SYK - Pelajaran 03
Nama Kelas | : | Siapakah Yesus Kristus |
Nama Pelajaran | : | Yesus Adalah Manusia Sejati |
Kode Pelajaran | : | SYK-P03 |
Pelajaran 03 -- Yesus Adalah Manusia Sejati
Daftar Isi
- Yesus Adalah Manusia Sejati
- Yesus Lahir sebagai Bayi yang Tidak Berdaya
- Yesus Bertumbuh Menjadi Manusia Dewasa
- Memiliki Pikiran
- Memiliki Perasaan dan Emosi
- Memiliki Kelemahan sebagai Manusia
- Pentingnya Kemanusiaan Yesus
- Untuk Mewakili Ketaatan Manusia
- Untuk Menjadi Kurban Substitusi
- Untuk Menjadi Mediator antara Allah dan Manusia
- Untuk Menjadi Teladan Hidup
- Yesus Adalah Manusia, tetapi Tidak Berdosa
- Layaknya Seorang Manusia, Yesus Dicobai sebagaimana Kita Dicobai
- Yesus Hidup dalam Kehidupan yang Tanpa Dosa
- Pentingnya Yesus Menjadi Manusia Tanpa Dosa
Doa
Pelajaran 03 -- Yesus Adalah Manusia Sejati
Allah telah merancang kedatangan Anak Allah ke dunia sejak sebelum dunia dijadikan, yaitu untuk menjalankan misi penyelamatan bagi umat manusia. Untuk itu, Yesus harus menjadi manusia dan membuktikan bahwa Dia betul-betul manusia sejati supaya Dia dapat menggantikan posisi manusia yang berdosa dan menerima hukuman dari Allah.
- Yesus Adalah Manusia Sejati
- Yesus Lahir sebagai Bayi yang Tidak Berdaya
- Yesus Bertumbuh Menjadi Manusia Dewasa
- Memiliki Pikiran
- Memiliki Perasaan dan Emosi
- Memiliki Kelemahan sebagai Manusia
- Pentingnya Kemanusiaan Yesus
- Untuk Mewakili Ketaatan Manusia
- Untuk Menjadi Kurban Substitusi
- Untuk Menjadi Mediator antara Allah dan Manusia
- Untuk Menjadi Teladan Hidup
- Yesus Adalah Manusia, tetapi Tidak Berdosa
- Layaknya Seorang Manusia, Yesus Dicobai sebagaimana Kita Dicobai
- Yesus Hidup dalam Kehidupan yang Tanpa Dosa
- Pentingnya Yesus Menjadi Manusia Tanpa Dosa
Kelahiran Yesus terjadi dalam sejarah, ini bukan dongeng atau fantasi. Yesus benar-benar lahir di dunia, baik tempat atau waktu kelahiran dapat dibuktikan dalam sejarah. Mari kita mempelajari bukti-bukti berikut ini:
Yesus lahir sebagai bayi yang tidak berdaya (Luk. 2:16). Sama seperti kita, Dia dilahirkan dari seorang wanita biasa. Yesus lahir di kota kecil Betlehem; bukan di istana, melainkan di kandang yang hina dan bau; bukan di singgasana, melainkan di palungan tempat makan binatang; bukan sebagai raja dengan kekuasaan dan jubah kebesaran, melainkan sebagai bayi yang tak berdaya dan dibungkus dengan kain lampin; bukan lahir dari seorang gadis yang banyak tuntutan, melainkan seorang gadis yang taat dan sederhana.
Sebagai manusia sejati, Yesus juga memiliki perasaan, kehendak, pikiran, emosi, dan kelemahan sama seperti manusia lainnya. Dia bertumbuh dari kanak-kanak hingga dewasa, seperti manusia lainnya (Luk. 2:52).
Yesus sangat memahami hukum Taurat. Pada usia 12 tahun, Yesus ditemukan di Bait Allah sedang berdiskusi dengan para ahli agama (Luk. 2:46-47). Tentu ini menjadi bukti nyata kedalaman pikiran-Nya dalam memahami kebenaran. Ketika dewasa, Ia dikenal sebagai pengajar yang menginspirasi dan penuh hikmat (Mat. 7:28-29). Pemikiran Yesus juga terlihat dalam pengambilan keputusan strategis, seperti memilih para murid (Mrk. 3:13-19), merespons tantangan dari para pemimpin agama, dan memberikan jawaban hikmat yang tak terbantahkan (Mat. 22:15-22).
Tentu perasaan yang paling nyata yang dimiliki Yesus adalah kasih. Kasih ini diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti penyembuhan orang sakit, belas kasihan kepada yang terbuang, dan pengorbanan-Nya di kayu salib. Mukjizat-mukjizat yang Dia lakukan juga berdasarkan kasih dan belas kasihan (Mat. 14:13-21; Mrk. 1:41).
Dia juga pernah merasa sangat berdukacita sehingga Dia menangis. "Yesus bertanya, 'Di mana Lazarus kamu kuburkan?' Mereka menjawab Dia, 'Tuhan, mari ikut dan lihatlah.' Yesus pun menangis. Karena itu, orang-orang Yahudi berkata, 'Lihatlah! Betapa Dia sangat mengasihi Lazarus!'" (Yoh. 11:34-36)
Selain itu, Dia pernah merasa sedih dan marah karena kebejatan moral manusia. "Yesus melihat ke sekeliling dengan marah, Dia sedih karena kekerasan hati mereka. Lalu, kata-Nya kepada laki-laki itu, 'Ulurkan tanganmu.' Laki-laki itu mengulurkan tangannya, dan tangannya disembuhkan." (Mrk. 3:5)
Sebagai manusia, Yesus merasakan kelaparan setelah berpuasa 40 hari (Mat. 4:2). Dia juga merasakan kehausan ketika Dia digantung di kayu salib (Yoh. 19:28) dan ketika berjumpa dengan wanita Samaria untuk meminta air, meski tujuan utamanya adalah menegur dan menyelamatkan wanita tersebut (Yoh. 4:6-7).
Bukti paling nyata adalah ketika Yesus menderita di atas kayu salib. Ia merasakan kesakitan dan penderitaan luar biasa. Bahkan, Yesus mengalami kematian fisik akibat penganiaSYKn di atas kayu salib.
Kejatuhan manusia dalam dosa mendatangkan hukuman dari Allah karena upah dosa adalah maut (kematian). Namun, janji Allah dalam Kejadian 3:15 memberi jalan keluar bagi manusia untuk diselamatkan dari penghukuman. Cara Allah menyelamatkan manusia adalah dengan mengutus Yesus ke dunia, berinkarnasi menjadi manusia. Hanya melalui inkarnasi, Allah dapat berelasi langsung dengan manusia dan menebus dosa dengan pengorbanan yang setara.
"Akan tetapi, ketika hari penggenapan tiba, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan lahir di bawah Hukum Taurat, untuk menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat supaya kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak-Nya." (Gal. 4:4-5)
Jadi, mengapa Yesus harus menjadi manusia? Marilah kita pelajari bersama-sama tentang hal ini.
Yesus mewakili ketaatan yang sempurna kepada Allah karena manusia sebelumnya telah gagal melakukannya (Rm. 5:19). Dalam kehidupan-Nya di dunia, Yesus mematuhi hukum Allah sepenuhnya, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan (Ibr. 4:15). Ketaatan ini mencapai puncaknya ketika Dia taat sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8) untuk menggenapkan rencana keselamatan Allah.
Hal penting lainnya adalah Yesus menjadi kurban substitusi/pengganti agar hubungan manusia dengan Allah dapat diperbaiki. Jadi, Yesus datang dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan (pembayaran). Manusia sepatutnya mati, tetapi Yesus datang sebagai manusia yang menggantikan manusia untuk menerima hukuman sehingga manusia diperdamaikan dengan Allah dan dibenarkan (2Kor. 5:21). Yesus datang untuk menderita, menyelamatkan, dan menjadi pengganti kita yang berdosa. Inilah inti Injil.
Karena pengorbanan Yesus, dosa yang memisahkan kita dengan Allah dihapuskan jika kita percaya kepada Yesus. Yesus menjadi Mediator supaya kita diperdamaikan dengan Allah (1Yoh. 4:10). Hal ini berarti kita tidak lagi menjadi musuh Allah dan hubungan dengan-Nya dipulihkan.
Seperti kehidupan Yesus yang taat melayani (Mrk. 10:45), kita pun harus belajar taat melayani Allah dan orang lain. Keteladanan Yesus menjadi contoh yang sempurna bagi manusia untuk dapat memberikan hidupnya dalam melayani Allah.
Keberadaan Yesus sebagai manusia sejati berbeda dengan kita karena Dia tidak berdosa. Sekalipun Dia dicobai oleh Setan dan hidup di tengah-tengah manusia yang berdosa, Dia tetap menjaga hidup-Nya yang suci. Mari kita lihat lebih detail tentang pribadi-Nya yang pernah dicobai, tetapi tidak berdosa.
Dalam Ibrani 4:14-15, Yesus disebut Imam Besar Agung kita. Selanjutnya, dikatakan bahwa Dia dicobai dalam segala hal seperti kita dicobai. Kita jangan berpikir bahwa Yesus hanya dicobai satu kali, yaitu ketika Setan datang kepada-Nya setelah Ia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam. Yesus dicobai dalam berbagai kesempatan dengan cara yang berbeda sepanjang hidup-Nya.
Setan bahkan mencobai Yesus melalui Simon Petrus, salah seorang murid-Nya. Ketika Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bagaimana Dia harus segera menderita dan mati, dengan penuh semangat Petrus mengatakan kepada Yesus bahwa hal seperti itu tidak akan pernah terjadi kepada-Nya. Setan telah memakai Petrus untuk menggoda Yesus, untuk menghindari kematian di atas kayu salib. Jika Setan bisa membujuk Yesus melepaskan diri dari kematian di atas kayu salib, tidak ada keselamatan bagi umat manusia. Yesus mengerti benar apa yang sedang Setan coba lakukan melalui Petrus. Itulah sebabnya, Yesus berbicara kepada Petrus seperti yang Dia katakan dalam Matius 16:21-23. Kita semua harus mengerti ini. Ada saat-saat Setan akan mencobai kita lewat segala macam cara yang tidak kita sangka.
Ada hal lain yang seharusnya kita mengerti tentang pencobaan terhadap Yesus. Dia menolak menggunakan kuasa-Nya untuk membuat pencobaan itu menjadi lebih ringan. Ketika Dia merasa lapar, Setan mencobai-Nya untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Yesus berkuasa melakukan itu, tetapi Yesus tidak menggunakan kuasa ilahi-Nya untuk meringankan pencobaan-pencobaan yang dialami-Nya. Mengapa? Dia sepenuhnya harus merasakan pencobaan seperti manusia biasa, tetapi tidak berdosa. Hal ini menunjukkan bahwa Dia betul-betul menjadi manusia sehingga Dia memahami kelemahan kita (Ibr. 4:15) dan memberikan teladan ketergantungan penuh kepada Allah.
Yesus dengan berani menderita, dan Dia pun mendapatkan kekuatan dalam setiap pencobaan, Dia bisa mengerti secara penuh dan turut merasakan kesusahan kita. Dia juga akan memberikan kuasa kepada kita untuk melawan Setan, sebagaimana yang telah Dia lakukan, jika kita memutuskan untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah.
Bacalah ayat-ayat berikut ini: Ibrani 4:15; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:22. Ayat-ayat tersebut adalah bukti bahwa Yesus, sebagai manusia, berbeda dari semua umat manusia. Semua manusia telah berdosa, tetapi Yesus tidak berdosa.
Banyak orang tidak mengerti bahwa ada dua perbedaan dari cara-cara manusia berdosa. Cara pertama adalah dengan melakukan hal-hal yang kita ketahui adalah jahat. Alkitab menerangkan kepada kita beberapa hal yang Allah tidak ingin kita lakukan. Bila orang menolak taat pada kehendak Allah dan melakukan hal-hal ini, berarti dia melawan Allah. Kita tahu berdosa berarti melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Cara kedua dari perbuatan dosa adalah gagal melakukan hal yang kita ketahui benar. Alkitab menerangkan kepada kita bahwa ada hal-hal yang harus kita lakukan. Bila kita lalai melakukan hal-hal ini, kita berdosa terhadap Allah (Yak. 4:17).
Bila kita mengatakan bahwa Yesus tidak berdosa, hal ini menunjukkan bahwa Dia tidak pernah melakukan apa pun yang jahat di mata Allah. Hal ini juga menunjukkan bahwa Dia selalu melakukan apa pun yang baik di mata Allah. Dia tidak pernah melakukan yang jahat dan Dia tidak pernah gagal melakukan yang baik.
Dalam 2 Korintus 5:21, ita belajar bahwa Yesus yang tidak berdosa menjadi berdosa untuk kita sehingga kita dibuat menjadi benar di hadapan Allah melalui Yesus. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita supaya kita dibenarkan Allah dalam Dia." Seandainya Yesus berdosa, Dia tidak bisa menggantikan tempat manusia yang berdosa. Akibatnya, manusia pun akan menerima hukuman atas dosa-dosanya sendiri.
Andaikata, ada dua orang membunuh seorang pria, lalu mereka diadili dan kedapatan bersalah. Kemudian, seorang dari mereka berkata kepada hakim, "Tuan, biarkan saya mati menggantikan teman saya." Hakim akan segera menjawab, "Tidak, kamu bersalah dua-duanya. Dia harus mati untuk kesalahan yang dia lakukan dan kamu mati untuk kesalahanmu sendiri." Orang yang bersalah harus menderita karena kesalahannya sendiri, karena itu dia juga tidak bisa menebus dosa orang lain. Namun, karena Yesus tidak berdosa, Dia dapat menjadi pengganti yang sempurna bagi manusia untuk menanggung semua dosa manusia.
Yesus rela datang ke dunia dan menjadi manusia sehingga dapat merasakan apa yang manusia rasakan. Namun, bedanya adalah Dia manusia yang tidak berdosa dan tidak pernah melakukan dosa. Itulah sebabnya, Dia dapat menggantikan hukuman yang seharusnya kita tanggung. Sekarang, karena pengorbanan-Nya itu, kita diperdamaikan dengan Allah dan dibenarkan. Puji Tuhan!
Akhir Pelajaran (SYK-P03)
Doa
"Tuhan Yesus, aku sungguh bersyukur karena Engkau rela merendahkan diri menjadi manusia yang hina dan terbatas untuk taat menerima hukuman atas dosa-dosaku. Kiranya ketaatan-Mu kepada Bapa menjadi teladan bagi hidup dan pelayananku. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA