Apakah Roh Kudus Hanya Bekerja ketika Para Pengkhotbah Tidak Siap Sedia?

Apakah Roh Kudus Hanya Bekerja ketika Para Pengkhotbah Tidak Siap Sedia?

Jika Anda sering berkhotbah, Anda akan setuju dengan sindiran tentang persiapan khotbah ini, "Seseorang akan menderita. Entah itu Anda yang akan menderita sebelumnya, atau jemaat yang akan menderita selama khotbah berlangsung." -Howard Hendricks

Persiapan khotbah bukanlah tugas yang mudah. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan kemampuan untuk tetap bertahan, bahkan ketika adanya kekurangan dalam inspirasi dan kreativitas.

Saya tahu bahwa persiapan khotbah dapat menjadi hal yang menjengkelkan, dan saya ingin membantu dengan cara apa pun yang saya bisa. Saya juga tahu betapa pentingnya untuk melakukan kerja keras yang diperlukan dan menyampaikan khotbah yang layak untuk didengarkan.

Saya mendapatkan umpan balik yang menarik ketika saya menulis tentang pentingnya bekerja keras dalam persiapan khotbah. Orang-orang yang bermaksud baik merespons dengan kesalehan yang salah tempat ketika topik tentang khotbah itu diangkat. Keinginan mereka adalah untuk melindungi kemurnian proses dan tidak menodainya dengan teknik-teknik tertentu. Mereka melihat khotbah sebagai sebuah latihan di dunia lain yang diawasi oleh Roh Kudus.

Dalam pandangan mereka, pekerjaan Roh Kudus digagalkan ketika pengkhotbah berusaha untuk memperbaiki khotbahnya. Saya ingin membahas beberapa masukan ini dan menjelaskan mengapa saya percaya bahwa mereka telah salah kaprah.

Komentar-komentar yang saya terima sebagai tanggapan atas artikel-artikel saya tentang persiapan khotbah:

Komentar #1: "Teknik berkhotbah tidak diperlukan. Yang penting adalah #doa & #studiAlkitab #selalu"

Komentar ini tampaknya baik. Yang harus kita lakukan sebagai pendeta adalah berdoa dan mempelajari Alkitab. Kemurnian dan kesederhanaan dari pendekatan ini tampaknya tidak terbantahkan. Maksud saya, bagaimana mungkin Anda bisa membantah doa dan studi Alkitab? Saya telah menerima umpan balik seperti ini puluhan kali.

Jika Anda berkhotbah tanpa berdoa dan mempelajari Alkitab, maka berhentilah berkhotbah. Doa dan belajar Alkitab adalah praktik yang diasumsikan bagi setiap pengkhotbah. Tulisan-tulisan saya tidak pernah menyarankan untuk mengabaikan doa dan studi Alkitab. Sebaliknya, yang saya sarankan adalah untuk menambah jam doa dan studi Alkitab Anda sembari meningkatkan kemampuan komunikasi, presentasi, kemampuan bercerita, dan banyak aspek lain untuk menjadi lebih baik dalam menyampaikan khotbah Anda. Semua hal tersebut tidak menggantikan doa dan studi Alkitab, melainkan melengkapinya.

Komentar #2: "Yesus tidak pernah meminta umpan balik dari murid-murid-Nya. Dia tidak perlu melakukannya. Dia hanya mengatakan kebenaran. Mulailah dengan itu dan lihatlah bagaimana jemaat merespons. Ada yang mendengarkan, ada yang tidak."

Hal ini merupakan tanggapan atas artikel yang saya terbitkan tentang cara mendapatkan umpan balik yang lebih bermanfaat untuk khotbah Anda. Salah satu hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk membantu mempersiapkan khotbah berikutnya adalah menerima umpan balik yang berarti tentang khotbah terakhir Anda. Mungkin Yesus tidak perlu meminta umpan balik. Dia sempurna, dan Dia adalah Allah. Khotbah-Nya tidak memerlukan bantuan, tetapi khotbah kita memerlukannya.

Sebagai seorang pengkhotbah yang serius dalam menjalin hubungan dengan orang-orang dan memberikan dampak, saya tidak puas dengan pendekatan "ada yang mendengarkan, ada yang tidak". Saya akan selalu melakukan semua yang saya bisa untuk menjadi seefektif mungkin. Ini adalah sikap yang dimiliki Paulus ketika dia berkata: "... Aku sudah menjadi segala sesuatu bagi semua orang supaya dengan segala cara aku dapat menyelamatkan beberapa orang. Aku melakukan semua ini demi Injil supaya aku boleh mendapat bagian di dalamnya." (1 Korintus 9:22-23, AYT)

Paulus bersedia untuk belajar, bertumbuh, dan menyesuaikan diri untuk menjangkau orang-orang yang jauh dari Allah. Begitu juga saya. Begitu juga setiap pengkhotbah yang berkomitmen yang menanggapi panggilan mereka dengan serius.

Komentar #3: "Serius? Semua ini membuat saya berharap saya sudah mati. Saya tidak melihat pekerjaan Roh Kudus di sini, keledai."

Argumen tentang Roh Kudus sering kali dibuat dalam konteks khotbah. Argumen itu biasanya berbunyi: "Roh Kudus hanya bekerja dalam khotbah-khotbah yang pengkhotbahnya tidak siap." Pernyataan tersebut menggiring opini pendengar bahwa Roh Kudus tidak dapat bekerja dalam persiapan khotbah Anda. Dia hanya dapat bekerja pada saat Anda berdiri dan mulai berbicara.

Komentar khusus ini merupakan tanggapan atas artikel tentang mendapatkan umpan balik khotbah yang bermanfaat. Kitab Amsal memiliki banyak hal yang dapat dikatakan tentang mencari nasihat dari orang lain. "Jika tidak ada pemimpin, sebuah bangsa jatuh, tetapi jika ada banyak penasihat, keselamatan ada di sana." (Amsal 11:14, AYT) Ketika saya mencari umpan balik dari jemaat saya, itu adalah bentuk dari mencari nasihat. Dan, itu adalah sebuah proses yang dibimbing oleh Roh Kudus.

Komentar #4: "Mengukur dan menyurvei seberapa relevan suatu bagian dari khotbah terhadap demografi jemaat tampak seperti usaha yang lemah. Allah itu memukau. Kita adalah orang-orang yang dipanggil untuk menyambut kedatangan Sang Raja Kemuliaan."

Komentar ini merujuk pada sebuah tulisan yang tidak mengatakan apa-apa tentang jajak pendapat atau mengukur relevansi. Sebaliknya, tulisan itu sebenarnya tentang mempersiapkan khotbah dengan sebuah tim. Idenya adalah bahwa Anda akan mulai mengambil dari sumur yang sama jika Anda secara konsisten mempersiapkan diri secara terpisah. Saran saya adalah untuk berbicara dengan berbagai macam orang untuk memperluas dampak potensial dari pesan Anda.

Agak lancang juga untuk menyatakan bahwa agar Allah dapat tampil memukau, Anda harus mempersiapkan khotbah sendirian. Hal ini justru memberi lampu sorot pada pribadi Anda sebagai juru bicara Allah, bukan pada kemuliaan-Nya.

Tidak ada keterputusan antara kuasa Roh Kudus dan persiapan khotbah yang matang.

Para pengkhotbah yang hebat memahami sepenuhnya bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan Allah. Mereka juga memahami tanggung jawab mereka sendiri untuk melakukan yang terbaik dalam setiap khotbah yang mereka sampaikan. Paulus mengatakannya seperti ini dalam Kolose 1:28-29 (AYT), "Kami memberitakan tentang Dia dengan menegur dan mengajar setiap orang dengan segala hikmat sehingga kami dapat membawa setiap orang menjadi dewasa dalam Kristus. [Untuk itulah], aku juga bersusah payah, berjuang sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja di dalam aku." (penekanan ditambahkan)

Apakah Roh Kudus HANYA bekerja ketika para pengkhotbah TIDAK siap sedia? Tentu saja tidak! Dia bekerja paling baik di dalam diri kita ketika kita paling siap. Allah bekerja di dalam diri kita ketika kita bekerja di dalam kekuatan-Nya. Allah menghormati kerja keras dalam persiapan khotbah. Inilah sebabnya mengapa saya akan terus menyediakan sumber-sumber untuk membantu persiapan khotbah. Inilah sebabnya mengapa saya tidak akan pernah puas dengan apa pun yang kurang dari yang terbaik yang dapat saya lakukan setiap kali saya berkhotbah. Inilah sebabnya mengapa Anda akan berusaha untuk melakukan yang terbaik yang Anda bisa.

Menurut Anda, mengapa orang-orang bergumul dengan gagasan untuk bekerja keras dalam keterampilan komunikasi sebagai seorang pengkhotbah? Apakah Anda melihat hal ini sebagai penghinaan terhadap Roh Kudus? Mengapa atau mengapa tidak? (t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Preaching Donkey
Alamat situs: https://www.preachingdonkey.com/blog/does-the-holy-spirit-only-work-when-preachers-are-not-prepared%2F
Judul asli artikel: Does the Holy Spirit ONLY Work When Preachers are NOT Prepared?
Penulis artikel: Lane Sebring

Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA