Apa Itu Penelaahan Alkitab Induktif?

Penelaahan Alkitab induktif adalah pendekatan terhadap firman Tuhan yang berfokus pada tiga langkah dasar, yang bergerak dari fokus terhadap perincian spesifik ke arah prinsip yang lebih umum dan universal. Melalui tiga langkah ini, kita menerapkan penalaran induktif, yang didefinisikan sebagai upaya untuk menggunakan informasi tentang situasi tertentu demi menarik kesimpulan. Langkah-langkahnya adalah observasi (apa yang disampaikan?), interpretasi (apa artinya?), dan aplikasi (apa artinya bagi hidup saya?). Penelaahan Alkitab induktif merupakan metode yang bernilai dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan. Penelaahan Alkitab induktif dapat dilakukan pada berbagai tingkatan. Versi yang lebih pendek bagus digunakan untuk renungan singkat. Studi yang lebih ekstensif sangat bagus untuk menggali lebih dalam tentang pikiran dan hati Tuhan.

Contoh ayat untuk mengilustrasikan metode ini adalah 2 Samuel 9:1 (AYT): "Daud bertanya, 'Masih adakah orang yang tersisa dari keluarga Saul supaya aku dapat menunjukkan kebaikan kepadanya demi Yonatan?'" Saat kita mengamati ayat ini dan bertanya, "apa yang dikatakannya?", kita melihat bahwa Daud hanya ingin tahu apakah ada sanak saudara Saul yang masih hidup, yang mungkin dapat diperlakukannya dengan baik hati demi Yonatan. Entah kerabat yang dia cari itu betul-betul ada atau tidak, ataupun alasan mengapa Daud bertanya demikian akan ditentukan pada langkah berikutnya. Langkah pertama untuk mengamati ayat tersebut umumnya dibatasi pada pemahaman sederhana tentang apa yang dikatakan dalam ayat tersebut. Pada langkah pertama ini, mungkin ada kata atau frasa yang tidak kita kenal; dalam hal ini, memeriksa terjemahan Alkitab yang berbeda akan sangat membantu.

Langkah kedua -- penafsiran (apa artinya?) -- membutuhkan pemeriksaan yang lebih mendalam dibandingkan langkah pertama. Pada langkah ini, kita ingin berhati-hati mencari tahu makna dari ayat tersebut dalam konteksnya. Terkait contoh ayat yang kita pakai, saat kita melihat latar belakang kejadian tersebut, kita mendapati bahwa hubungan antara Daud, calon raja Israel yang diurapi Allah, dan Yonatan, anak Raja Saul, sangat dekat. Yonatan telah menyelamatkan nyawa Daud ketika Saul mengejarnya (1 Samuel 20). Daud menggambarkan hubungan mereka itu "menakjubkan" dan dia sangat berduka atas kematian Yonatan (2 Samuel 1:25-27). Dalam konteks ini, kita melihat Daud ingin melakukan sesuatu yang baik bagi kerabat Yonatan yang mungkin masih hidup. Cinta dan kesetiaannya tetap kuat meski Yonatan telah sekian lama pergi dari hidupnya. Daud tidak duduk diam dan bertanya-tanya tentang hal ini; dia mengambil tindakan dan mencari orang-orang ini.

Langkah ketiga dalam penelaahan Alkitab induktif adalah penerapan praktis dari prinsip-prinsip tersebut (apa artinya bagi saya?). Di antara banyak cara untuk kita dapat menerapkan contoh ayat tersebut dalam kehidupan kita sendiri adalah dengan melihat tindakan Daud sebagai tindakan kasih dan kesetiaan. Kita mungkin bertanya kepada diri sendiri: Seberapa setiakah saya kepada teman-teman duniawi dan Sahabat surgawi saya? Apakah saya santai dan pasif dalam menjalin relasi? Atau, apakah saya bersedia melakukan yang terbaik untuk menghormati mereka? Apa yang dapat saya lakukan minggu ini untuk memberi tahu mereka bahwa saya mengasihi mereka? Berdasarkan penyelidikan terperinci saya, apa yang Allah komunikasikan kepada saya? Apakah Dia memberi saya perintah, peringatan, janji, atau dorongan? Bagian dari proses penerapan adalah bertanya kepada diri sendiri tentang ke mana kita akan melangkah dari sini. Bagaimana kita dapat menggunakan apa yang telah kita pelajari dari pasal itu pada masa depan? Bagian penting dari setiap pelajaran Alkitab adalah memohon kepada Allah untuk menerapkan prinsip-prinsip itu ke dalam hidup kita dan berdoa memohon hikmat-Nya saat kita melangkah maju dengan pengetahuan ini.

Penting untuk dicatat bahwa, meski penelaahan Alkitab induktif atau berbagai metode lainnya bermanfaat bagi orang Kristen saat kita mempelajari firman Tuhan, pada akhirnya Roh Allahlah yang membukakan Kitab Suci bagi kita karena Dia telah terlebih dahulu membuka hati kita untuk Kebenaran. Rohlah yang menafsirkan kebenaran rohani kepada orang-orang yang rohani. Manusia duniawi tidak akan dan tidak dapat memahami kebenaran rohani (1 Korintus 2:12-14). Jadi, sebelum mencoba metode belajar Alkitab apa pun, kita harus yakin bahwa Roh Kudus hidup dalam hati kita (1 Korintus 6:19) melalui iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Got Questions
Alamat situs : https://gotquestions.org/inductive-Bible-study.html
Judul asli artikel : What Is Inductive Bible Study?
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA