Jenis-Jenis Utama dari Nubuatan Tentang Mesias
Dalam Perjanjian Lama ditemukan dua jenis utama dari nubuatan tentang Mesias. Pertama, nubuatan tentang Mesias secara umum, yaitu nubuatan yang diungkapkan dalam bahasa yang hanya dapat digenapkan oleh Mesias sendiri. Satu contoh tentang nubuatan semacam ini terdapat dalam 1 Samuel 2:35, "Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku, dan Aku akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di hadapan orang yang Kuurapi." Walaupun penggenapan segera dari nubuat ini barangkali dipenuhi oleh Samuel, tetapi mempunyai penggenapan lain di luar Samuel dan menunjuk kepada penggenapan akhir dalam Kristus. Baik keimaman Samuel maupun garis keturunannya telah berakhir, tetapi keimaman kekal yang diramalkan dalam nubuatan ini akan sepenuhnya digenapi dalam Kristus.
Kedua, nubuatan tentang Mesias secara pribadi. Ini sering ditemukan dalam Perjanjian Lama dan dapat diketahui dari istilah-istilah khusus. Dalam Yesaya 7:14 umpamanya, Mesias diketahui dari istilah yang tidak biasa dipakai "Imanuel" yang artinya "Allah menyertai kita". Bagian itu secara istimewa membicarakan tentang Mesias yang akan datang.
Sifat-Sifat Umum dari Nubuatan Tentang Mesias
Banyak nubuatan tentang Yesus Kristus cukup jelas, khususnya bila dipandang dari pernyataan Perjanjian Baru di mana penggenapannya membantu memberikan keterangan tentang isi nubuatan di dalam Perjanjian Lama itu. Bagaimanapun juga nubuatan tentang Mesias ini memiliki masalah-masalah tertentu:
1. Bahasa dari nubuatan tentang Mesias sering samar-samar.
Maksud Allah dalam kesamaran ini ialah untuk menjadikan nubuatan itu dapat dimengerti hanya oleh orang-orang percaya sejati yang diajar oleh Roh Kudus dan oleh karena itu dapat membedakan mana bagian-bagian yang merupakan nubuatan tentang Mesias. Banyak di antara bagian-bagian itu tidak dapat ditafsirkan kecuali diterangi oleh seluruh isi firman Allah.
2. Bahasa dari nubuatan Mesias sering bersifat kiasan.
Arti kiasan itu tidak perlu tidak berketentuan, karena sering kiasan itu memberikan maksud yang sangat jelas bahkan walaupun bagian tersebut barangkali perlu ditafsirkan. Misalnya, ketika Kitab Suci mengucapkan nubuatan berikut, "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah" (Yesaya 11:1), jelas ayat ini menunjuk kepada Mesias sebagai Seorang yang akan diturunkan dari Isai. Di sini, meskipun memakai bahasa kiasan, tetapi kebenaran yang dikandungnya sungguh jelas.
3. Dalam nubuatan tentang Mesias, masa depan sering dianggap sebagai masa lalu atau masa sekarang.
Bahasa lbrani sering mempergunakan pengertian "sudah" dalam menulis nubuatan. Nubuat-nubuat agung dari Yesaya 53 umpamanya, ditulis seakan-akan sudah terjadi. A.B. Davidson mengemukakan, "Penggunaan ini sangat biasa dalam bahasa yang muluk-muluk daripada nabi, yang iman dan imajinasi-nya demikian jelas memproyeksikan di depan mereka segala peristiwa atau kejadian yang mereka nubuatkan seperti tampaknya sudah terjadi. Ini bagian dari maksud Allah, dan oleh karena itu bagi nabi-nabi yang dapat memandangnya dengan jelas ini, peristiwa-peristiwa tersebut sama seperti sudah terjadi.
Gaya bahasa seperti ini menunjukkan bahwa peristiwa yang diramalkan dalam Perjanjian Lama itu pasti digenapi bahkan walaupun akan terjadi di masa depan dan bukan di masa lalu.
4. Seperti bentuk-bentuk nubuatan yang lain, nubuatan tentang Mesias sering dilihat secara horizontal dan bukan vertikal.
Dengan perkataan lain, walaupun urutan peristiwa dalam nubuatan itu pada umumnya dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi nubuatan tidak selalu memberikan jarak waktu yang mestinya ada di antara dua peristiwa besar yang disebutnya. Sebagaimana biasa dinyatakan, puncak-puncak gunung nubuatan dinyatakan begitu saja tanpa menyebutkan adanya lembah-lembah yang terdapat di antaranya. Oleh karena itu, nubuatan Perjanjian Lama bisa saja melompat dari peristiwa penderitaan Kristus langsung kepada kemuliaan-Nya tanpa menyebutkan jangka waktu yang terbukti dari sejarah memisahkan kedua peristiwa besar itu.
Fakta bahwa nubuatan tentang Mesias tidak selalu menyebutkan jangka waktu di antara beberapa peristiwa, digambarkan dalam kutipan Kristus dari Yesaya 61:1-2 di dalam Lukas 4:18-19. Ayat-ayat di Yesaya menghubungkan kedatangan pertama dan kedua dari Kristus tanpa sesuatu petunjuk bahwa di antara keduanya terdapat jangka waktu yang lebar. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa keduanya dipisahkan oleh jangka waktu paling sedikit lebih dari 1900 tahun. Kristus dalam kutipan-Nya menyebutkan aspek-aspek kedatangan pertama-Nya. Namun, secara tiba-tiba berhenti tanpa menyebutkan ayat selanjutnya mengenai "hari pembalasan Allah" yang menunjuk kepada hukuman di saat kedatangan kedua kali-Nya. Apabila dimengerti benar-benar, masalah dalam menafsirkan nubuatan tentang Mesias ini tidak begitu sulit. Namun, si penafsir harus juga hati-hati untuk mengambil kesimpulan. Kalau ada nubuatan yang kurang lengkap, perlu memeriksa dengan teliti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Garis Keturunan Mesias: Silsilah-Nya
Sebuah garis keturunan mengenai kedatangan Juru Selamat sudah diramalkan dalam Perjanjian Lama. Garis itu dimulai dari Adam dan Hawa, dan berjalan terus melalui fokus yang makin menyempit sampai semua faktor penting dinyatakan. Juru Selamat yang akan datang itu adalah keturunan perempuan (Kejadian 3:15); dalam garis keturunan Set (Kejadian 4:25); melalui Nuh (Kejadian 6-9); keturunan Abraham (Kejadian 12:1-3); lalu diteruskan melalui Ishak (Kejadian 17:19); Yakub (Kejadian 28:14); Yehuda (Kejadian 49:10); melalui Boas, Obed, Isai dan Daud (2 Samuel 7:12-13). Dari sini dan selanjutnya, kita perlu melihat garis silsilah di Perjanjian Baru (Matius 1:2-16; Lukas 3:23-38).
Kisah garis keturunan Juru Selamat yang akan datang ini pada satu pihak merupakan suatu demonstrasi tentang maksud dan ketetapan Allah yang berdaulat dalam melaksanakan kehendak-Nya. Sebaliknya, di sepanjang sejarah garis keturunan Kristus ini terlihat pula pekerjaan yang hendak merusaknya. Iblis mulai merusak umat yang baru diciptakan dengan membawa Adam dan Hawa ke dalam pencobaan dan kejatuhan (Kejadian 3:6). Kepada Adam dan Hawa yang jatuh itu Allah memberikan "protevangelium" yaitu petunjuk pertama tentang rencana Allah untuk memberikan Anak-Nya sebagai Juru Selamat. Keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala ular tersebut (Kejadian 3:15). Pekerjaan iblis selanjutnya dinyatakan dalam pembunuhan terhadap Habel dan perusakan oleh perbuatan Kain (Kejadian 4:8). Allah menerbitkan keturunan yang baru dalam kelahiran Set (Kejadian 4:25).
Garis keturunan Mesias di Perjanjian Lama harus diambil keseluruhannya. Nubuatan yang sangat luas bahwa "keturunan perempuan itu" akan meremukkan kepala ular adalah tidak jelas kecuali ditafsirkan oleh nubuatan selanjutnya. J. Barton Payne berkata,
"Walaupun pribadi Mesias belum jelas dinyatakan, tetapi juga tidak dikesampingkan. Pernyataan-pernyataan selanjutnya tidak menghapuskan atau memperbaiki pernyataan-pernyataan sebelumnya seolah-olah yang sebelumnya itu kurang diwahyukan; melainkan justru untuk menjelaskannya. Ayat dalam Kejadian 3:15 direncanakan oleh Roh Kudus sendiri. Ayat itu sederhana, tetapi benar dan selaras dengan penggenapannya di kemudian hari dalam satu pribadi, yaitu Kristus.
Kerusakan umat manusia berlangsung terus sampai zaman Nuh, dan juga garis keturunan Mesias. Di sini melalui pembinaan total -- kecuali keluarga N. Allah menyucikan umat manusia dan memelihara keturunan yang saleh (Kejadian 6-9). Kemudian umat manusia itu rusak lagi, dan Allah mulai kembali dengan memilih Abraham (Kejadian 12:1-3) melalui siapa maksud-Nya mengenai Mesias itu diteruskan. Kitab Kejadian mencatat garis sempit tentang keturunan Abraham: Ishak (Kejadian 17:19), Yakub (Kejadian 28:14); dan Yehuda (Kejadian 49:10). Perlawanan iblis terhadap rencana Allah ini nyata di dalam terlambatnya kelahiran Ishak, tersisihkannya Esau dan terpilihnya Yakub, dan di dalam perkara yang menodai Yehuda. Di dalam anugerah kedaulatan-Nya, sekalipun demikian Allah tetap menyatakan, "tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda" (Kejadian 49:10). Nubuatan Yakub, walaupun bahasanya agak kabur, jelas maksudnya bahwa Mesias akan datang melalui Yehuda.
Hengstenberg memulai karya klasiknya mengenai Kristologi dengan pernyataan, "dalam nubuatan-nubuatan tentang Mesias yang ada di dalam kitab Kejadian kita dapat melihat bahwa nubuatan-nubuatan itu makin lama makin jelas dan nyata. Ramalan tentang Mesias yang pertama, yang diucapkan segera sesudah kejatuhan Adam adalah juga yang paling tidak jelas." Apa yang kabur pada pertama kali dijadikan makin terang sebagaimana dibukakan dalam Perjanjian Lama itu sendiri.
Kisah Rut dan Boas merupakan contoh lain dari rencana ilahi yang berdaulat dalam garis keturunan Mesias. Dengan persiapan yang jelas dari Allah sendiri, garis keturunan Raja Daud dihubungkan dengan Yehuda. Dalam Alkitab, hanya sedikit kitab-kitab yang mengajarkan dengan contoh yang jelas tentang kedaulatan dan pengambilan tindakan dari Allah secara lebih melimpah daripada yang ditulis di kitab Rut.
Lukisan Perjanjian Lama tentang garis keturunan dari Daud sampai kepada Kristus tidak Iengkap. Namun, kekurangan ini lebih dari cukup dilengkapi oleh Perjanjian Baru. Yang khusus menarik perhatian adalah adanya dua garis keturunan dari Yusuf dan Maria yang keduanya berhubungan dengan Daud. Garis-garis keturunan itu dapat dijelaskan secara paling memuaskan dengan menyatakan bahwa yang ditulis oleh Matius adalah garis keturunan Yusuf, sedangkan Lukas menulis garis keturunan Maria. Dari penafsiran ini, tampaklah bahwa Yusuf merupakan keturunan Daud melalui Salomo, dan garis keturunan raja-raja Yehuda. Maria merupakan keturunan Daud melalui anak laki-laki Daud, Natan. Seluk beluk ini adalah suatu penggenapan yang mencolok dari nubuatan Perjanjian Lama. Kepada Daud Allah telah berjanji bahwa baik keturunannya maupun takhtanya akan sampai selama-lamanya (2 Samuel 7:12-16). Kepada Salomo, anak Daud, Allah menjanjikan bahwa takhta dan kerajaannya akan berlangsung selama-lamanya, tetapi sama sekali tidak menubuatkan keturunan Salomo. Ini dapat diterangkan di dalam kemurtadan raja-raja Yehuda. Yoyakim, raja Yehuda, dikutuk dengan keras karena dosanya dan Kitab Suci menyatakan: "Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud, dan mayatnya akan tercampak, sehingga kena panas di waktu siang dan kena dingin di waktu malam. Aku akan menghukum dia, keturunannya dan hamba-hambanya karena kesalahan mereka ..." (Yeremia 36:30-31). Konya, anak laki-laki Yoyakim, ditawan ketika Yerusalem jatuh dan garis keturunan raja-raja Yehuda berakhir di sana (bd. Yeremia 22:30). Persoalannya segera timbul: Bagaimana Allah dapat menggenapkan janji-Nya kepada Daud apabila garis keturunan ini terputus? Jawabannya ialah bahwasanya garis keturunan Mesias diteruskan dan dijaga kelanjutannya melalui Natan, bukan melalui Salomo dan keturunannya. Dari ini, hak sah atas takhta Daud disalurkan melalui Salomo dan Yoyakim kepada Yusuf, dan kepada "anak laki-laki" Yusuf, yaitu Kristus. Namun, secara badaniah keturunan itu disalurkan melalui Natan dan Maria kepada Kristus. Jadi, janji-janji Allah baik kepada Daud maupun kepada Salomo benar-benar digenapkan menurut apa yang tertulis dalam dan melalui Kristus. Hal ini sekaligus merupakan contoh jelas dari ketepatan nubuatan itu, di mana Allah mengetahui sebelumnya tentang dosa-dosa raja-raja Yehuda dan kutuk yang akan menimpa mereka, dan pada saat yang sama ditentukan bahwa Kristus akan dilahirkan dari seorang dara. Apabila Yesus adalah anak kandung Yusuf secara jasmani, maka Dia harus disisihkan karena kutuk yang telah menimpa Yoyakim.
Catatan-catatan Kitab Suci memberikan catatan yang tepat dan terpercaya tentang kualifikasi Kristus sebagai Pewaris atas janji- janji kepada Daud. Sarjana-sarjana konservatif setuju bahwa Kristus menggenapkan semua nubuatan ini, dan bahkan orang-orang Yahudi yang tidak percaya mengharapkan bahwa Mesias yang akan datang itu akan menggenapkan nubuatan-nubuatan itu. Silsilah orang-orang Yahudi tentu saja telah dimusnahkan ketika Yerusalem dihancurkan oleh orang-orang Romawi di tahun 70 M. Perjanjian Baru adalah satu-satunya catatan yang memberikan silsilah sah bagi Mesias.
Nubuatan-Nubuatan Tentang Kelahiran Kristus
Nubuatan-nubuatan mengenai kelahiran Kristus merupakan nubuatan-nubuatan yang cukup jelas di Perjanjian Lama. Nubuatan mengenai garis keturunan Juru Selamat yang diramalkan itu sendiri memberitahukan tentang kelahiran-Nya. Tempat kelahirannya jelas dinyatakan dalam Mikha 5:1 dan ayat itu begitu terang sehinGga kebanyakan orang tahu bahwa Bethlehem akan menjadi tempat kelahiran Mesias. Ahli Taurat dan imam-imam segera dapat memberitahukan Herodes tentang hal ini ketika orang-orang Majus datang menanyakan tempat kelahiran Raja Orang Yahudi.
Aspek-aspek lain dari kelahiran Kristus juga dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Yesaya meramalkan bahwa kelahiran-Nya akan merupakan suatu tanda: "Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu tanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yesaya 7:14). Di sini, baik aspek kemanusiaan dari inkarnasi itu, kehamilan dan kelahiran-Nya, dan aspek keilahiannya terang-terangan dinyatakan -- "Imanuel" atau "Allah menyertai kita".
Waktu kelahiran Mesias yang akan datang itu agaknya juga dinyatakan dalam batas-batas tertentu. Menurut Kejadian 49:10, Mesias harus datang (dilahirkan) sebelum pemerintahan Yahudi dihancurkan. Ini seperti ditunjukkan oleh penghancuran Yerusalem di tahun 70 M, yang mengakhiri seluruh pemerintahan Yahudi di Palestina selama berabad-abad. Nubuatan dari Daniel 9:25 -- bahwa enam puluh sembilan kali tujuh masa akan berlalu sebelum Mesias disingkirkan -- telah ditunjukkan sampai tuntas pada kematian Kristus. Walaupun tafsiran tentang nubuatan Daniel ini menyebabkan banyak perdebatan, tetapi disetujui oleh kebanyakan sarjana bahwa suatu tafsiran menurut apa yang tertulis akan menunjukkan kira-kira waktu dari umur hidup Yesus Kristus. Meskipun pernyataan ini tidak dimengerti sebelumnya; pada waktu itu sudah terdapat harapan yang meluas bahwa Mesias akan segera datang.
Jadi kita dapat melihat bahwa nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama, memberikan garis besar yang teliti tentang unsur-unsur utama yang berkenaan dengan kelahiran Mesias: tempatnya, waktunya, garis keturunannya, dan sifat kehamilan serta kelahiran-Nya yang ajaib.
Nubuatan-Nubuatan Tentang Pribadi Kristus
Kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu dari nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama mengenai pribadi Kristus. Dalam satu kalimat, di sana terdapat kesaksian yang cukup lengkap tentang kemanusiaan maupun keilahian-Nya. Pernyataannya sudah tentu tidak seterang atau sekuat pernyataan dalam Perjanjian Baru, tetapi sekalipun demikian unsur-unsur utamanya jelas.
Kemanusiaan Juru Selamat yang akan datang itu secara praktis ada dalam semua ayat mengenai Mesias. Dari Kejadian 3:15, di mana Mesias diuraikan sebagai keturunan perempuan, sampai kepada nubuatan-nubuatan para nabi Perjanjian Lama di kemudian hari, Mesias dinyatakan sebagai manusia. Pernyataan mengenai garis keturunan-Nya, hubungan-Nya dengan Israel, kelahiran-Nya di Betlehem dan gelar-Nya sebagai Anak memberikan kepastian bahwa maksud nubuatan-nubuatan itu hendak menyatakan kemanusiaan-Nya. Semua orang Yahudi memang mempunyai harapan bahwa Pelepas yang akan datang itu adalah Manusia, dilahirkan dari seorang ibu Yahudi.
Aspek yang menarik perhatian dari nubuatan-nubuatan itu ialah adanya kesaksian yang berulang-ulang tentang keilahian-Nya. Menurut Yesaya 7:14, Dia harus dilahirkan oleh seorang perempuan muda (perawan). Walaupun banyak kritikan terhadap nubuatan ini, tetapi kritikan yang melawan ayat ini mau tidak mau harus juga menganggap bahwa catatan dalam Injil Matius dan Lukas salah, apabila mereka mau "memasukakalkan" Yesaya 7:14.
Payne, sesudah membicarakan penafsiran Yesaya 7:14, mengikhtisarkan suatu tafsiran yang layak tentang ayat itu,
"Kelahiran Imanuel dinyatakan sebagai tanda ajaib (7:14); dan dengan mukjizat ini tidak ada peristiwa masa itu yang diketahui terjadi sama. Selanjutnya, Raja Ahas bersalah dalam kesalehan yang munafik dan melelahkan Allah; maka tanda yang ditunjukkan dimaksudkan sebagai ancaman, bukan sebagai janji. Ancaman ini tidak semata-mata ditujukan kepada Ahas saja, melainkan terhadap seluruh keluarga Daud (ay. 13), yaitu bila Mesias harus lahir, Dia akan makan "dadih dan madu", yang merupakan suatu tanda negeri yang kena malapetaka (malapetaka itu di sini disebabkan oleh orang-orang Romawi, sebagaimana ternyata kemudian), dan oleh karena itu berarti bahwa keluarga Daud akan kehilangan kekuatannya. Maka tanda itu kemudian akan menggantikan sekali buat selama-lamanya raja-raja keluarga Ahas yang cuma manusia Yahudi biasa, yaitu Mesias sendiri."
Maksud ayat ini terang sekali, yaitu hendak menyatakan bahwa Dia akan dikandung secara ajaib tanpa melalui seorang ayah manusia. Nubuat ini ajaib karena anak laki-laki yang akan dilahirkan itu bukan dikandung oleh seorang wanita menurut cara yang wajar, melainkan oleh seorang perawan sejati!
Mesias dinyatakan dalam Yesaya 7:14 sebagai layak mendapat gelar Imanuel -- Allah menyertai kita. Dalam Yesaya 9:5-6, Anak yang lahir, Putera yang diberikan, diuraikan sebagai "Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai". Nubuatan tentang kelahiran-Nya dalam Mikha 5:1, menguraikan Anak yang akan lahIr itu sebagai Seorang "yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala". Pernyataan ini merupakan pernyataan terkuat yang mungkin ada tentang keberadaan-Nya yang kekal sebelum Dia "dilahirkan" ke dunia. Gabungan kesaksian di atas ini dengan kesaksian-kesaksian lainnya memastikan hanya bila Dia datang, Mesias itu adalah Allah dan Manusia di dalam satu Pribadi.
Nubuatan-Nubuatan Tentang Kehidupan Kristus
Pernyataan yang menarik tentang kehidupan Kristus terdapat dalam banyak nubuatan mengenai Mesias yang menggambarkan sifat kehidupan-Nya. Pelayanan umum-Nya harus didahului oleh seorang utusan, "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku. Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1) Sebelumnya Yesaya telah berbicara tentang "suara yang berseru-seru: persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN" (Yesaya 40:3). Tidak diragukan lagi bahwa kedua ayat ini ditujukan kepada Yohanes Pembaptis (bd. Matius 3:3; 11:10; Markus 1:2; Lukas 7:27), dan keempat catatan Injil menulis penggenapan nubuatan ini.
Mesias yang akan datang itu dalam kehidupan-Nya harus menggenapi jabatan sebagai Nabi, Imam, dan Raja. Musa telah meramalkan kedatangan Nabi semacam itu (Ulangan 18:15-18), dan Perjanjian Baru secara khusus menunjuk kepada penggenapannya dalam Kristus (Yohanes 1:21; 4:29; 5:46; 6:14; 8:28; 14:24; Kisah Para Rasul 3:20-23). Keimaman Kristus diramalkan dalam seluruh sistem imamat yang diberikan oleh wahyu, pertama di zaman kepala keluarga sebagai imam dan kemudian menurut aturan Lewi. Nubuat yang diberikan dalam 1 Samuel 2:35 dapat digenapkan seluruhnya hanya oleh Kristus, bahkan meskipun sebagian digenapkan oleh Samuel sendiri. Nubuatan dari Mazmur 110:4 yang dikutip oleh lbrani 6:6, dan dibicarakan panjang lebar dalam kitab lbrani, jelas digenapkan dalam Kristus. Zakharia menggabungkan jabatan keimaman dan rajani dalam nubuatannya, "Dialah yang akan mendirikan bait TUHAN dan dialah yang akan mendapat keagungan dan akan duduk memerintah di atas takhtanya." (Zakharia 6:13) Konteks ayat ini menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah Kristus.
Jabatan rajani Kristus ini adalah yang mula-mula disebut dalam nubuatan dan yang paling menonjol dalam ramalan Perjanjian Lama. Mulai di zaman Abraham, Allah telah menyatakan bahwa raja-raja akan berada di antara keturunan Abraham. Kemudian, garis keturunan raja-raja itu dipersempit dalam keturunan Yehuda (Kejadian 49:10). Petunjuk tentang seorang Raja yang istimewa dalam Kejadian 49:10 dibuat lebih pasti dalam kitab Bilangan 24:17. Suatu pernyataan penting ditemukan dalam ramalan yang diberikan kepada Daud pada ayat-ayat terkenal di 2 Samuel 7:12-16. Di sini dinyatakan bahwa keluarga Daud akan ditetapkan dalam kedatangan Mesias yang takhta-Nya dan kerajaan-Nya akan sampai selama-lamanya. Sarjana-sarjana konservatif setuju bahwa penggenapan nubuatan-nubuatan ini hanya didapatkan dalam Kristus saja. Tafsiran ini tentu saja dikuatkan oleh Perjanjian Baru (Lukas 1:31-33) dan pokok pikirannya diteruskan di sepanjang sisa Perjanjian Lama juga.
Dalam Mazmur 2, Yehovah menyatakan bahwa Dia akan mendudukkan Anak-Nya di atas takhta Sion. Kekuasaan dan pemerintahan Raja itu diberitahukan lebih dahulu dalam Mazmur 110. Nubuatan mengenai pemerintahan-Nya di bumi adalah lengkap dalam ramalan tentang Mesias (Yesaya 2:1-4; 4:1-6; 49:7; 52:15). Dalam Yesaya 9:5-6 ditegaskan.
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan nama-Nya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaan-Nya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya."
Ayat-ayat ini mengumpulkan dalam satu pernyataan ramalan-ramalan tentang inkarnasi itu, tentang keilahian dan kekekalan Mesias, pemerintahan damai sejahtera-Nya yang akan datang di bumi, kebenaran dan keadilan kerajaan-Nya, dan fakta bahwa kerajaan itu akan menggenapkan janji-janji terhadap Daud. Janji-janji terhadap Daud dan ramalan tentang kerajaan duniawi dari Mesias adalah satu dan sama. Seluruh pasal 11 dari kitab Nabi Yesaya adalah sebuah gambar dari pemerintahan raja itu.
Yeremia mengulangi aspek-aspek utama yang sama tentang Mesias yang rajani ini.
"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepada-Nya: TUHAN-keadilan kita." (Yeremia 23:5-6).
Nubuatan ini mempunyai akibat istimewa ke atas Israel. Zakharia berbicara tentang Raja yang datang sebagai Juru Selamat dan Pelepas bagi umat-Nya, "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zakharia 9:9) Di sini, kita melihat Kristus dalam karakter-Nya sebagai Raja pada kedatangan pertama kali-Nya, bertentangan dengan ayat-ayat sebelumnya yang menunjuk kepada kerajaan itu sesudah kedatangan kedua kali-Nya. Ayat di atas ini digenapi dalam Perjanjian Baru (Matius 21:4-9; Markus 11:9-10; Lukas 19:37-38). Ramalan Perjanjian Lama mengenai Kristus sebagai Raja termasuk kedatangan pertama kali-Nya dan kerajaan sesudah kedatangan kedua kali-Nya.
Bahwa Mesias itu akan menjadi Juru Selamat dan Pelepas telah lama diramalkan dalam banyak bagian Perjanjian Lama dimulai dengan protoevangelium dalam Kejadian 3:15. Bahkan Ayub, yang barangkali hidup sebelum zaman Kitab Suci ditulis, mengenal pengharapan akan datangnya seorang Penebus (Ayub 19:25). Hampir semua ayat yang berkenaan dengan Mesias membicarakannya. Bagian terkenal yang meramalkan pekerjaan penyelamatan Kristus tentu saja adalah Yesaya 53.
Salah satu garis penting dari nubuatan mengenai Mesias yang akan datang itu tercakup dalam gambar dari Kristus sebagai batu penjuru dan alas. Bagian utama dari Perjanjian Lama tentang hal ini adalah Yesaya 28:14-18. Banyak ayat-ayat lain mendukung pernyataan tersebut (Kejadian 49:24; 1 Raja-Raja 7:10-11; Mazmur 118:22; Yesaya 8:14; Zakharia 4:7. Bandingkan dengan ayat-ayat di Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul 4:11; Roma 9:33; 11:11; Efesus 2:20; 1 Petrus 2:6-8). Pokok pikiran dalam ayat-ayat ini adalah bahwasanya Kristus akan membawa keamanan bagi Israel.
Perjanjian Lama memberikan perhatian banyak terhadap Mesias sebagai Hamba Yehovah. Ayat-ayat penting berkenaan dengan kebenaran ini. Lihat Yesaya 42:1-7; 49:1-7; 52:13-53:12. Perjanjian Baru sering menyindir nubuatan-nubuatan ini (Matius 8:17; 12:17-21; Lukas 22:37; Yohanes 12:38; Kisah Para Rasul 3:13,26; 4:27; 4:30; 8:32; Roma 10:13; 15:21; 1 Petrus 2:22-24). Istilah "Hamba Yehovah" sebagaimana didapatkan di dalam Perjanjian Lama kadang-kadang menunjuk kepada Israel, kadang-kadang kepada sisa orang Israel yang masih setia kepada Tuhan, kadang-kadang secara khusus kepada Mesias, dan dalam Yesaya 37:35, istilah ini menunjuk kepada Daud. Pokok pikiran utama dalam ramalan-ramalan ini adalah bahwa Kristus sebagai Hamba yang taat, melalui penderitaan dan kesetiaan-Nya Ia menebus umat-Nya.
Dalam hubungan dengan nubuatan-nubuatan tentang kerajaan Mesias di masa depan, dinyatakan bahwa Mesias akan melakukan banyak mukjizat besar. Kesaksian tentang ini tidak selalu dihubungkan khusus dengan Mesias, melainkan diberikan uraian mengenai keadaan waktu itu. Misalnya dalam Yesaya 35:5-6 tertulis, "Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak sorai; sebab mata air memancar di padang gurun ..." Konteks langsung dari ayat-ayat ini berhubungan dengan kerajaan Mesias, tetapi sekaligus menguraikan apa yang dilakukan oleh Mesias itu sendiri. Kristus meminta perhatian terhadap kepentingan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang ajaib sebagai suatu kesaksian mengenai diri-Nya (Yohanes 5:36).
Secara keseluruhan, Perjanjian Lama memberikan gambaran yang menarik tentang Mesias yang akan datang. Dia harus didahului oleh seorang utusan, menjadi Juru Selamat dan Pelepas, menjalankan jabatan Nabi, Imam dan Raja, menjadi batu penjuru dan alas, menggenapkan pengharapan akan datangnya seorang Hamba Yehovah yang akan menebus umat-Nya, dan melakukan banyak pekerjaan mukjizat dan pekerjaan baik. Pekerjaan dan pengajaran-Nya adalah untuk menyatakan kuasa dari Roh TUHAN (Yesaya 11 :2-3).
Nubuatan-Nubuatan Tentang Kematian Kristus
Bagian Perjanjian Lama yang memberitahukan tentang kematian Kristus terutama Mazmur 22 dan Yesaya 53, walaupun banyak ayat lain mendukung ajaran ini. Yesaya 53 menyuguhkan penderitaan Hamba Yehovah, menyatakan sebagian besar dari seluk-beluk penting tentang kematian Kristus. Dia akan dipukuli dengan kejam, "tertikam oleh karena pemberontakan kita" dan "diremukkan oleh karena kejahatan kits" (Yesaya 53:5). Penderitaan-Nya memberikan keselamatan dan kesembuhan (Yesaya 53:5). Dia membisu di hadapan para penganiaya-Nya laksana seekor domba dibawa ke pembantaian, nyawa-Nya sebagai korban dosa (Yesaya 53:10). Dia akan mati di antara penjahat-penjahat, dan kubur-Nya di antara orang kaya (Yesaya 53:9). Penderitaan-Nya bukan disebabkan oleh dosa-Nya sendiri, karena "ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya" (Yesaya 53:9b). Pendeknya, Yesaya memberikan catatan yang teliti mengenai seluk beluk penderitaan dan kematian Kristus lengkap dengan sebab-musabab teologis bagi kematian-Nya -- Dia mati karena dosa-dosa manusia, untuk memuaskan tuntutan Allah. Bahkan pemeriksaan sepintas lalu terhadap catatan Perjanjian Baru menunjukkan bahwa semua seluk-beluk nubuatan ini sudah digenapi.
Tatkala berada di kayu salib, Kristus sendiri mengutip dari Mazmur 22, dan ini menunjukan perhatian kita kepada nubuatan-nubuatan yang ada dalam Mazmur tersebut. Mesias akan ditinggalkan oleh Allah (Mazmur 22:2), dihina dan diejek (Mazmur 22:7-9), menanggung penderitaan yang tidak terkatakan (Mazmur 12:15-17), segala tulang-Nya terlepas dari sendinya (Mazmur 22:15), Dia menderita kehausan (Mazmur 22:16), tangan dan kakinya ditusuk -- suatu petunjuk tentang penyaliban (Mazmur 22:17), pakaian-Nya dibagi-bagi dan jubah-Nya diundi (Mazmur 22:10), Dia harus mati (Mazmur 22:16). Mazmur ini secara teratur memberikan gambaran jelas tentang penderitaan Kristus di kayu salib, yang digenapi setiap bagian sampai sekecil-kecilnya dalam peristiwa penyaliban yang dicatat oleh keempat Injil.
Banyak ayat-ayat lain yang bertebaran dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada kematian Kristus dan melengkapi gambaran nubuat ini. Dia akan dikhianati oleh sahabat-Nya (Mazmur 41:10), difitnah (Mazmur 35:11), dan diludahi (Yesaya 50:6), tulang-tulang-Nya tidak akan dipatahkan (Mazmur 34:21).
Tidak hanya Perjanjian Baru mencatat penggenapan nubuatan itu, tetapi Kristus sendiri melengkapkan gambaran nubuatan tentang kematian-Nya. Berkali-kali Dia meramalkan penyaliban-Nya (Matius 12:38-42; 16:21; 17:22-23; 20:18-19; 26:31; Markus 8:31; 9:31; 10:32-34; Lukas 9:22,44; 18:31-33; Yohanes 12:32-33). Hanya sedikit kejadian lain yang diberi gambaran begitu lengkap dan terperinci sebelum terjadi. Maka kita dapat mengatakan bahwa seluruh nubuatan mempunyai titik pusat pada penderitaan dan kematian Kristus.
Nubuatan-Nubuatan Tentang Kebangkitan Kristus
Walaupun banyak ayat dalam Perjanjian Lama yang memberitahukan lebih dahulu tentang kebangkitan Kristus, tetapi hanya sedikit yang ditulis khusus. Di antaranya yang penting ialah Mazmur 16:10, "Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan." Memang sudah biasa beberapa gelintir sarjana berusaha mengecilkan, dan kalau mungkin meniadakan unsur tentang Mesias dari nubuatan Perjanjian Lama. Oehler, misalnya, mengatakan bahwa dia tidak melihat petunjuk tentang adanya Mesias dalam Mazmur 16:10) A.B. Davidson tidak membicarakannya dalam tulisannya tentang nubuatan Perjanjian Lama. Bagaimanapun juga Perjanjian Baru menjadikannya jelas, kepada semua orang yang menerima bahwa Kitab Suci tidak pernah salah, bahwa Mazmur 16:10 terutama ditujukan kepada Kristus. Petrus, sesudah mengutip ayat ini dalam khotbahnya pada hari Pentakosta, menyatakan dengan terus terang bahwa ayat ini bukan untuk Daud, melainkan ditujukan kepada Kristus (Kisah Para Rasul 2:25-31). Paulus dalam khotbahnya di Antiokhia Pisidia menyatakan bahwa ayat ini untuk Kristus juga (Kisah Para Rasul 13:34-37). Maka di sini kita melihat suatu tafsiran dengan penyaksian ganda dari ajaran Petrus dan Paulus yang menerima ilham ilahi. Apabila Daud mati dan tubuhnya menjadi debu, maka Kristus mati dan hidup kembali dari antara orang mati.
Selain daripada itu, kebangkitan Kristus dinubuatkan dalam setiap ayat yang menggambarkan Kristus sebagai pemenang atas dosa dan kuasa jahat. Beberapa ayat menyatakan kebangkitan-Nya. Mazmur 22:23 meramalkan tentang Kristus, "Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah." Ayat ini dikutip dalam lbrani 2:12. Konteks dari Mazmur 22:23 dan Ibrani 2:12 adalah tentang kemenangan atas maut. Mazmur 118:22-24 menulis tentang "batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru". Juga ayat ini melukiskan kebangkitan sesudah penolakan. Yesaya 53:10 agaknya juga mengisyaratkan tentang kebangkitan-Nya. Sesudah menyebutkan kematian Hamba Yehovah, ayat itu meneruskan, "umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya." Sulit melihat bagaimana ayat ini dapat digenapkan secara harfiah sesudah kematian Kristus kecuali melalui kebangkitan.
Kesaksian Perjanjian Lama -- kecuali Mazmur 16:10 -- tentang kebangkitan Kristus agak kurang langsung. Namun Perjanjian Baru berulang-ulang meramalkan kebangkitan Kristus secara langsung. Ayat-ayat berikut yang diucapkan oleh Kristus sendiri menunjukkan lengkapnya nubuatan kebangkitan itu: Matius 12:38-40; 16:21; 17:9,23; 20:19; 26:32; 27:63; Markus 8:31; 9:9; 9:31; 10:33-34; 14:58; Lukas 9:22; 18:33; Yohanes 2:19-21. Kebangkitan Kristus -- sama seperti kematianNya -- merupakan penggenapan rencana Allah yang sudah ditentukan sebelumnya.
Nubuatan-Nubuatan Tentang Kemuliaan-Nya
Perjanjian Lama penuh dengan ayat-ayat tentang kemuliaan Allah. Banyak di antara ayat-ayat ini dikenakan kepada Allah Tritunggal, tetapi ada juga yang merupakan nubuatan mengenai Mesias. Nubuatan-nubuatan besar dari Perjanjian Lama mengenai kerajaan mulia yang akan datang itu sendiri sebenarnya merupakan kesaksian terhadap kemuliaan Sang Raja. Salah satu maksud inti dari kerajaan seribu tahun ialah untuk menyatakan kemuliaan Allah dan kemuliaan Anak Allah. Misalnya Mazmur 24, meramalkan datangnya Raja Kemuliaan, dan konteksnya menunjukkan bahwa hal itu terutama menunjuk kepada Anak Allah. Mazmur 72 yang berisi pemandangan umum tentang kerajaan yang akan datang itu, menutup dengan berkat, "Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi." Yesaya meramalkan, "Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan." (Yesaya 4:2a) "Tunas" di sini agaknya menunjuk kepada Kristus. Yesaya bertanya, "Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah, dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatannya yang besar?" (Yesaya 63:1). Jelas dengan melihat konteksnya, ayat ini ditujukan kepada Mesias. Daniel memberikan suatu gambaran yang luas, "Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah." (Daniel 7:14)
Karena begitu banyak ayat-ayat tentang kemuliaan Mesias, yang sangat kontras dengan penderitaan-Nya, maka rasul Petrus menyebutkan persoalan ini, "Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu" (1 Petrus 1:10-11). Dengan perkataan lain, nabi-nabi Perjanjian Lama sendiri, yang menyadari adanya dua macam nubuatan, yaitu tentang penderitaan dan kemuliaan Kristus, tidak dapat menyelaraskan kontradiksi ini.
Perjanjian Baru menguatkan kemuliaan yang akan datang ini, yang akan terjadi sesudah penderitaan. Kristus pada saat kenaikan-Nya ke surga kembali ke kemuliaan. Kitab Suci sering menyebutkan saat kemuliaan-Nya sekarang di surga (Markus 16:19; Lukas 24:51; lbrani 4:14; 9:24; 1 Petrus 3:22). Dari keadaan kemuliaan ini, Dia akan kembali untuk menjemput gereja-Nya (Yohanes 14:1-3; 1 Korintus 15:51-52; 1 Tesalonika 4:13-18). Sesudah gereja diangkat ke dalam kemuliaan, gereja akan diadili oleh Kristus (1 Korintus 3:12-15; 9:16-27; 2 Korintus 5:8-10; Wahyu 3:11). Lalu, Kristus akan kembali kedua kalinya ke bumi dengan segala kemuliaan (Matius 26:64; Lukas 21:27; Kisah Para Rasul 1:11). Sesudah memerintah di bumi, dimulailah pemerintahan yang kekal (1 Korintus 15:24-28). Bagaimanapun juga, dari saat kenaikan-Nya, Kristus berada dalam keadaan mulia-Nya dan segala pekerjaan serta penampakkan diri-Nya sesuai dengan kemuliaan-Nya. Perjanjian Baru menambahkan banyak seluk-beluk terhadap garis besar nubuatan ini, tetapi fakta tentang kemuliaan-Nya juga dikuatkan oleh Perjanjian Lama.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Yesus Kristus Tuhan Kita |
Judul artikel | : | Jenis-Jenis Utama dari Nubuatan Tentang Mesias |
Pengarang | : | John F. Walvoord |
Penerbit | : | YAKIN, Surabaya, t.th |
Halaman | : | 71 - 85 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA