DAL - Pelajaran 03

Nama Kelas : Doktrin Alkitab Lanjutan
Nama Pelajaran : Kitab-Kitab Apokrifa
Kode Pelajaran : DAL-P03

Pelajaran 03 -- Kitab-Kitab Apokrifa

Daftar Isi

  1. Pengertian dan Kedudukan Kitab-Kitab Apokrifa
    1. Pengertian Apokrifa
      1. Nonkomunal
      2. Nonkanonikal
    2. Kedudukan Kitab-Kitab Apokrifa
    3. Protokanonika dan Deuterokanonika
  2. Sejarah Kitab-Kitab Apokrifa
  3. Macam-Macam Kitab Apokrifa
    1. Apokrifa Perjanjian Lama (PL)
    2. Apokrifa Perjanjian Baru (PB)
  4. Alasan Menolak Kitab Apokrifa
    1. Fakta Alkitab
      1. Perjanjian Lama
      2. Perjanjian Baru
    2. Fakta Penolakan dari Bapa-Bapa Gereja
      1. Yosefus (37-100 M)
      2. Origen (185-254 M)
      3. Eusebius dan Athanasius (260-373M)
    3. Lain-lain
      1. Philo (20 sM - 40 M)
      2. Yerome (340 - 420 M)
      3. Konsili-Konsili Gereja
  5. Manfaat Kitab Apokrifa

Doa

Pelajaran 03: Kitab-Kitab Apokrifa

  1. Pengertian dan Kedudukan Kitab Apokrifa
    1. Pengertian Apokrifa
    2. Istilah "apokrifa" berasal dari bahasa Yunani apokrufos, artinya "tersembunyi". Ada dua implikasi dari arti istilah ini:

      1. Nonkomunal
      2. Kitab-kitab yang "disembunyikan" karena sifatnya yang tidak dipahami atau diketahui secara umum.

      3. Nonkanonikal
      4. Kitab-kitab yang "disembunyikan" karena kitab-kitab tersebut tidak pernah diakui sebagai kitab-kitab kanon oleh orang-orang Ibrani.

      Jadi, pada umumnya, Kitab-kitab Apokrifa dipahami sebagai sejumlah kitab yang ditambahkan dalam Alkitab. Kitab-kitab ini yang ditulis pada masa intertestamental (masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), yaitu antara tahun 300 sM - 100 M. Jumlah kitab-kitab tersebut tidak jelas karena tergantung dari pengakuan masing-masing kelompok. Kebanyakan kitab-kitab itu ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi kemudian dikenal juga dalam bahasa Yunani, Latin, Etiopia, Kupti, Arab, Siria, dan Armenia.

    3. Kedudukan Kitab-Kitab Apokrifa
    4. Sampai pada abad ke-16, pendirian orang Kristen terhadap kedudukan kitab-kitab Apokrifa sebagai kanon masih sedikit terombang-ambing. Namun sebenarnya, sejak awal masa gereja mereka sudah ditolak sebagai kitab-kitab kanon. Saat itu, gereja menerimanya hanya sebagai kitab-kitab yang boleh dibaca untuk memberi manfaat rohani secara pribadi, bukan sebagai bagian dari kitab-kitab Kanon (Alkitab).

    5. Protokanonika dan Deuterokanonika
    6. Ada dua istilah lain yang perlu dimengerti sehubungan dengan Kitab-kitab Apokrifa, yaitu Protokanonika dan Deuterokanonika. Protokanonika adalah proses kanonisasi yang pertama (Yunani: protos -- first) untuk menetapkan atau mengakui kitab-kitab orang Yahudi (yang sekarang menjadi seluruh Perjanjian Lama dalam Alkitab) sebagai firman Allah. Sedangkan Deuterokanonika adalah kanonisasi kedua yang dilakukan karena ada bapa-bapa gereja yang tidak puas dengan Protokanonika.

      Pada Protokanonika ditetapkan bahwa Kitab-kitab Apokrifa tidak diterima sebagai kitab-kitab kanon (Alkitab Yahudi/PL). Namun, ada bapa-bapa gereja yang tidak puas dengan keputusan tersebut sehingga pada Deuterokanonika mereka menetapkan Kitab-kitab Apokrifa untuk diterima sebagai tambahan dari kitab-kitab Kanon. Ini berlaku hingga sekarang oleh gereja-gereja Katolik, dan umumnya kitab-kitab ini diletakkan di tengah di antara kitab-kitab PL dan PB. Namun, gereja-gereja Kristen tetap menolak hingga hari ini.

  2. Sejarah Kitab-Kitab Apokrifa
  3. Sejak abad kedua Sebelum Masehi hingga abad keempat Sesudah Masehi, Kitab-kitab Apokrifa cukup banyak dibaca, baik di kalangan orang Yahudi maupun di kalangan orang-orang Kristen. Pengarang-pengarang kitab-kitab itu tidak diketahui namanya. Dari kitab-kitab itu sendiri dikatakan dikarang oleh atau berhubungan dengan salah satu tokoh dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru, misalnya Yesaya, Musa, Henokh, Petrus, Thomas dll..

    Semua Kitab Apokrifa terdapat dalam Kanon LXX (Septuaginta), tetapi dikeluarkan dari Kanon Perjanjian Lama Ibrani oleh Sidang di Yamnia. Apokrifa mencakup kitab-kitab yang tidak diakui otoritas keilahiannya dan ditolak dalam Protokanonika. Protokanonika menetapkan atau mengakui kitab-kitab orang Yahudi (yang sekarang menjadi seluruh Perjanjian Lama dalam Alkitab) sebagai firman Allah. Sedangkan Deuterokanonika adalah kanonisasi kedua yang dilakukan karena ada Bapa-bapa Gereja yang tidak puas dengan Protokanonika. Mereka beranggapan harusnya ada kitab-kitab lain yang juga diakui sebagai firman Allah. Dengan demikian, Deuterokanonika memasukkan Kitab-kitab Apokrifa ke dalam kanon mereka. Gereja Katolik menerima Deuterokanonika karena ada 2 ajaran Gereja Katolik yang didukung dalam kitab apokrifa, yaitu:

    1. Mendoakan orang mati (surat Makabe).
    2. Keselamatan melalui perbuatan (Tobit).

    Kitab-kitab apokrifa ini jelas ditolak dan terpisah dari Alkitab Ibrani sehingga orang-orang Ibrani tidak menganggap Kitab-kitab apokrifa sebagai bagian dari kanon Perjanjian Lama.

  4. Macam-Macam Kitab Apokrifa
  5. Kitab-kitab Apokrifa terdiri dari sekumpulan buku yang beraneka ragam. Kita akan melihat macam-macam dari kitab Apokrifa yang ada di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

    1. Apokrifa Perjanjian Lama (PL)
    2. Kitab-kitab ini ditulis antara tahun 300 sM - 100 M dan kebanyakan tidak diketahui penulisnya. Kitab-kitab ini berjumlah 15 buah dan dimasukkan ke dalam versi Septuaginta abad ke-4. Apokrifa Perjanjian Lama dibagi ke dalam 5 jenis, yaitu: Pengajaran (Didaktik), Roman Religius (Romantis), Sejarah, Nubuatan, dan Dongeng (Legenda)

      Nama-nama kitab tersebut adalah sebagai berikut
      - Kebijaksanaan Salomo (kira-kira tahun 30 sM)
      - Eklesiastikus (Sirakh) (132 sM)
      - Tobit (kira-kira tahun 200 sM)
      - Yudit (kira-kira tahun 150 sM)
      - 1 Esdras (kira-kira 150-100 sM)
      - 1 Makabe (kira-kira tahun 110 sM)
      - 2 Makabe (kira-kira 110-70 sM)
      - Barukh (kira-kira 150-50 sM)
      - Surat Nabi Yeremia (300-100 sM)
      - 2 Esdras (kira-kira tahun 100)
      - Tambahan pada Ester (140-130 sM)
      - Doa Azaria (abad kedua atau pertama sM) (Kidung Tiga Pemuda)
      - Susana (abad kedua atau pertama sM)
      - Dewa Bel dan Naga (kira-kira 100 sM)
      - Doa Manasye (abad kedua atau pertama sM)

    3. Apokrifa Perjanjian Baru (PB)
    4. Tidak ada daftar yang pasti untuk kitab-kitab Apokrifa PB. Kebanyakan kitab-kitab itu berisi fiksi religius, yang digunakan untuk memenuhi keingintahuan mereka tentang peristiwa-peristiwa kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus yang tidak dituliskan dalam Injil kanon. Juga, cerita-cerita tentang akhir kehidupan para rasul yang tidak diceritakan dalam kitab kanon PB.

      Nama-nama kitab Apokrifa Perjanjian Baru di antaranya adalah:
      - 1 and 2 Clement
      - Shepherd of Hermas
      - Didache, Teaching of the Twelve
      - Epistle of Pseudo Barnabas (Injil Barnabas)
      - dll..

      Dokumen-dokumen ini sudah beredar di antara gereja-gereja pada sekitar tahun 50–150M. Bentuknya banyak berupa surat, injil, memoar, apokalipsis, homili, dan kumpulan ajaran-ajaran. Beberapa dokumen tersebut berasal dari para rasul, tetapi tidak semuanya. Kebanyakan digunakan untuk merepresentasikan suatu ringkasan ajaran dari gereja tertentu, karena tujuannya adalah untuk memperluas, menafsirkan, dan menerapkan ajaran para rasul sesuai dengan kebutuhan umat Kristen saat itu. Oleh para ahli Alkitab kumpulan buku-buku ini disebut "pseudepigraf" yang berarti buku yang keliru. Walaupun tulisan-tulisan ini tidak semena-mena ditolak oleh gereja, tetapi pada prinsipnya tidak pernah diterima secara universal.

  6. Alasan Gereja Kristen Menolak Kitab Apokrifa
  7. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Kitab-kitab Apokrifa tidak masuk sebagai kitab-kitab Kanon. Kita mengetahui bahwa kelompok Yahudi tidak pernah mempertimbangkan Apokrifa sebagai bagian dari Kitab Suci. Beberapa alasan penolakan adalah sbb.:

    1. Fakta Alkitab
    2. Jika diselidiki dalam Alkitab, maka kitab-kitab Apokrifa tidak pernah dikutip atau disebutkan oleh penulis-penulis Alkitab, dan tentu ini menjadi salah satu pertimbangan utama atas penolakan terhadap Kitab-kitab Apokrifa. Berikut adalah alasan penolakan dari sudut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:

      1. Perjanjian Lama
      2. - Kitab-kitab itu tidak dimasukkan ke dalam Kanon PL Ibrani.
        - Tidak ada bukti bahwa Apokrifa dimasukkan dalam Septuaginta abad ke-2.
        - Yesus tidak pernah menyebutkan/mengutip isi kitab-kitab itu.
        - Penulis-penulis PB juga tidak ada yang mengutipnya.
        - Tidak ada klaim "inilah firman Tuhan" dalam kitab-kitab tersebut.
        - Adanya kesalahan-kesalahan dalam fakta sejarah, kronologi, dan peta bumi.
        - Kisah-kisahnya bersifat khayalan atau dongeng.
        - Ajaran moralnya rendah.

      3. Perjanjian Baru
      4. - Hanya dikenal secara lokal.
        - Hanya dianggap semi kanon.

    3. Fakta Penolakan dari Bapa-Bapa Gereja
      1. Yosefus (37-100 M)
      2. Yosefus secara tegas menolak Kitab-kitab Apokrifa dan tidak pernah mengutipnya sebagai Kitab Suci.

      3. Origen (185-254 M)
      4. Origen menerima kitab-kitab Kanon Perjanjian Lama tetapi tidak menerima Kitab-kitab Apokrifa. Ditegaskan bahwa gereja hanya menerima kanon yang sama seperti yang sudah diturunkan oleh pendahulu-pendahulunya, yaitu orang-orang Yahudi abad pertama.

      5. Eusebius dan Athanasius (260-373M)
      6. Demikian juga Bapa-bapa Gereja dari Timur abad 4 menolak Kitab-kitab Apokrifa untuk dimasukkan dalam kitab kanon. Mereka mengikuti tradisi yang sama dari gereja-gereja sebelumnya.

    4. Lain-lain
      1. Philo (20 SM -40 M)
      2. Philo sebagai filosof sangat banyak mengutip PL dan mengakui PL, tetapi tidak pernah mengutip Kitab-kitab Apokrifa sebagai kitab yang diinspirasikan.

      3. Yerome (340 - 420 M)
      4. Yerome sebagai sejarahwan menempatkan Kitab-kitab Apokrifa di bagian yang berbeda dari Kitab-kitab Kanon karena dianggap tidak sama derajatnya.

      5. Konsili-konsili Gereja
      6. Di antaranya, Konsili Gereja Nicea dan Yamnia tidak mengakui Kitab-kitab Apokrifa.

    Dari alasan-alasan di atas, maka jelas bahwa Kitab-kitab Apokrifa tidak diterima gereja Kristen dengan kedudukan yang sejajar dengan Kitab-kitab Kanon karena kebenarannya sulit dipertanggungjawabkan baik dari sisi doktrin iman Kristen, nubuatan PL, maupun sejarah.

  8. Manfaat Kitab Apokrifa
  9. Sekalipun gereja tidak menerima Kitab-kitab Apokrifa sebagai kitab-kitab Kanon, apabila dibaca, kitab-kitab ini bisa memiliki nilai dan manfaat, misalnya:

    1. Menjadi catatan/dokumentasi kekristenan yang paling awal.
    2. Memberi gambaran gereja secara umum setelah zaman para rasul.
    3. Sebagai jembatan bagi tulisan-tulisan Perjanjian Baru dengan tulisan Bapa-bapa Gereja abad ke-3 dan ke-4.
    4. Mempunyai nilai sejarah untuk hal-hal praktis dan siasat gereja mula-mula.
    5. Memberikan informasi mengenai tradisi hikmat Yahudi saat berada di masa pembuangan di Babel.

    Sampai saat ini, gereja-gereja Kristen tidak mendorong jemaat untuk membaca Kitab-kitab Apokrifa, bahkan banyak jemaat Kristen yang tidak paham tentang keberadaan kitab-kitab ini.

Akhir Pelajaran (DAL-P03)

Doa

"Tuhan Yesus, saat ini aku datang kepadamu dan memohon agar Engkau semakin meneguhkan aku melalui firman-Mu yang tertulis di dalam Alkitab. Tolonglah agar aku tidak henti-hentinya belajar tentang kedalaman firman-Mu sehingga hidupku semakin berkenan dan memuliakanmu. Amin."

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA