Karya Pengorbanan Kristus

Karya keimaman Kristus ada dua hal menurut Alkitab. Tugas-Nya yang terbesar adalah, mempersembahkan kurban yang cukup bagi dosa seisi dunia. Tugas ini adalah milik dari jabatan seorang imam bahwa dia harus mempersembahkan kurban dan persembahan atas dosa.

Pengertian Tentang Kurban dalam Alkitab

Pengertian tentang kurban menempati kedudukan penting dalam Alkitab. Berbagai teori telah dikemukakan mengenai perkembangan pengertian ini, beberapa yang disebutkan berikut adalah yang terpenting:

1. Teori pemberian,

yang berpendapat bahwa kurban pada mulanya dipersembahkan kepada dewa, diberikan untuk menetapkan hubungan baik dan menjaga agar dewa itu tetap senang. Pendapat ini didasarkan atas konsep yang rendah tentang Allah, dan merupakan pendapat yang sepenuhnya tidak sesuai dengan Alkitab dan apa yang dikatakan Alkitab tentang Allah. Lebih jauh lagi, teori seperti ini tidak dapat menerangkan mengapa persembahan itu harus berupa seekor binatang yang telah disembelih. Alkitab memang berbicara tentang kurban persembahan kepada Tuhan (Ibrani 5:1), tetapi hanya sebagai pernyataan rasa terima kasih dan bukan bertujuan agar Tuhan senang.

2.  Teori sakramen persekutuan,

yang didasarkan pada pengertian totemistik yang menghormati hewan yang dianggap mempunyai natur ilahi. Pada saat-saat tertentu hewan itu disembelih untuk dijadikan makanan bagi manusia, yang diartikan bahwa manusia itu memakan allah-nya dan dengan demikian mengalami asimilasi kualitas ilahi. Akan tetapi, dalam kitab Kejadian sama sekali tidak ada pandangan yang tidak spiritual dan bodoh seperti ini. Teori ini juga tidak sesuai dengan ajaran Alkitab secara keseluruhan. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa beberapa bangsa kafir tidak mempunyai pandangan seperti ini kemudian, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa pandangan seperti ini sepenuhnya tidak dapat diterima sebagai asal mula pandangan tentang kurban dalam Alkitab.

3.  Teori pernyataan rasa hormat,

menurut teori ini kurban pada mulanya adalah pernyataan rasa hormat dan ketergantungan. Manusia harus mencari persekutuan yang lebih dekat dengan Allah, bukan karena kesalahan, tetapi oleh karena rasa ketergantungan dan keinginan untuk mengungkapkan rasa hormat pada Tuhan. Teori ini tidak adil terhadap kenyataan atas kurban-kurban awal yang dinyatakan Nuh dan Ayub; juga teori ini tidak menerangkan mengapa rasa hormat ini harus dinyatakan dalam bentuk hewan yang telah disembelih.

4.  Teori lambang,

yang menganggap persembahan sebagai lambang-lambang dari persekutuan yang telah diperbarui dengan Tuhan. Penyembelihan hewan kurban terjadi hanya untuk memastikan adanya darah, yang menjadi lambang kehidupan yang dibawa ke atas mazbah, memberi arti penting persekutuan hidup dengan Allah (Keil). Teori ini sesungguhnya tidak sesuai dengan kenyataan pada kurban-kurban Nuh dan Ayub, juga dalam hal Abraham, ketika dia menempatkan Ishak di atas mazbah. Juga teori ini tidak menerangkan mengapa pada masa berikutnya ada begitu banyak arti penting terkandung dalam penyembelihan hewan kurban itu.

5.  Teori piacular,

yang menganggap kurban sepenuhnya bersifat mendamaikan. Pengertian dasar atas teori ini dalam hal penyembelihan hewan kurban adalah pendamaian pengganti bagi dosa-dosa orang yang mempersembahkan kurban tersebut. Dalam terang Alkitab, teori ini tentu lebih dapat diterima. Pengertian bahwa tindakan penyembelihan kurban ini adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan, apapun elemen lain yang mungkin ada dalam pelaksanaannya, atau untuk sebuah persekutuan dengan-Nya, elemen piacular juga ada di sana dan bahkan merupakan elemen paling menonjol. Pengertian ini ditunjang oleh beberapa pemikiran berikut:

  1. Akibat yang dicatat dalam persembahan kurban bakaran yang diberikan oleh Nuh bersifat penggantian, Kejadian 8:21.
  2. Ayub mempersembahkan kurban tebusan bagi dosa anak-anaknya, Ayub 1:5.
  3. Teori ini menjelaskan tentang kenyataan bahwa kurban secara teratur dipersembahkan dalam bentuk hewan sembelihan, mengeluarkan darah, yang menunjukkan penderitaan dan kematian dari kurban itu.
  4. Teori ini selaras benar dengan kenyataan bahwa kurban yang dilakukan oleh para bangsa kafir, juga bersifat sebagai pengganti.
  5. Lebih lanjut lagi, teori ini juga sesuai dengan adanya sejumlah janji tentang kedatangan Sang Penebus yang diungkapkan pada zaman sebelum Musa. Hal ini harus senantiasa diingat oleh mereka yang menganggap bahwa pengertian piacular tentang kurban sudah terlalu tinggi untuk masa itu.
  6. Akhirnya, teori ini juga sesuai dengan ritual persembahan kurban yang dinyatakan kepada Musa, di mana elemen penebusan sangat menonjol, ritual persembahan kurban itu bukan merupakan sesuatu yang sama sekali baru.

Di antara mereka yang percaya bahwa elemen penebusan sudah ada bahkan dalam kurban-kurban persembahan pada zaman sebelum Musa, ada beberapa perbedaan pendapat mengenai asal mula dari tipe-tipe persembahan itu. Sebagian orang berpendapat bahwa Allah menetapkan cara-cara persembahan kurban itu melalui suatu perintah Ilahi langsung, sedangkan kelompok lain berpendapat bahwa kurban itu dipersembahkan berdasarkan ketaatan kepada gerakan-gerakan dalam hati yang timbul secara alamiah dalam diri manusia, yang diiringi dengan suatu refleksi. Alkitab tidak memberikan catatan tentang pernyataan secara khusus bahwa Allah memerintahkan manusia untuk melayani Dia dengan kurban-kurban persembahan pada masa-masa awal itu. Bukannya mustahil bahwa manusia menyatakan rasa syukur serta penyembahannya dalam bentuk kurban, bahkan juga sebelum manusia jatuh dalam dosa, dan ini semua dipimpin oleh suatu dorongan dalam hati manusia sendiri. Akan tetapi, tampaknya kurban penggantian sesudah manusia jatuh dalam dosa hanya mungkin berasal dari pimpinan Ilahi. Ada suatu dorongan yang sangat kuat dalam argumen Dr. A. A. Hodge yang mengatakan: "(1) Tak dapat dipahami bahwa baik sikap yang benar atau kegunaan yang mungkin dalam memberikan pemberian material pada Allah yang tak kelihatan, dan terutama dalam usaha untuk meredakan murka Allah melalui penyembelihan makhluk yang tidak dapat berpikir, dapat hadir dalam pikiran manusia sebagai suatu dorongan yang spontan. Mulanya, setiap perasaan instingtif dan dorongan pemikiran muncul untuk menyingkirkan pemikiran seperti itu. (2) Berdasarkan hipotesis bahwa Allah akan menyelamatkan manusia, tidaklah masuk akal apabila Dia harus meninggalkan manusia tanpa instruksi tentang suatu hal yang sedemikian penting yang berkenaan dengan alat-alat yang mungkin dapat dipakai untuk mendekati-Nya dan memperoleh kebaikan dari-Nya. (3) Merupakan ciri khas dari wahyu diri Allah, bahwa Allah cemburu terhadap segala sesuatu yang dilakukan manusia yang tidak diperkenankan-Nya dalam hal beribadah atau melakukan penyembahan. Allah menekankan tentang hak kedaulatan-Nya dalam memberikan peraturan ibadah dan pelayanan, agar dapat diterima. (4) Kenyataannya, bukti pertama tentang ibadah yang diterima dalam keluarga Adam menunjukkan adanya kurban yang mencurahkan darah, dan dimeteraikan dengan penerimaan dari Tuhan. Semua itu terlihat dalam tindakan mula-mula tentang ibadah, Kejadian 4:3, 4. Ibadah itu diterima oleh Allah segera setelah dipersembahkan."' Kurban-kurban pada zaman Musa jelas ditunjuk oleh Allah.

Karya Pengorbanan Kristus Dilambangkan

Karya pengorbanan Kristus dilambangkan dengan peraturan-peraturan tentang kurban yang diberikan kepada Musa. Berkaitan dengan kurban-kurban ini, beberapa hal berikut perlu diperhatikan:

1.  Natur penggantian dan pengantaraan.

Berbagai penafsiran telah diberikan pada kurban-kurban Perjanjian Lama: (1) Bahwa kurban-kurbanitu adalah pemberian untuk menyenangkan Allah, menyatakan rasa syukur kepada-Nya, atau untuk meredakan murka-Nya; (2) bahwa kurban-kurban itu adalah makanan persembahan yang melambangkan persekutuan antara manusia dan Allah; (3) bahwa kurban-kurban itu adalah sarana yang ditunjuk oleh Tuhan agar manusia mengaku dosa yang sangat dibenci oleh-Nya; atau (4) bahwa, dalam hal yang menyangkut pengertian tentang penggantian, kurban itu sekadar merupakan lambang yang menyatakan bahwa Allah menerima orang berdosa, berdasarkan ketaatan mereka, dalam kurban yang dipersembahkan bahwa mereka merindukan keselamatan. Akan tetapi Alkitab menyaksikan bahwa semua hewan persembahan di antara bangsa Israel bersifat penggantian, walaupun hal ini tidaklah selalu jelas di sana. Pengertian tentang penggantian ini makin jelas dalam hal persembahan bagi dosa dan pelanggaran, tidak begitu menonjol dalam kurban bakaran, dan paling tidak nampak dalam kurban pendamaian. Adanya elemen tersebut dalam kurban persembahan muncul: (1) dari pernyataan yang jelas dalam Imamat 1:4; 4:29, 31, 35; 5:10; 16:7; 17:11; (2) dari penumpangan tangan yang melambangkan pemindahan dosa dan kesalahan (walaupun Cave menekankan hal yang berlawanan), Imamat 1:4; 16:21,22; (3) dari percikan darah di atas mazbah dan atas tutup pendamaian sebagai penghapusan dosa, Imamat 16:27; dan (4) dari akibat yang berulang kali dicatat tentang kurban-kurban itu, yaitu pengampunan dosa dari orang yang mempersembahkannya, Imamat 4:26, 31,35. Bukti-bukti Perjanjian Baru dengan mudah dapat ditambahkan, tetapi apa yang dibicarakan sudah cukup.

2.  Natur tipiko profetis kurban tersebut.

Kurban-kurban menurut peraturan Musa bukan hanya bersifat seremonial maupun simbolis, tetapi juga spiritual dan tipikal. Bersifat kenabian, dan mewakili Injil dalam hukum. Kurban-kurban itu juga melambangkan penderitaan Kristus yang menggantikan dan juga kematian-Nya yang mendamaikan. Kaitan antara kurban kurban itu dengan Kristus telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Dalam Mazmur 40:7-9 Mesias diperkenalkan dengan perkataan: "Engkau tidak berkenan kepada kurban sembelihan dan kurban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakaran dan kurban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: 'Sungguh aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.'" Dalam perkataan ini, Mesias sendiri menggantikan kurban agung diri-Nya bagi mereka yang hidup dalam Perjanjian Lama. Bayang-bayang ini akhirnya menjadi pudar pada saat realita yang mereka bayangkan itu tiba, Ibrani 10:5-9. Dalam Perjanjian Baru ada sejumlah indikasi akan kenyataan bahwa kurban-kurban Musa merupakan tipe dari kurban yang jauh lebih mulia dalam diri Yesus Kristus. Ada indikasi-indikasi yang jelas dan bahkan juga pernyataan yang diungkapkan, bahwa kurban-kurban Perjanjian Lama menggambarkan Kristus dan karya-Nya, Kolose 2:17, di mana sang rasul sungguh mempunyai gambaran yang jelas tentang kurban-kurban menurut hukum Musa; Ibrani 9:23, 24; 10:1; 13:11,12. Sejumlah ayat mengajarkan bahwa Kristus menggenapi bagi orang berdosa lebih tinggi dari kurban-kurban Perjanjian Lama yang dibawa, dan bahwa Dia menggenapinya dengan cara yang sama, 2 Korintus 5:21; Galatia 3:13; 1 Yohanes 1:7. Dia disebut sebagai Anak Domba Allah, Yohanes 1:29, yang merupakan gambaran yang jelas dari Yesaya 53 dan anak domba Paskah, "seekor domba yang tidak bercacat dan tidak bercela", 1 Petrus 1:19, dan bahkan sebagai "Anak domba Paskah yang telah disembelih", 1 Korintus 5:7. Dan karena kurban menurut hukum Musa bersifat tipikal, maka kurban itu memberikan sinar pada natur dari kurban pendamaian yang agung dari Yesus Kristus. Banyak sekali sarjana di bawah pengaruh aliran Graf-Wellhausen menyangkal sifat penggantian dan pembayaran upah dosa dari kurban Perjanjian Lama walaupun sebagian dari mereka mau menerima bahwa sifat ini disebutkan dalam masa Perjanjian Lama, walaupun pada masa yang lebih belakangan dan tanpa dukungan yang cukup.

3.  Tujuan kurban ini.

Berkaitan dengan bagian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kurban-kurban Perjanjian Lama mempunyai dua tujuan. Sejauh teokratik, perjanjian, dan relasi terkait, kurban itu adalah sarana yang ditunjuk di mana orang yang telah berdosa dapat diperbaharui dan mendapatkan hak-haknya, dapat menikmati keadaannya sebagai anggota teokrasi, yang semula telah dihilangkannya karena pelanggaran yang telah mereka perbuat. Mereka kemudian menggenapi tujuannya tanpa memandang semangat dan maksud di mana kurban itu dibawa. Akan tetapi, kurban itu sendiri tidak bermaksud menggantikan moral dari pelanggaran itu. Kurban itu bukanlah kurban sesungguhnya yang dapat mendamaikan kesalahan moral dan menyingkirkan kecemaran moral, tetapi hanyalah merupakan bayang-bayang dari kenyataan yang akan datang. Dalam membicarakan Kemah Suci, penulis surat Ibrani mengatakan: "Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu, dipersembahkan kurban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka" (Ibrani 9:9). Dalam bagian berikutnya, dia menyebutkan bahwa kurban tersebut tidak dapat menyempurnakan mereka yang memberi kurban tersebut, 10:1, dan tidak dapat menghapuskan dosa, 10:4. Dari sudut pandang spiritual, kurban itu merupakan tipikal penderitaan Kristus yang menggantikan orang berdosa, sampai pada kematian-Nya, dan dengan demikian memberikan pengampunan kepada mereka dan mereka dapat diterima di hadapan Allah sebagaimana mereka mengakui dosa mereka, dan dengan iman pada cara Tuhan dalam memberikan keselamatan. Kurban itu mempunyai arti penting menyelamatkan hanya sejauh bangsa Israel memusatkan perhatian pada Sang Penebus yang akan datang dan penebusan yang dijanjikan.

Bukti-Bukti Alkitab Tentang Karya Pengorbanan Kristus

Hal yang mengejutkan dalam berita Alkitab tentang karya keimaman Kristus adalah bahwa Kristus tampil baik sebagai Imam Besar dan sekaligus sebagai kurban. Hal ini sesungguhnya selaras dengan apa yang kita lihat dalam diri Kristus. Dalam Perjanjian Lama, imam dan kurban adalah dua hal yang terpisah, dan sejauh itu tipe kurban Perjanjian Lama tidaklah sempurna. Karya keimaman Kristus paling jelas disebutkan dalam surat Ibrani, di mana Sang Pengantara disebutkan sebagai satu-satunya Imam Besar yang sesungguhnya, yang sempurna, yang kekal dan ditunjuk oleh Allah sendiri, yang mengambil tempat orang berdosa, dan oleh pengorbanan-Nya sendiri Dia memperoleh penebusan yang sesungguhnya dan yang sempurna, Ibrani 5:1-10; 7:1-28; 9:11-15,24,28; 10:11-14; 19:22; 12:24, dan teristimewa ayat-ayat berikut, 5:5; 7:26; 9:14. Surat Ibrani adalah satu-satunya kitab yang menyebut Kristus sebagai Imam Besar, tetapi karya keimaman Kristus juga disebutkan dalam surat- surat Paulus, Roma 3:24, 25; 5:6-8; 1 Korintus 5:7; 15:3; Efesus 5:2. Penjelasan yang serupa juga dapat kita temukan dalam tulisan Yohanes, Yohanes 1:29; 3:14,15; 1 Yohanes 2:2; 4:10. Lambang ular tembaga sangat penting artinya. Ular tembaga itu sendiri tidak berbisa, akan tetapi melambangkan ikatan dosa, demikian juga Kristus, Dia yang tidak berdosa, dijadikan berdosa karena kita. Sebagaimana ular tembaga yang dinaikkan di atas tiang melambangkan pengusiran atas tulah, demikian juga Kristus yang digantung di atas tiang kayu salib membawa penghapusan dosa. Dan sebagaimana orang yang mau percaya dan memandang kepada ular tembaga itu disembuhkan, maka iman kepada Kristus menyembuhkan dan menyelamatkan jiwa. Penjelasan Petrus dalam 1 Petrus 2:24; 3:18 dan penjelasan Kristus sendiri dalam Markus 10:45 selaras dengan penjelasan sebelumnya. Tuhan dengan jelas menyatakan kepada kita bahwa penderitaan-Nya bertujuan menggantikan kita.

Diambil dari:
Judul buku : Teologi Sistematika (3)
Judul artikel : Karya Pengorbanan Kristus
Pengarang : Louis Berkhof
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1996
Halaman : 135 - 144
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA