merasakan kadang-kadang kata-katanya muncul begitu tiba-tiba, ditulis secara tergesa-gesa seperti dalam pasal pertama surat Galatia. Kadang-kadang tulisannya terputus tiba-tiba dan pikirannya meloncat kepada gagasan-gagasan baru. Atau di beberapa tempat dia seperti menarik napas panjang, lalu menuliskan satu kalimat yang hampir tidak ada akhirnya.
Tulisannya dalam 2 Korintus 10:10 memberi kita petunjuk tentang bagaimana surat-surat Paulus diterima dan dipandang pada saat itu. Bahkan musuh-musuh dan para pengecamnya mengakui pengaruh dari kata-katanya, karena mereka diketahui berkomentar, "surat-suratnya memang tegas dan keras ..." (2 Korintus 10:10).
Pemimpin-pemimpin yang kuat, seperti Paulus, cenderung untuk memikat atau membuat tidak senang orang-orang yang ingin mereka pengaruhi. Paulus memiliki para pengikut yang setia dan juga musuh yang sangat membencinya. Akibatnya, orang-orang yang hidup sezaman dengannya memiliki banyak pandangan yang sangat berbeda mengenai dirinya.
Tulisan-tulisan paling awal dari Paulus mendahului keempat Injil. Tulisan-tulisan itu mengungkapkan pribadi Paulus sebagai seorang yang berani (2 Korintus 2:3), jujur dan memiliki motivasi yang tinggi (ayat 4-5), rendah hati (ayat 6), dan lembut (ayat 7).
Paulus tahu bagaimana membedakan antara pandangan-pandangannya sendiri dengan "perintah dari Tuhan" (1 Korintus 7:25). Dia cukup rendah hati, dalam masalah-masalah tertentu dia mengatakan "menurut pendapatku" (1 Korintus 7:40). Dia sangat sadar mengenai betapa penting tugas yang dipikulnya (1 Korintus 9:16-17), dan mengenai fakta bahwa dia tidak lepas dari kemungkinan "ditolak" seandainya dia jatuh ke dalam pencobaan (1 Korintus 9:27). Dengan hati yang luka, dia teringat bahwa pernah dalam hidupnya dia "telah menganiaya Jemaat Allah" (1 Korintus 15:9).
Bacalah Roma pasal 16 dengan memperhatikan baik-baik sikap murah hati Paulus terhadap rekan-rekan sekerjanya. Dia adalah orang yang mengasihi dan menghargai orang dan menjunjung tinggi persekutuan orang-orang percaya. Di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, kita melihat pribadi Paulus yang hangat dan ramah, bahkan kepada orang-orang Kristen yang belum pernah bertemu, dengannya. "... Aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka ... yang belum mengenal aku pribadi" (Kolose 2:1).
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, kita juga membaca mengenai seseorang yang bernama Onesimus, seorang budak yang melarikan diri (Kolose 4:9) setelah mencuri sesuatu dari tuannya, Filemon. Paulus telah memenangkan Onesimus untuk percaya pada Kristus dan telah membujuknya agar dia kembali kepada tuannya. Akan tetapi, karena mengetahui hukuman berat yang bakal dijatuhkan pada budak yang melarikan diri, rasul itu mendesak Filemon agar dia menerima Onesimus sebagai saudara seimannya. Di sini, kita melihat Paulus sebagai seorang pendamai. Dia berusaha keras agar kembalinya Onesimus bisa diterima dengan kasih persaudaraan yang kristiani. Kalau menggunakan istilah yang biasa dipakai sekarang, kita bisa mengatakan bahwa Paulus menaruh Filemon dalam posisi sulit di mata jemaat dan dalam hubungan pribadinya dengan Paulus. Dan, Paulus melakukan ini semua demi seseorang yang menduduki posisi terendah dalam lapisan masyarakat Romawi. Bandingkan ini dengan tingkah laku Saulus muda, yang memegangi jubah mereka yang melempari Stefanus sampai mati.
Dalam tulisan-tulisan ini, kita melihat Paulus sebagai seorang teman yang hangat dan murah hati, seorang yang memiliki iman yang kuat dan penuh keberanian - walaupun berada dalam situasi yang ekstrem. Dia sepenuhnya mengabdi pada Kristus, baik dalam hidup maupun mati. Kesaksiannya merupakan realitas rohani yang mendalam, "Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara, tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan; baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi 4:12-13).
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Dunia Perjanjian Baru |
Pengarang | : | J.L Packer.Merrill C.Tenney.William White,Jr |
Penerbit | : | Gandum Mas, Malang, 1993 |
Halaman | : | 214 - 218 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA