SHA-Pelajaran 04

Nama Kursus : Sepuluh Hukum Allah Untuk Kehidupan Manusia (SHA)
Nama Pelajaran : Perintah Kelima, Keenam dan Ketujuh
Kode Pelajaran : SHA-P04

Pelajaran 04 - PERINTAH KELIMA, KEENAM DAN KETUJUH

Daftar Isi

  1. Perintah Kelima
    1. Perintah Pertama yang Disertai Janji
    2. Anak-anak Harus Menaati Orang Tua Mereka
    3. Kehidupan Orang Tua Harus Mencerminkan Kehidupan yang Layak Mendapatkan Hormat
  2. Perintah Keenam
    1. Beberapa Tingkat Pembunuhan
    2. Alasan Diberikannya Perintah Ini
    3. Tuhan Yesus Berbicara Tentang Perintah Ini
  3. Perintah Ketujuh
    1. Termasuk Segala Jenis Kecemaran
    2. Arti Perzinahan
    3. Rencana Allah yang Mulia
    4. Mengapa Allah Melarang Perzinahan?
    5. Tuhan Yesus Berbicara Mengenai Perintah Ini

DOA

  1. Perintah Kelima

    Peraturan kelima untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah adalah "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu kepadamu." (Keluaran 20:12). Perintah ini berhubungan dengan hal-hal yang membuat keberhasilan seperti kebahagiaan, keamanan, singkatnya hal-hal yang biasanya kita inginkan.

    1. Perintah Pertama yang Disertai Janji

      Rasul Paulus menyebut perintah ini dalam Efesus 6:1-9 sebagai perintah pertama yang disertai dengan janji. Perikop ini memberikan kepada kita suatu gambaran dari rumah tangga bahagia yang dibangun dengan kuat di atas penghormatan, ketaatan dan kasih. Rumah tangga seperti ini adalah merupakan kemuliaan dan kekuatan suatu bangsa. Ketika kita mengasuh seorang anak dalam rumah tangga Kristen yang baik, berarti suasana dalam perintah pertama itulah yang akan anak itu pelajari. Orang tua mempunyai tanggung jawab sejak awal yaitu memberikan pengajaran kepada anaknya untuk mengasihi dan menaati ayah dan ibunya. Dia akan belajar bersikap dengan penghormatan yang semestinya untuk orang lain. Inilah dasar dari hidup yang baik. Marilah kita mengingat bahwa penghormatan kepada orang tua bukanlah hanya sifat dari agama Kristen. Sebagian besar agama di dunia menjunjung tinggi prinsip yang baik ini. Sebagai umat Kristen, kita harus memandang Kristus sebagai teladan kita dalam mengasihi orang tua. Tuhan Yesus telah mengasihi Yusuf dan Maria sebagai orang tuanya.

    2. Anak-anak Harus Menaati Orang Tua Mereka

      Paulus, dalam Efesus 6:1-9 menerapkan janji pada umat Kristen ketika dia mengatakan, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian." Efesus 6:1.

      Ini merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk menaati orang tua mereka karena dengan melakukan demikian, mereka akan lebih mudah dan lebih "secara alami" untuk taat kepada Bapa mereka di surga. Inilah alasan mengapa ketaatan kepada perintah ini mengandung janji keadaan yang lebih baik dan juga umur yang panjang. Mereka yang taat, akan hidup lebih berkelimpahan daripada mereka yang tidak taat. Setiap anak harus mempunyai kesempatan untuk taat. Anak-anak perlu mengingat bahwa orang tua memiliki pengetahuan lebih karena pengalaman hidupnya daripada mereka. Banyak orang tua yang sudah membayar dengan mahal untuk pengetahuan yang mereka miliki. Anak-anak janganlah melupakan hal ini dan harus menghormati orang tua dalam seluruh hidup mereka.

      Sebagai anak-anak, kita harus menghormati orang tua dengan cara menaati dan selalu berbicara dengan sukacita dan hormat. Cara bicara kita harus dengan penghormatan yang semestinya. Sebagai pria dan wanita yang dewasa, kita harus selalu menunjukkan rasa hormat pada orang tua kita. Kita harus selalu peka terhadap perasaan mereka dan siap untuk memberi bantuan yang mereka perlukan. Anak-anak harus memberikan rasa hormat pada orang tua, kakek nenek, paman dan bibi dan juga kepada semua orang yang sudah dewasa khususnya yang lebih tua dari kita. Ada tingkatan kasih dan penghormatan yang harus diberikan kepada orang tua. Orang lain tidak bisa menerima penghormatan seperti itu.

      Allah mengatakan pada kita bahwa kita hendaknya menaati orang tua kita dan memberikan penghargaan yang tinggi. Orang-orang yang menghormati orang tua mereka tidak akan pernah berhenti untuk merawat orang tua mereka, bahkan ketika perbuatan orang tua mereka mendukakan Allah dan manusia. jika Anda tidak pernah mengungkapkan rasa hormat sebelumnya, maka setelah orang tua Anda meninggal, akan menjadi tidak begitu berarti mengungkapkan hormat Anda kepada orang tua, sia-sialah bagaimanapun dalamnya dukacita Anda karena kematian mereka.

    3. Kehidupan Orang Tua Harus Mencerminkan Kehidupan yang Layak Mendapatkan Hormat

      Manusia memiliki kecenderungan untuk menyerupai mereka yang dihormati. Untuk itu, hal yang seharusnya kita lakukan sebagai orang tua agar dapat mendorong anak-anak memiliki rasa hormat terhadap kita ialah kita harus menjadi pria atau wanita yang baik sebagaimana seharusnya. Pria dan wanita yang baik harus memiliki sifat-sifat yang baik yaitu, kita seharusnya menjadi ikhlas, tidak egois, dan dipenuhi kebaikan. Orang tua janganlah hanya memberikan nasihat yang baik kepada anak-anaknya. Mereka seharusnya hidup pula di dalam nasihat yang baik itu. Anak-anak pun seharusnya dihormati selayaknya orang tua dihormati oleh anak-anaknya. Kasih seharusnya ada dalam setiap rumah tangga. Kasihlah yang dapat mempererat hubungan antara orang tua dengan anak-anak, dan anak-anak dengan orang tua.

  2. Perintah Keenam

    Peraturan keenam untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah adalah "Jangan membunuh." (Keluaran 20:13) Perintah ini berarti menghormati jiwa manusia dan menentang pembunuhan dan kekejaman.

    Lihatlah pada kata "membunuh." Kata itu adalah kata yang jelek yang mempunyai arti yang mengerikan. Alkitab mencatat pembunuhan yang pertama kali, dilakukan oleh Kain terhadap adiknya Habel. Sejak saat itu, manusia melakukan perbuatan membunuh dan dibunuh karena keinginan-keinginan yang jahat dan dosa yang ada dalam hidup mereka. Asal mula pembunuhan dimulai dari hati manusia. Pembunuhan tidak pernah dimulai dengan niat membunuh, melainkan dimulai dengan benih kecemburuan, kepahitan, keinginan yang mementingkan diri sendiri, iri hati atau kebencian. Hasilnya adalah kehancuran tubuh dan dalam beberapa kejadian, juga kehancuran jiwa manusia.

    1. Beberapa Tingkat Pembunuhan

      Ada banyak tingkat pembunuhan yang dikenal masyarakat dan hukum. Ada pembunuhan berencana yang dihasilkan dari niat dalam hati, yaitu suatu sikap yang ingin melihat orang lain menderita. Ada pembunuhan yang tidak direncanakan, yaitu ketika seseorang balas dendam pada orang lain yang telah bersalah kepada mereka. Kadang-kadang pembunuhan semacam ini disebabkan oleh penghinaan, atau ketika seseorang sedang mabuk dan selanjutnya melakukan pembunuhan yang tiba-tiba tanpa berpikir atau merencanakan sebelumnya. Kemudian ada bunuh diri, yaitu menghilangkan nyawa sendiri. Ada juga pembunuhan bayi karena hati yang jahat. Apa pun bentuknya, Tuhan Yesus menentang segala macam pembunuhan. Dia mengatakan, "Sebab barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." (Matius 26:52).

    2. Alasan Diberikannya Perintah Ini

      Alasan diberikannya Perintah Keenam yang berbunyi, "jangan membunuh" didasarkan pada kenyataan bahwa hidup adalah karunia dari Allah. Perintah ini diterapkan untuk nyawa manusia dan bukan binatang, mengapa? Karena kehidupan jiwa adalah kudus dalam pandangan Allah. Hal ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh membunuh binatang, burung atau ikan untuk dimakan. Tetapi lebih dari pada itu, kita tidak boleh mengambil nyawa seseorang. Hanya Allah yang bisa memberikan kehidupan, dan tak seorang pun yang berhak untuk menghancurkan hidup manusia. Allah menciptakan manusia menurut citra Allah dengan diberikan roh di dalamnya. Binatang tidak memiliki roh. Ketika seseorang membunuh orang lain, dia menghancurkan sesuatu yang seperti Allah. Ini adalah salah dalam pandangan Allah.

    3. Tuhan Yesus Berbicara Tentang Perintah Ini

      Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus mengatakan, "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (Matius 5:21-22)

      Yesus mengatakan bahwa motivasi hati, pikiran dan sikap kita sangat penting karena hal-hal tersebut muncul dalam tindakan kita. Tuhan Yesus sudah melampaui tegasnya hukum yang tertulis itu dan mencapai inti dari hukum itu sendiri. Dia mengatakan kepada kita supaya jangan marah terhadap saudara kita (atau orang lain) karena kemarahan adalah merupakan benih yang dapat berubah menjadi pembunuhan jika kita tidak berhati-hati. Menurut pemikiran Tuhan Yesus, marah karena mementingkan diri sendiri adalah sikap yang salah. Jika seseorang marah kepada orang lain, perbedaannya dengan orang yang membunuh hanyalah dalam tingkat kejahatannya, tetapi pada dasarnya sama saja. Kemarahan itu sering berbahaya dan mungkin berubah menjadi mematikan. Satu bahaya kemarahan adalah hal itu cenderung mengeras dalam hati. Kita harus meninggalkan kebencian karena seseorang yang benci berpotensi untuk menjadi seorang pembunuh. Tuhan Yesus memberikan perhatian terhadap perasaan kita kepada sesama, "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul ... pembunuhan ..." (Markus 7:21-22).

      Kita perlu mengerti bahwa kita bisa membunuh seseorang dengan lebih banyak cara selain mengambil nyawanya secara langsung. Ada cara-cara lain untuk membunuh seseorang yang sama efektifnya, yaitu seperti memenggal kepalanya atau menembaknya. Menyebut seseorang tak berguna atau sering memperlakukan dia dengan buruk berarti membunuh kepribadiannya, meskipun tubuhnya sendiri tidak dirugikan. Kita bahkan harus berhati-hati untuk tidak "membunuh" sifat orang lain, karena jika kita "membunuh" sifatnya, kita mungkin menghancurkan orang itu atau menyebabkan dia membunuh dirinya sendiri.

      Perintah ini melarang tindakan lain yang mematikan, yaitu sikap tidak memedulikan jiwa orang lain. Sikap ini mungkin merupakan dosa yang paling berbahaya bagi semua orang baik anggota gereja atau bukan. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita hendaknya "Saling mengasihi". (Yohanes 13:34) Jika kita melakukan hal itu, maka berarti kita juga melaksanakan perintah ini yaitu, "Jangan membunuh."

  3. Perintah Ketujuh

    Peraturan Ketujuh untuk kehidupan manusia yang diberikan Allah adalah "Jangan berzinah." (Keluaran 20:14) Perintah ini berhubungan dengan kemurnian hati. Ini adalah suatu perintah yang menentang perzinahan dan kecemaran. Perintah ini diberikan Allah untuk menjaga rumah tangga dan keluarga.

    1. Termasuk Segala Jenis Kecemaran

      Perintah ketujuh ini bukan hanya melarang perzinahan, tetapi juga termasuk menghindari segala bentuk kecemaran; "kumpul kebo" (hubungan sex di luar pernikahan, khususnya antara pasangan yang belum menikah); serta semua buku, nyanyian, gambar jorok yang cenderung mengotori dan merendahkan pikiran dan tubuh adalah bertentangan dengan hukum Allah ini.

    2. Arti Perzinahan

      Perzinahan adalah dosa antara seorang laki-laki yang membuat hubungan cinta dengan istri orang lain saat suaminya sedang tidak di rumah. Hal itu juga berarti dosa dari seorang istri yang mempunyai seorang "teman" yang bukan suaminya. Berarti juga dosa dari seorang suami yang meninggalkan istri dan keluarganya karena mencari yang lain. Ini adalah dosa yang bertentangan dengan kemurnian pernikahan Kristen.

      Seorang Kristen harus menjaga matanya untuk tidak melihat perbuatan-perbuatan, buku-buku atau gambar-gambar yang jorok. Seorang Kristen harus menjaga lidah dan telinganya dari pembicaraan yang kotor. Seorang Kristen harus menjaga pikirannya dari pikiran-pikiran yang kotor dan tubuhnya dari tindakan-tindakan yang kotor. Inilah aturannya: jika Anda tergelincir dalam dosa kedagingan, cepatlah bertobat, dan akan diampuni. Saat Anda diampuni, jauhkan hal itu dari pikiran Anda, dan janganlah mencoba untuk memikirkannya lagi. Kitab Amsal dalam Perjanjian Lama mengatakan, "Siapa yang melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri." (Amsal 6:32)

    3. Rencana Allah yang Mulia

      Pada awal penciptaan manusia, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Ini berarti nafsu birahi adalah sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup manusia (memengaruhi seluruh tubuh, jiwa dan roh kita). Allah telah mengaruniakan hal itu untuk dapat digunakan secara benar. Allah juga telah merencanakan sejak semula bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk mendapatkan seorang istri. Mereka akan bersatu dalam suatu hubungan yang kudus untuk membentuk sosok manusia yang utuh. Merupakan bagian dari rencana Allah pula bahwa kita harus mengasihi dan menghormati pasangan kita. Benar bahwa banyak orang yang bukan Kristen memiliki kehidupan yang setara dengan kehidupan binatang. Namun, marilah kita ingat bahwa tingkat kehidupan binatang adalah untuk binatang dan bukan untuk manusia. Allah menciptakan manusia dengan tingkat kehidupan yang lebih tinggi daripada apa yang Dia ciptakan untuk binatang. Pernikahan adalah merupakan hubungan yang kudus. Hukum Allah ini melindungi hak-hak suami dan istri dalam kehidupan pernikahan. Seperti perintah yang keenam "Jangan membunuh" maka perintah ini, yang berdasarkan pada kekudusan kepribadian manusia, menghendaki kita untuk mengasihi dan saling menghormati kepribadian orang lain.

    4. Mengapa Allah Melarang Perzinahan

      Allah melarang perzinahan karena merugikan manusia. Allah mengasihi kita dan menghendaki kita memiliki dan menikmati hal-hal yang terbaik dalam hidup. Perzinahan meninggalkan perasaan bersalah, takut dan membawa pada ketidakbahagiaan, bahkan kadang-kadang membawa pada kematian itu sendiri. Seorang suami atau istri yang tidak setia berarti melakukan ketidakjujuran. Kita tidak bisa berbuat tidak jujur tanpa menyinggung orang lain.

    5. Tuhan Yesus Berbicara Mengenai Perintah Ini

      Dalam Matius 5:27-32 Tuhan Yesus berbicara mengenai perintah ini, yaitu perintah yang diberikan kepada Musa dan bangsa Israel pada masa Perjanjian Lama. Walaupun demikian, perintah ini masih dapat kita terapkan pada hari ini. Tuhan Yesus mengatakan bahwa cara kita berpikir dalam hati tentang orang lain memengaruhi kita. Tak seorang pun yang dapat langsung menyerah pada pikiran-pikiran yang kotor tanpa ada perubahan secara emosi. Tuhan Yesus mengatakan bahwa hati yang penuh dengan hawa nafsu bersifat menghancurkan diri sendiri, Dia mencela sikap hati yang penuh dengan hawa nafsu karena adanya hubungan langsung antara perasaan dan tindakan. Niat hari ini mungkin menjadi tindakan pada hari esok.

      Penulis Perjanjian Baru, Yakobus, menjelaskan kepada kita bahwa kemurnian tindakan tergantung pada kemurnian pikiran. Yesus selalu memedulikan motivasi dari seorang manusia. Pikiran-pikiran yang dipenuhi hawa nafsu mengurangi penghargaan akan sifat keilahian dan nilai dari manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Karena perzinahan membawa kesengsaraan dan penderitaan pada banyak orang di mana-mana, Tuhan Yesus mendorong kita untuk mempunyai hati dan tindakan yang murni. Tuhan Yesus mengatakan, "Berbahagialah mereka yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8)



Akhir Pelajaran (SHA-P04)

DOA

"Bapa, berikanlah aku hati untuk selalu menaruh hormat kepada orang tua setiap saat. Berikan pula kepadaku hati yang menghormati kehidupan orang lain. Apabila aku berpikir tentang seks, ajarkan aku untuk melihat bahwa seks adalah sesuatu yang kudus dari Engkau dan harus digunakan dengan benar. Amin."

[Catatan: Tugas pertanyaan ada di lembar terpisah.]

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA