Arti Gelar Anak Allah
Gelar Anak Allah dipakai oleh beberapa pihak. Penggunaannya bergantung kepada adat kebudayaan sehingga berbeda pula artinya. Sehubungan dengan arti gelar Anak Allah, William Barclay dalam bukunya Jesus as They Saw Him, mendaftarkan beberapa penggunaan gelar tersebut. Dalam Perjanjian Lama, malaikat-malaikat disebut anak Allah. Gelar itu tidak dipakai untuk seorang demi seorang (Ibrani 1:5), melainkan untuk malaikat secara keseluruhan. "Maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu (Kejadian 6:2). Pada awal cerita Ayub, anak-anak Allah menghadap Allah (Ayub 1:6). Pada waktu penciptaan alam semesta, bintang-bintang fajar dan anak-anak Allah bersorak-sorai bersama (Ayub 38:7). Para malaikat disebut anak Allah. Memang harus diingat bahwa ada beberapa tafsiran mengenai Kejadian 6:2. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel disebut anak Allah. Sebutan itu dituntut oleh Allah terhadap Firaun (Keluaran 4:22-23). Ketika masih kanak-kanak, Israel dikasihi oleh Allah. Dan Dia memanggil mereka dari Mesir (Hosea 11:1). Umat pilihan Allah disebut anak Allah. Raja-raja Israel disebut anak Allah. Dalam arti khusus, raja Israel dipilih oleh Allah dan dipanggil anak Allah. Berkenaan dengan Salomo, Allah berkata kepada Raja Daud: "Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku (2 Samuel 7:14). Lukas membuat silsilah Yesus secara mundur kepada Adam. Dikatakan dalam Lukas 3:38: "Kenan anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah." Adam adalah anak Allah. Dalam dunia kafir, orang-orang tertentu disebut anak Allah. Cerita mythos penuh dengan tokoh yang mengaku lahir dalam kesatuannya dengan allah tertentu yang tidak dapat mati. Herkules anak Alkmene dan Zeus. Achilles anak Thetis dan Peleus. Aleksander Agung dianggap sebagai keturunan Zeus, dan lain-lainnya.
Vos menunjukkan empat kemungkinan arti gelar Anak Allah Gelar anak Allah dalam arti nativistik (keturunan). Ciptaan Allah dapat disebut "anak Allah" sebab keberadaannya itu sebagai hasil daya cipta Allah. Adam disebut anak Allah sebagaimana Set disebut anak Adam (Lukas 3:38). Bangsa Israel juga disebut anak Allah (Keluaran 4:22). Ada pendapat bahwa Yesus juga disebut Anak Allah dalam arti nativistik tersebut, karena kelahiran-Nya oleh Roh Kudus (Lukas 1:35; Matius 1:21).
Arti di atas sejajar dengan pandangan orang Yunani pada masa Rasul Paulus tentang kebapaan Allah secara universal. Paulus mengutip pandangan itu dalam Kisah Para Rasul 17:28: "Sebab kita ini dari keturunan Allah juga." Dengan demikian keanakan manusia terhadap Allah terjadi secara alami. Tentu saja gelar Anak Allah bagi Yesus tidak diartikan secara theologis berdasarkan kelahiran secara alami. Gelar anak Allah dalam arti moral-keagamaan. Maksudnya ialah gelar itu dipakai untuk menyatakan hubungan Allah dengan manusia yang menjadi obyek kasih-Nya. Arti itu berlaku bagi semua bangsa termasuk Israel. Terhadap Israel, pemeliharaan Allah dinyatakan bukan hanya karena keberadaan mereka oleh Allah, tetapi juga disebabkan Allah ingin menjadikan mereka sasaran kasih-Nya. Dalam Perjanjian Lama, keanakan Israel terhadap Allah selalu disebut-sebut. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, orang yang percaya kepada Yesus disebut anak Allah karena kelahiran baru (Yohanes 1:12; 3:3) atau oleh karena pengangkatan (Roma 8:14, 19; Galatia 3:26; 4:5). Arti kedua ini juga tidak cocok bagi Yesus. Gelar Anak Allah dalam arti Messianik. Gelar ini bersifat jabatan. Keturunan Raja Daud diakui sebagai anak Allah (2 Samuel 7:14). Gelar dalam arti theologis. Dalam Perjanjian Baru, gelar Anak Allah bagi Yesus mempunyai arti yang lebih dalam daripada arti-arti di atas. Dia disebut Anak Allah sebab Dia itu Tuhan dan memiliki sifat Ilahi. Rasul Yohanes dalam Injil karangannya menyatakan bahwa Yesus adalah Kristus dan juga Anak Allah. Dia mempunyai pre-eksistensi sebagai Logos, yang berarti Allah sendiri. Dia menjelma manusia untuk menyatakan Allah kepada manusia. Paulus menyatakan bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging untuk menggenapi tuntutan hukum Taurat dalam hidup manusia (Roma 8:3; Galatia 4:4)
Penggunaan Gelar Anak Allah Bagi Yesus
Gelar Anak Allah dipakai untuk menyatakan karya Yesus, yang dilakukan sebelum kedatangan-Nya ke dunia ini (Ibrani 1:2b, 3a) dan pada akhir zaman (1 Korintus 15:28). Allah tidak sendirian menjadikan alam semesta ini. Dia menjadikannya bersama dengan Allah Roh Kudus dan Allah Anak. Oleh Dia (Yesus), Allah telah menjadikan alam semesta. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh dengan kekuasaan. Biasanya penciptaan dianggap sebagai pekerjaan Allah Bapa saja. Bagaimanapun juga Alkitab menunjukkan, bahwa pekerjaan penciptaan adalah karya dari ketiga pribadi Tritunggal. Untuk Yesus (Anak Allah) jelas disebut dalam Yohanes 1:3, "segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehnya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1 Korintus 8:6). Pernyataan terlengkap dapat dibaca dalam Kolose 1:15-17: "Dia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan ... karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu ... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Dia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Sebagai pencipta, Yesus ada sebelum segala sesuatu ada.
Pada akhir zaman, Yesus bekerja juga. Dalam kaitan-Nya dengan gelar Anak Manusia, Yesus melakukan karya-Nya pada waktu ada di dunia dan pada akhir zaman. Pada akhir zaman, sebagai Anak Manusia, Dia akan menyatakan kemuliaan-Nya (Matius 24:30), datang kembali ke dunia (Matius 24:27,44) dan menghakimi semua bangsa (Matius 13:41; Lukas 21:36). Namun sebagai Anak Allah, Yesus tidak melakukan karya di atas pada akhir zaman. Menurut 1 Korintus 15:28 pada akhir zaman Yesus akan menaklukan segala sesuatu kepada Allah, Bapa-Nya, yang jelas dua gelar di atas menekankan kekekalan Yesus yang dinyatakan dalam karya-karya-Nya pada akhir zaman.
Gelar Anak Allah menunjukkan seluruh karya Yesus bersama Bapa-Nya dari semula sampai dengan penyelesaian segala sesuatu pada akhir zaman. Implikasi dari karya yang dilakukan Yesus sebelum datang ke dunia ialah Yesus itu kekal adanya. Kekekalan dan keabadian itu menunjukkan ciri-ciri Allah sendiri. Dia ada dengan sendirinya, tidak bergantung kepada pihak lain bagi keberadaan-Nya. Itu berarti Dia sudah ada sebelum kelahiran-Nya di dunia. Bukti-bukti kekekalan-Nya dapat dilihat dalam seluruh Alkitab: Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama berisi penjelasan tentang keberadaan-Nya sebelum datang ke dunia. Sebelum dilahirkan di Betlehem, Dia sudah ada sebelumnya, yang permulaan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1). Bahkan Yesaya memberikan nama Allah Yang Perkasa kepada Kristus (Yesaya 9:5), demikian juga sebagai Bapa Yang Kekal. Perjanjian Baru berisi keterangan yang lebih tegas mengenai kekekalan Yesus. Pendahuluan Injil Yohanes biasa dianggap sebagai "peneguhan tentang kekekalan Kristus: "Pada mulanya adalah Firman; ... dan Firman itu adalah Allah" (Yohanes 1:1). Perkataan "pada mulanya" agaknya menunjuk kepada suatu waktu dalam masa kekekalan yang silam yang mustahil kita datangi. Kata kerja yang dipakai juga dipilih untuk menunjukkan kekekalan, karena kata "adalah" (Yunani, en) berarti keberadaan yang terus-menerus. Kristus sendiri mengaku keberadaan-Nya sebelum Abraham ada: "Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada (Yohanes 8:58). Yesus menyatakan diri sebagai Aku yang Kekal.
Paulus mengiakan kekekalan Kristus. Dalam suratnya, dia menulis: "... Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kolose 1:16-17). Dari ayat itu dapat ditemukan bahwa Kristus sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan, dan segala sesuatu ada oleh daya cipta-Nya. Jika demikian sudah jelas bahwa Dia sendiri tidak berasal dari penciptaan.
Pernyataan Kristus sendiri juga menjadi bukti kekekalan Kristus. "Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan" (Efesus 1:4), "Aku adalah Alfa dan Omega ..." (Wahyu 1:8); "Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup" (Wahyu 1:17). Dalam Perjanjian Baru banyak argumentasi yang menyokong kebenaran akan kekekalan Kristus. Gelar-gelar-Nya, sifat-sifat ilahi-Nya, janji-janji-Nya yang kekal menyatakan keilahian-Nya. Jadi jelaslah kekekalan Kristus diakui dalam Perjanjian Baru.
Sebab-Sebab Yesus Disebut Anak Allah
Di depan telah disebutkan bahwa gelar Anak Allah diberikan kepada Yesus. Pemberian itu didasarkan atas beberapa alasan. Empat alasan sebagai berikut: Pertama Yesus bersatu dengan Allah Bapa. Alasan ini menyatakan adanya hubungan yang erat antara Yesus Anak Allah dengan Allah Bapa. Banyak ayat Alkitab yang mengajarkan hal tersebut. Yesus sendiri berkata, "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Dia melihat Bapa mengerjakan-Nya" (Yohanes 5:19). "Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada" (Yohanes 8:28). "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (Yohanes 8:38). "Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan Bapa kepada-Ku" (Yohanes 12:50). "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; . . . apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku" (Yohanes 14:9-11). "Semua orang yang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa" (Yohanes 5:23). Semua perkataan-Nya itu menyatakan kesatuan diri-Nya dengan Allah Bapa. Kedua, Yesus adalah satu-satunya penyataan diri Allah. Yesus sendiri berkata dalam Matius 11:26-27, "Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakan-Nya." Demikian juga kesaksian Rasul Yohanes menyatakan hal yang sama dengan yang diucapkan Yesus. Tidak seorang pun yang dapat menyatakan Allah kepada dunia, kecuali Yesus. Hanya orang yang menjadi satu dengan Allah saja yang dapat menyatakan diri Allah dengan jelas kepada manusia. A.M. Hunter mengatakan, "Gelar Anak Allah menggambarkan hubungan Yesus dengan Bapa yang tidak kelihatan itu. Itu menunjuk rahasia terdalam dari eksistensi-Nya, dan menyarankan agar orang menyadari bahwa Dia datang kepada manusia dari kedalaman eksistensi Allah." Orang datang dari eksistensi Allahlah yang dapat menyatakan diri Allah kepada manusia. Orang itu adalah Yesus.
Allah ingin menciptakan persekutuan yang erat dengan manusia, dan antara manusia dengan sesamanya. Karena ide itu keluar dari Allah, maka Allah harus menyatakan diri kepada manusia. Caranya adalah dengan penyataan. Menurut Ibrani 1:1-4 puncak penyataan itu ada dalam diri Yesus. Jadi kalau Yesus berani berbicara bahwa tidak seorang pun mengenal Bapa, kecuali Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Dengan demikian, hanya Yesuslah yang mampu menyatakan Allah kepada manusia dan membawa manusia kepada Allah. Dia mengenal Bapa (Yohanes 10:15) dan menjadi jalan kepada Bapa (Yohanes 14:6). Ketiga; Yesus taat dalam melaksanakan pola, rencana dan tujuan Allah bagi hidup manusia dalam penciptaan, pemeliharaan dan pendamaian. Allah mempunyai pola, rencana dan tujuan bagi hidup manusia dalam penciptaan, pemeliharaan, dan pendamaian itu.
Yesus dipilih dan diutus dalam dunia untuk melaksanakan pola, rencana dan tujuan Bapa-Nya bagi umat manusia. Mulai berumur 12 tahun, Yesus telah menyatakan ketaatan-Nya dalam melakukan kehendak Bapa itu. Berikut ini didaftarkan beberapa peristiwa mengenai ketaatan-Nya: 1) Mulai umur 12 tahun Yesus telah mulai melakukan pekerjaan Bapa (Lukas 2:41-52); 2) Yesus dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak Bapa (Matius 3:13-17); 3) Dia menolak godaan Iblis karena ingin mengikuti kehendak Bapa (Matius 4:1-11); 4) Dalam doa-Nya di Getsemani, Yesus menyerahkan diri supaya kehendak Bapa saja yang jadi dalam diri-Nya (Markus 14:32, 39); 5) Yesus mengaku bahwa Dia adalah Anak Allah di depan Mahkamah Agama Yahudi, meskipun harus menghadapi hukuman (Matius 26:57-68); 6) Rela menderita penganiayaan di kayu salib (Matius 27:39-43), bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Berkali-kali Yesus menyatakan bahwa Dia menuruti kehendak Bapa-Nya; "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34). Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30).
Dari setiap peristiwa ketaatan dan kata-kata Yesus sendiri dalam hubungan-Nya dengan Allah, dapat disimpulkan bahwa Yesus sendiri sadar akan kedudukan-Nya sebagai Anak. Sebagai hasilnya, Dia selalu menaati kehendak Allah Bapa. William Barclay mengatakan dalam Injil Sinoptik kita dapat menyaksikan Yesus sebagai seorang pribadi yang hidup-Nya dimulai, dilanjutkan, dan diakhiri dalam kesadaran bahwa diri-Nya adalah Anak Allah." Yesus berhasil melaksanakan pola, rencana dan tujuan Allah bagi manusia dalam penciptaan, pemeliharaan dan pendamaian itu. Keempat, "karya Yesus adalah karya Allah sendiri". Yesus disebut Anak Allah dalam Perjanjian Baru karena karya yang dilakukan-Nya memadai dengan karya Allah Bapa. Karya itu ialah: Pertama, memberi hidup kepada semua orang (Yohanes 5:25,26). Yesus datang ke dunia agar manusia hidup dengan segala kelimpahan. Kedua, menjadikan orang anak Allah. Orang-orang yang percaya kepada-Nya, diberi-Nya hak menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12; Galatia 3:26; 1 Yohanes 3:1-2). Ketiga, membangkitkan orang yang telah mati (Yohanes 11:41-44). Keempat, memperdamaikan, menyelamatkan, dan menyucikan orang percaya (Roma 5:10; 1 Yohanes 3:7,8; 4:10,14). Kematian Yesus memperdamaikan orang percaya dengan Allah. Yang diperdamaikan pasti akan diselamatkan oleh Yesus. Yesuslah yang diutus oleh Bapa untuk menjadi Juru Selamat kita. Kelima, Yesus ikut menjadikan alam semesta (Ibrani 1:2). Oleh Dia Allah menjadikan alam semesta.
Dalam Perjanjian Lama, semua bangsa Israel, termasuk rajanya disebut anak Allah. Mereka dipilih dan diutus untuk melaksanakan karya Allah di dunia. Namun demikian, tidak seorang pun dari mereka dapat melakukan karya-karya Yesus di atas. Memang hanya Yesuslah satu-satunya orang yang pernah mengajarkan karya Allah Bapa. Sebab itu, dia disebut Anak Allah. Bahkan dalam Yohanes 1:14 dan 3:16 Yesus diberi gelar Anak Tunggal Bapa.
Impilikasi Gelar Anak Allah Bagi Yesus
Di depan telah diutarakan arti gelar Anak Allah dan sebab-sebab Yesus digelari Anak Allah. Dari uraian di atas dapat diperoleh implikasi gelar Anak Allah pada diri Yesus. Pertama, Yesus mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Bapa. Bahkan tidak ada hubungan yang seerat itu dalam hidup manusia. Eksistensi Allah sama dengan eksistensi Yesus. "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). Kedua, antara Allah Bapa dan Yesus ada kesetaraan. Dalam Filipi 2:6, Paulus menyatakan bahwa Yesus ada dalam rupa Allah. Itu berarti bahwa Kristus bukan saja sama dengan Allah, tetapi Dia adalah Allah, benar-benar Allah. Dia sewujud, sehakikat dengan Dia. Ungkapan "berada dalam rupa Allah" menyatakan bahwa sebelum Kristus menjadi manusia Dia telah ada. Dia mempunyai pre-eksistensi. Dia sewujud atau sehakikat dengan Allah dan Dia menyatakan diri-Nya sebagai Allah. Ketiga, Yesus menyatakan ketaatan yang mutlak kepada kehendak Bapa. Ketaatan seperti itu tidak akan terjadi jika Yesus bukan Anak Allah. Keempat, Yesus mengenal Allah secara istimewa. Pengenalan-Nya itu menunjukkan eratnya hubungan-Nya dengan Allah dan juga ketaatan-Nya. Karena berhubungan erat, maka Yesus mengenal dan akhirnya menaati-Nya. Pengenalan-Nya yang disebut dalam Matius 11:27 itu bukan secara mental dan akali, tetapi karena hasil hubungan-Nya yang erat tersebut. Kelima, karena Yesus itu satu dengan Allah, berhubungan erat, mengenal dan taat kepada Bapa-Nya, maka Yesus memiliki kuasa Allah. Tidak diragukan lagi bahwa Yesus memiliki kuasa yang hebat. Dia berkuasa atas alam, atas penyakit, kematian dan setan. Tanpa kuasa Allah ada pada diri Yesus, Dia tidak dapat melakukan semua pelayanan-Nya secara menakjubkan. Keenam, gelar Anak Allah dipakai dalam kitab-kitab Injil untuk menunjukkan kesatuan Yesus dan Allah Bapa bukan untuk menunjukkan kemessiasan-Nya. Gelar Anak Allah sebagai gelar mesiasnis untuk Yesus terjadi pada perkembangan pengertian rasul-rasul selanjutnya. Dalam hubungan-Nya dengan Allah Bapa, dia berada sejak semula sebagai Anak Allah bukan sebagai Mesias.
Kesimpulan
Kesadaran Yesus akan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah terdapat bukan hanya dalam Kitab Injil Yohanes, tetapi juga dalam Kitab Injil yang lain. Dalam Matius 11:26-27, Yesus secara langsung mengungkapkan hubungan diri-Nya dengan Bapa-Nya. Dia menyatakan diri sebagai Anak dari Bapa. Bahkan hanya Dia dan Bapa yang dapat saling mengenal dan orang yang kepadanya Anak mau menyatakan diri. Injil Yohanes beserta kitab lain yang dikarangnya dan buku-buku karangan Paulus merupakan dokumen mengenai perkembangan pengertian Kristologis, berdasarkan kesadaran Yesus akan diri-Nya sebagai Anak Allah.
Kita juga dapat menyimpulkan bahwa Yesus merasa sebagai Anak Allah dalam arti yang istimewa. Dia lain daripada orang lain. Dengan keanakan-Nya itu Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa yang tidak dapat dinyatakan oleh manusia. Untuk menghindari konsep yang salah tentang Messias, Yesus lebih banyak menggunakan gelar Anak Manusia yang erat hubungannya dengan Anak Allah. Maksud penggunaan gelar itu adalah untuk memberikan tekanan hubungan istimewa-Nya dengan Allah, bahwa Dia sebagai Anak dan Juru Selamat.
Dapat disimpulkan pula, bahwa pikiran murid-murid Yesus mengenai pribadi Kristus selalu berkembang berdasarkan pengalaman. Dari karya-karya Yesus bersama murid-murid-Nya, para murid makin sadar bahwa Yesus adalah Anak Allah. Selama pelayanan mereka dengan Yesus, para murid melihat bagaimana Yesus menyucikan Bait Allah, memasuki Yerusalem pada minggu terakhir, memimpin perjamuan malam, disalibkan, dan akhirnya bangkit pada hari ketiga sesudah mati. Dari situ, pikiran murid-murid Yesus pada abad pertama itu menjadi jelas mengenai Mesias. Bagi mereka, arti gelar Mesias berkembang mencakup Nabi, Pemberi Hukum yang Baru, Anak Allah, dan Anak Manusia.
Diambil dari: | ||
Judul buku | : | Yesus Kristus Allah, Manusia Sejati |
Judul artikel | : | Arti Gelar Anak Allah |
Pengarang | : | Pdt. T. Sutarman, BA., MDIV. |
Penerbit | : | PASTI dan YAKIN, Surabaya, 1983 |
Halaman | : | 35 - 42 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA