Menulis bukanlah pelajaran favorit saya saat masih kecil. Saya tidak membencinya, tetapi saya juga tidak pernah membayangkan akan menyukainya. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menemukan betapa besar kekuatan dan sukacita yang hadir melalui kegiatan menulis. Ada satu pertanyaan yang terus mengganjal di benak saya: bagaimana cara menjadi penulis yang baik? Apa yang perlu dilakukan untuk melatih kemampuan menulis?
Banyak orang menekankan hal penting ini: "penulis itu menulis." Tetapi jika seseorang sudah menulis, bagaimana cara menjadi lebih baik? Beberapa waktu lalu, saya membaca buku sekuler berjudul Grit, dan di salah satu babnya saya menemukan jawaban yang saya cari. Ternyata, Benjamin Franklin pernah merancang cara praktis untuk melatih keterampilan menulis, dan saya pikir metodenya layak dibagikan.
Bagaimana Benjamin Franklin Menjadi Penulis yang Lebih Baik?
Dalam autobiografinya, Franklin menggambarkan metode sederhana tetapi efektif yang dia gunakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Latihan pertama yang dia jelaskan terdiri atas langkah-langkah berikut:
- Temukan sebuah tulisan yang Anda kagumi (pilih yang pendek hingga sedang, misalnya sebuah esai).
- Buat catatan singkat untuk setiap kalimat.
- Biarkan jeda satu atau dua hari.
- Cobalah menulis ulang karya aslinya hanya dengan menggunakan catatan Anda.
- Bandingkan hasil tulisan ulang Anda dengan teks asli untuk melihat bagian yang dapat diperbaiki.
Metode sederhana ini sangat brilian untuk meningkatkan kemampuan menulis. Pada dasarnya, Anda memanfaatkan tulisan orang lain untuk memperoleh umpan balik instan terhadap tulisan Anda sendiri. Latihan ini membantu Anda memahami berbagai pilihan yang dibuat penulis saat berusaha menggambarkan kenyataan maupun gagasan abstrak. Karena kebanyakan dari kita tidak memiliki guru bahasa yang selalu siap meninjau tulisan, menulis ulang sebuah esai lalu membandingkannya dengan versi aslinya menjadi cara yang berguna untuk mengenali bagian yang perlu ditingkatkan sebagai penulis.
Jika Anda ingin mencobanya, temukan artikel di Desiring God yang Anda sukai dan lihat apakah Anda dapat menulis ulang artikel tersebut. Anda akan terkejut oleh wawasan yang muncul tentang gaya menulis Anda hanya dengan melakukan latihan ini satu kali.
Latihan Menulis: Menganalisis Logika dan Struktur
Mendapatkan umpan balik umum atas tulisan Anda sering kali belum memadai. Anda perlu menguji kemampuan menyusun argumen yang logis sekaligus cara mengatur sebuah tulisan. Latihan kedua ini mirip dengan latihan sebelumnya, dengan beberapa penambahan penting:
- Temukan tulisan yang Anda kagumi (pilih yang pendek hingga sedang, misalnya sebuah esai).
- Buat catatan singkat untuk setiap kalimat. Tulis catatan setiap kalimat pada kartu catatan atau catatan tempel terpisah.
- Beri jeda sekitar tiga hari.
- Acak kartu catatan atau catatan tempel Anda.
- Susun kembali catatan tersebut dalam urutan yang logis.
- Tulis ulang tulisan itu hanya dengan berbekal catatan Anda.
- Bandingkan hasil tulisan ulang Anda dengan teks asli untuk melihat bagian yang dapat Anda perbaiki.
Sebenarnya, proses ini hampir sama dengan latihan pertama, hanya saja Anda mengacak catatan terlebih dahulu. Langkah tambahan ini memaksa Anda memikirkan kembali cara mengatur tulisan: alurnya, hubungan antargagasan, dan perpindahan paragraf. Struktur dan logika adalah kunci dalam menulis yang baik, dan latihan ini membuat Anda "membongkar" keduanya lalu merakitnya kembali.
Saya pernah menulis tentang pentingnya menganalisis argumen sebuah ayat Alkitab dalam studi pribadi. Saya juga menulis ulasan lengkap tentang berbagai pola untuk mengatur pengajaran atau khotbah. Latihan ini melatih kemampuan Anda mengorganisasi pikiran. Pemikiran yang jernih hampir selalu menghasilkan tulisan yang jernih.
Latihan Menulis Melalui Puisi
Akhirnya, Franklin memperkenalkan latihan yang menurut saya paling menarik dari semuanya. Latihan pertama memberi umpan balik langsung tentang tulisan, latihan kedua melatih logika dan struktur, sedangkan latihan terakhir ini bertujuan memperluas penguasaan bahasa itu sendiri. Prosesnya bahkan lebih singkat daripada dua latihan sebelumnya:
- Ambil sebuah cerita (atau bentuk prosa lainnya), lalu tulis ulang sebagai puisi.
- Biarkan waktu berlalu cukup lama hingga Anda lupa cerita aslinya.
- Ubah kembali puisi Anda menjadi bentuk naratif.
- Bandingkan hasilnya dengan cerita asli.
Saya menyukai latihan ini karena Anda diminta menulis puisi berdasarkan teks non-puisi. Bagaimana latihan ini dapat membantu? Puisi sarat dengan metafora, imaji, dan bahasa yang dirancang untuk melibatkan kelima indra. Saat Anda mengubah teks non-puisi menjadi puisi, Anda dipaksa menggunakan semua alat tersebut dan bertanya kepada diri sendiri: "Jika peristiwa, baris, atau konsep ini adalah puisi, apa yang akan disampaikannya? Bagaimana saya dapat menggunakan bahasa yang menggugah indra untuk melukiskan hal yang sama seperti dalam teks aslinya?"
Menariknya, Alkitab sering melakukan hal serupa. Setelah penyeberangan Laut Merah, misalnya, muncul puisi panjang yang menanggapi sekaligus menafsirkan peristiwa sebelumnya. Alkitab kerap memakai bentuk puisi dan narasi untuk menggambarkan peristiwa yang sama dari sudut yang berbeda. Bahkan jika Anda tidak pernah menjadi penyair, latihan ini akan memperkaya kemampuan menulis dengan memaksa Anda berpikir secara puitis.
Bagaimana Jika Anda Tidak Memiliki Waktu?
Begitulah cara Benjamin Franklin meningkatkan kemampuan menulisnya. Saya tidak tahu bagaimana dengan Anda, tetapi saya pun tidak selalu memiliki waktu luang untuk melakukan latihan tambahan demi melatih keterampilan menulis. Beruntung, orang Kristen dapat mempraktikkan latihan-latihan ini selagi menjalankan disiplin rohani mereka sehari-hari.
Tulis Pengajaran Berdasarkan Sebuah Ayat Alkitab
Latihan pertama ini paling mudah dilakukan:
- Bacalah satu ayat atau bagian dari firman Tuhan.
- Buat catatan selama Anda mempelajarinya.
- Beberapa hari kemudian, tulislah pengajaran singkat berdasarkan ayat tersebut hanya dari catatan Anda.
- Bandingkan hasil tulisan Anda dengan firman Tuhan untuk melihat apakah ada kebenaran yang terlewat.
Menuliskan Hasil Studi Firman Tuhan
Salah satu alasan saya memiliki seri pengajaran berkelanjutan di situs web ini adalah untuk mendorong diri saya melakukan latihan pertama Franklin. Studi firman Tuhan sangat penting bagi setiap orang Kristen, tetapi ada banyak manfaat tambahan ketika Anda menuliskan apa yang Anda pelajari dalam bentuk pengajaran. Setelah menyelesaikan studi, tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana saya akan menyampaikan kebenaran ini kepada orang lain?"
Selalu ada kesempatan untuk mengajar dan membagikan kebenaran kepada sesama. Anda tidak harus menjadi pendeta atau guru sekolah Minggu untuk melakukannya. Bagikan kebenaran itu di rumah Anda, di kelompok kecil, atau di percakapan sehari-hari. Proses menuliskan hasil studi firman Tuhan tidak hanya membantu Anda mengingat kebenaran Allah dengan lebih baik dan lebih lama, tetapi juga menumbuhkan kemampuan menulis Anda.
Buat Kerangka dari Sebuah Ayat atau Khotbah
Demikian pula, Anda dapat mempraktikkan latihan kedua Franklin dengan membuat kerangka. Menyusun kerangka memaksa Anda memikirkan bagaimana sebuah ayat atau khotbah disusun. Berikut langkah-langkahnya:
- Bacalah satu ayat dari firman Tuhan atau dengarkan sebuah khotbah.
- Buat catatan mengenai struktur ayat atau khotbah tersebut dalam bentuk kerangka.
- Biarkan beberapa hari berlalu sebelum Anda kembali ke bagian yang sama.
- Buat kerangka kedua, lalu bandingkan dengan yang pertama.
Pentingnya Membuat Kerangka dalam Studi Alkitab
Membuat kerangka adalah salah satu cara terpenting dalam mempelajari firman Tuhan. Saat saya mempersiapkan khotbah, hal pertama yang saya lakukan adalah menyusun kerangkanya. Anda perlu memahami struktur, logika, dan alur teks terlebih dahulu. Namun, manfaat tambahan dari membuat kerangka adalah kebiasaan ini menolong Anda menjadi penulis yang lebih baik.
Saya tidak akan menulis apa pun di situs web ini tanpa terlebih dahulu memiliki struktur dan alur yang jelas di pikiran saya. Terkadang, rencana itu berubah saat proses menulis berlangsung, tetapi tanpa arah yang jelas sejak awal, menulis satu halaman pun bisa terasa sangat sulit.
Tulis Nyanyian Pujian dan Lagu Rohani Berdasarkan Firman Tuhan
Latihan menulis ketiga dari Franklin sebenarnya paling mudah diterapkan oleh orang Kristen. Kita dipanggil untuk "Nyanyikanlah lagu yang baru dari TUHAN." Dari pengalaman saya, lagu-lagu terbaik selalu berakar pada firman Tuhan. Jadi, cobalah langkah-langkah berikut:
- Temukan ayat atau bagian firman Tuhan yang menginspirasi Anda.
- Ubah ayat tersebut menjadi sebuah nyanyian pujian atau lagu rohani.
Anda tidak harus membagikan lagu yang Anda tulis kepada seluruh jemaat, tetapi Anda tentu boleh melakukannya. Allah layak menerima pujian tanpa batas, sehingga kita tidak akan pernah memiliki terlalu banyak lagu untuk dinyanyikan bagi-Nya. Tulis lagu baru—lagu pribadi untuk Tuhan—yang berakar pada janji-janji dalam firman-Nya. Seiring Anda melakukannya, Anda akan mendapati bahwa kemampuan menulis dan penggunaan bahasa Anda pun berkembang.
Kesimpulan
Menulis jarang terasa mudah, tetapi saya menemukan bahwa hal itu hampir selalu membuahkan hasil. Menulis adalah saluran kreativitas yang Tuhan berikan kepada manusia untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan perenungan mereka. Allah memilih untuk menyatakan diri-Nya secara langsung melalui firman tertulis-Nya, dan Sang Firman—Yesus Kristus—menjadi wujud sempurna dari penyataan itu. Karena itu, orang Kristen seharusnya menghargai dan berupaya mengembangkan keterampilan menulis serta membaca. Ada banyak cara untuk melakukannya, tetapi saya berharap kiat-kiat praktis yang digunakan Franklin dapat berguna juga bagi pertumbuhan Anda.
(t/Jing-jing)
| Diterjemahkan dari: | ||
| Nama situs | : | The Average Churchman |
| Alamat situs | : | https://theaveragechurchman.com/practical-ways-to-practice-writing/ |
| Judul asli artikel | : | Practical Ways to Practice Writing |
| Penulis artikel | : | Adam Nesmith |