Referensi SHA Pillar - Hukum Kelima Bagian 1
Hukum Kelima (Part 1)
Empat hukum telah kita bahas berkenaan dengan relasi vertikal antara manusia dan Allah. Seluruh ketidakberesan kehidupan dimulai dari individu yang relasinya tidak beres dengan Allah. Masalah diawali dengan sikap tidak takut akan Tuhan dan tidak mau bertanggung jawab kepada Sang Pencipta. Itu sebabnya, Allah mengawali hukum-Nya dengan empat hukum yang mengacu pada tanggung jawab manusia kepada-Nya.
Hukum kelima mulai membahas relasi antara manusia dengan manusia yang Ia cipta. Hukum ini dimulai dengan: Hormatilah orang tuamu. Kini zaman sudah semakin berubah, di mana manusia semakin berani terhadap orang tua, manusia semakin berani melanggar hukum kelima ini. Untuk itu, kita perlu kembali melihat ke zaman Musa 3.500 tahun yang lalu, mengerti apa yang Tuhan inginkan melalui pemberian Sepuluh Hukum ini.
Di dalam hukum kelima ini, Tuhan memberikan dalil, perintah, prinsip yang penting bagi kita, yaitu: Orang tua adalah wakil Tuhan. Melalui mereka Tuhan mencipta kita. Tidak menghormati orang tua berarti melecehkan perintah Allah. Orang tua adalah sumber keberadaan kita. Tidak mungkin kita eksis jika tidak ada orang tua kita. Ini adalah dalil genetika yang Tuhan telah tetapkan, yaitu: Seorang pria menikah dengan seorang wanita dan melahirkan anak-anak. Ketika manusia melanggar atau mengabaikan hukum ini, pastilah kehidupannya akan menjadi tidak beres. Bangsa yang tidak menjalankan perintah ini tidak akan menjadi bangsa yang besar dan berbudaya agung.
Hormati Orang Tuamu
Hukum kelima adalah suatu perintah untuk menghormati orang tua kita. Tidak peduli apakah orang tua kita itu pandai, kaya, hebat, sukses atau tidak, tetap kita semua harus menghormatinya. Di dalam hukum kelima ini tersimpan dasar rumah tangga yang terhormat, yang Tuhan tetapkan, yaitu anak-anak hanya dilahirkan dari pernikahan seorang pria dan seorang wanita. Kaum homoseksual tidak mungkin melahirkan anak karena telah melawan perintah Allah. Mungkin dalam dua puluh tahun ke depan, gereja yang setia kepada kebenaran Firman Tuhan, yang mau taat kepada ketetapan Tuhan akan mengalami penganiayaan atau pengucilan dari dunia. Gereja-gereja yang lebih patuh kepada kehendak manusia yang tidak bermoral, yang mau mengompromikan kebenaran, dan tidak taat kepada Alkitab, akan menjadi besar dan disukai. Pengkhotbah yang menentang homoseksualitas mungkin akan diseret ke pengadilan dan dijebloskan ke dalam penjara dengan alasan melawan hak asasi manusia. Itu bukan human right (kebenaran manusia) tetapi human wrong (kesalahan manusia). Mungkinkah pria bersetubuh dengan pria atau wanita dengan wanita lalu melahirkan anak? Ini adalah sebuah pelanggaran terhadap natur yang sudah dicipta oleh Tuhan. Di Taiwan ada beberapa gereja yang memberkati pernikahan kaum homoseksual. Ini bukan pemberkatan karena Tuhan pasti tidak memberkati pernikahan yang tidak seturut kepada apa yang Tuhan cipta. Saya sangat simpati terhadap kesulitan kaum homo dan lesbian tetapi tidak pernah menyetujui kelakuan mereka yang melanggar hukum Allah. Kita boleh mengonseling mereka agar mereka bisa datang kepada Tuhan yang sanggup melepaskan mereka dari kesulitan tersebut. Gereja yang benar harus berpegang pada prinsip ini dan tidak berkompromi hingga akhir zaman, tetap setia kepada ketetapan Allah. Gereja yang megah bangunannya, rapi administrasi dan organisasinya, tetapi tidak setia kepada Firman Tuhan akan ditinggalkan oleh Tuhan. Sebaliknya, gereja yang theologinya benar, tidak mengenal kompromi, akan berjalan ke mana pun Tuhan pimpin. Sekarang ini, gedung-gedung gereja di Eropa yang bisa menampung hingga 20.000 orang hanya dihadiri sekitar 200 orang. Apakah abad ke-21 ini adalah abad yang mulia? Tidak. Abad ini merupakan abad yang memalukan, abad yang menakutkan. Manusia begitu berani melecehkan Tuhan dan Kitab Suci.
Orang Tua Wakil Tuhan
Tuhan mengajarkan "Hormati ayahmu dan ibumu" karena orang tua adalah wakil Tuhan. Apakah orang tua atheis juga merupakan wakil Tuhan? Seorang atheis adalah orang yang tidak mengenal Tuhan tetapi mereka tetap dicipta oleh Tuhan. Meskipun orang tua Saudara tidak sesuai dengan standar Saudara, mungkin lebih rendah pendidikannya dari Saudara, tetapi mereka yang memungkinkan engkau berada di dunia ini. Mereka telah berada sebelum engkau berada. Banyak orang yang setelah menjadi kaya menghina orang tuanya yang miskin; atau setelah mengenyam pendidikan yang tinggi lalu menghina orang tua yang kurang memiliki kesempatan belajar hingga ke jenjang yang tinggi. Kita harus ingat bahwa merekalah yang telah melahirkan kita. Allah tidak memberikan batasan bahwa kita hanya menghormati orang tua yang lebih kaya atau lebih pandai dari kita. Allah memerintahkan dengan tegas untuk menghormati orang tua kita. Senada dengan prinsip para Reformator bahwa pemerintah yang bobrok sekalipun masih lebih baik daripada tidak memiliki pemerintah sama sekali. Demikian pula, bagaimanapun orang tua kurang baik, tetap kita harus menghormatinya.
Empat puluh tahun yang lampau Mao Zedong memulai Revolusi Kebudayaan. Selama sepuluh tahun banyak orang tua diadukan oleh anaknya sendiri yang tidak sepaham dengan dia. Akibatnya banyak sekali orang tua yang dianiaya dan dipenjara oleh pemerintah komunis dengan slogan: orang (anak) yang memberontak pasti punya alasan. Kejadian dan sikap ini telah memorakporandakan salah satu sistem kebudayaan umat manusia yang terkuno, yaitu kebudayaan Tionghoa. Saat kejadian itu banyak orang tua yang bunuh diri karena tidak tahan dilecehkan dan dihina oleh anak-anak mereka yang berpihak kepada pemerintah. Revolusi Kebudayaan (1966-1976) terjadi karena mereka melihat adanya kelemahan di dalam kebudayaan dan tradisi Konfusianisme yang dipegang oleh orang Tionghoa. Memang Konfusianisme memiliki banyak kelemahan tetapi bukan berarti kebudayaan yang besar ini boleh dilecehkan begitu saja. Para sejarawan besar dunia seperti Sorokin dan Arnold Toynbee mengakui bahwa setelah menganalisis puluhan kebudayaan yang ada di dunia, maka kebudayaan Konfusianisme atau kebudayaan Tionghoa merupakan salah satu kebudayaan yang paling agung. Kebudayaan besar seperti kebudayaan Romawi, kebudayaan Mesir kuno, kebudayaan Babilonia dan Asiria sudah punah semua. Hanya beberapa kebudayaan agung yang masih eksis, di antaranya kebudayaan Tionghoa yang sudah berusia lebih dari 5.000 tahun. Meskipun mengandung banyak kelemahan tetapi ada hal-hal esensial penting yang sesuai dengan firman Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan masih memelihara kebudayaan ini.
Theologi Reformed mengakui adanya anugerah umum (common grace) dan wahyu umum (general revelation) yang diberikan kepada semua orang, tidak peduli dia umat pilihan atau bukan. Tentu saja, kebudayaan tidak seratus persen setara dengan anugerah umum atau wahyu umum, tetapi kebudayaan merupakan respons manusia terhadap wahyu umum dari Allah. Dalam waktu sepuluh tahun, kebudayaan Tionghoa diracuni oleh Revolusi Kebudayaan dan menyebabkan masyarakat Cina menjadi brutal. Selama pemerintahan Mao Zedong, banyak orang yang mati secara tidak wajar. Ada yang dibakar, dibiarkan mati kelaparan, dilempar dari lantai atas, dan banyak hal lain, sampai sekitar tujuh puluh juta orang yang meninggal. Angka ini memecahkan rekor pembantaian massal di sepanjang sejarah. Pemuda-pemudi menjadi sangat tidak tahu sopan santun lagi dan tidak mengingat jasa orang tua mereka. Padahal ayah dan ibu adalah wakil Tuhan bagi anak-anak mereka. Itu sebabnya Tuhan menciptakan pria yang berwibawa dan wanita yang lembut sehingga keluarga yang memancarkan kedua aspek sifat Allah ini pasti akan bahagia. Tuhan menciptakan pria sebagai perwakilan sifat-Nya yang agung, benar, suci, sedangkan wanita sebagai perwakilan sifat-Nya yang lembut, penuh kasih, sabar, dan tekun. Oleh karena itu, suara pria yang berwibawa membuat anak memiliki rasa aman, sedangkan suara ibu yang lembut membuat anak merasa disayang. Paduan keduanya membuat anak bertumbuh dengan stabil. Anak yang hanya memiliki ibu dan tidak memiliki ayah, atau sebaliknya, hidupnya menjadi kurang stabil. Ia baru bisa stabil kembali jika dia memperoleh anugerah Tuhan.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena sekalipun ayah saya meninggal saat saya baru berusia tiga tahun, namun Dia memberikan saya seorang ibu yang memerankan wibawa ayah dan kasih ibu. Seorang ibu yang bekerja keras dengan gigih untuk membesarkan kami delapan bersaudara. Ketika berusia lima tahun, saya mulai menyadari bahwa setiap pagi ibu saya selalu membaca Alkitab dan berdoa selama satu jam, meminta kepada Allah-Nya, Bapa-Nya di surga untuk menjadikan dia janda yang suci, memelihara hatinya untuk selalu mencintai Tuhan. Dia minta kepada Tuhan untuk memberikan dia kekuatan dan kebijaksanaan agar dapat membesarkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna.
Jadi, apabila ayah dan ibu sadar bahwa mereka adalah wakil Tuhan, maka rumah tangganya akan berbahagia dan anak-anaknya pun akan memiliki hari depan yang cerah. Saya sendiri tidak memaksa anak-anak saya untuk membaca Alkitab, seperti ibu saya. Saya hanya menanyakan kepada mereka setiap setengah tahun sekali, mereka sudah membaca Alkitab sampai di mana.
Maka orang tua harus menyadari perannya sebagai wakil Tuhan. Anak-anak adalah pusaka yang Tuhan karuniakan dan yang akan Dia hakimi, bahkan mungkin ada anak yang akan dilemparkan ke neraka selama-lamanya. Itu terjadi karena kita belum pernah memberitakan Injil kepadanya, sebaliknya malah memanjakan dan merusak dia. Kesadaran serius akan hal ini akan membuat cara kita mendidik anak jadi sangat berbeda.
Saya ingin mereka melakukan dengan sadar, bukan dengan paksaan. Saya melatih mereka untuk memiliki tanggung jawab di hadapan Tuhan. Saya juga tidak pernah memaksa Anda untuk menjadi anggota gereja saya atau memberikan persembahan, karena saya dipanggil untuk memberitakan firman Tuhan dan menjalankan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan demikian, saya menggembalakan jemaat saya melalui pemberitaan dan pengajaran firman yang saya berikan.
Ayah ibu yang menyadari dirinya adalah wakil Tuhan bagi anaknya, tentu tidak akan hidup dengan sembrono, melainkan memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebenarnya, anak-anak tahu dan dapat menilai apakah orang tuanya beres atau sedang bersandiwara, apakah mereka sungguh-sungguh berkorban demi mereka atau tidak. Penilaian anak-anak lebih peka dari orang dewasa. Ketika saya masih kecil, setiap kali saya berbuat salah, ibu akan memanggil saya dan bertanya apakah saya sudah mengetahui dan mengakui bahwa saya bersalah. Lalu ibu mengatakan akan memukul saya dan menanyakan berapa pukulan yang layak saya dapatkan sesuai dengan kesalahan saya. Lalu kami tawar-menawar. Pada saat itu saya mengetahui bahwa ibu saya tahu dengan tepat berapa besar kesalahan saya dan menghukum saya dengan setimpal. Ingat, ketika kita menghukum anak terlalu ringan, ia akan meremehkan kita; tetapi ketika kita menghukum terlalu berat, ia akan membenci kita. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa kita adalah wakil Allah dan anak-anak akan melihat Allah melalui kita.
Perintah Tuhan
Tuhanlah yang memberikan perintah hukum kelima ini. Allah adalah Pencipta. Dia menciptakan laki-laki menjadi ayah dan perempuan menjadi ibu. Allah juga yang menciptakan hukum genetika di mana laki-laki dan perempuan bisa melahirkan anak. Maka orang tua harus menyadari perannya sebagai wakil Tuhan. Anak-anak adalah pusaka yang Tuhan karuniakan dan yang akan Dia hakimi, bahkan mungkin ada anak yang akan dilemparkan ke neraka selama-lamanya. Itu terjadi karena kita belum pernah memberitakan Injil kepadanya, sebaliknya malah memanjakan dan merusak dia. Kesadaran serius akan hal ini akan membuat cara kita mendidik anak jadi sangat berbeda. Setiap kali saya melihat anak yang sedang merangkak, saya bukan hanya melihat dia, tetapi melihat bagaimana dia akan menjadi leluhur dari jutaan orang. Apa jadinya jika bayi ini tidak mendengar Injil.
Perintah bagi Anak
Perintah ini ditujukan bukan kepada orang tua tetapi kepada anak. Bukankah orang tua yang menjadi representasi Allah tetapi mengapa perintahnya diberikan kepada anak? Hukum kelima tidak berbunyi: Hai orang tua jadilah teladan bagi anak-anakmu; tetapi: Hormatilah ayah dan ibumu. Setiap anak akan menjadi tua tetapi setiap orang tua tidak akan kembali menjadi anak-anak. Prinsip ini harus diingat oleh setiap anak muda yang masih di dalam proses belajar. Oleh sebab anak-anak belum menjadi orang tua, maka mereka tidak pernah mengerti orang tua. Sebaliknya orang tua pernah menjadi anak-anak sehingga mereka tahu bagaimana menjadi anak. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan mereka untuk menghormati orang tua.
Mengapa banyak anak muda yang tidak menghormati orang tuanya? Ada beberapa sebab: Pertama, hidup orang tuanya tidak beres dan tidak bisa menjadi teladan yang baik baginya. Tetapi perintah ini sama sekali tidak mengajar anak untuk menghormati orang tua yang kondisinya baik, melainkan karena mereka melahirkan engkau. Maka, ketika anak itu bisa lebih mengerti, lebih bermoral, itu semata-mata hanyalah anugerah Tuhan. Bagaimana dengan anak yang lahir karena dulu ibunya diperkosa sehingga ia tidak tahu siapa ayahnya? Orang yang melahirkan atau membesarkan engkau adalah orang tua yang harus engkau hormati. Filsafat Konfusius mengajarkan tiga pernyataan tentang kebudayaan Tionghoa, yaitu: 1) Ketika orang tuamu hidup, peliharalah dengan tata krama; 2) Ketika mereka mati, kuburkanlah dengan tata krama; dan 3) Setelah dikubur, berbaktilah dengan tata krama. Itu sebabnya, orang Tionghoa menghormati orang tuanya di dalam tiga tahap, yaitu: ketika hidup, ketika mati, dan setelah mati. Keadaan ini terkadang menyusahkan keturunan yang kurang mampu karena sering kali upacara-upacara ini menguras dana sampai terkadang harus berhutang. Penghormatan tahap ketiga sering kali menjadi ketegangan dengan kekristenan karena ketika seseorang percaya kepada Yesus menjadi tidak mau memelihara abu orang tua sehingga dianggap kurang berbakti. Masalahnya, apakah menghormati orang tua harus ditandai dengan membuat kuburan yang besar, lalu orang tua disamakan dengan Allah, lalu disembah seperti beribadah kepada Allah? Sebenarnya ketika Konfusius mengemukakan pandangan tersebut, Yang Zhu, seorang filsuf sezamannya menentang dia. Mengapa menunggu orang tua mati baru menyajikan makanan enak lalu dilahap oleh anak cucu? Mengapa tidak memberikan makanan yang enak-enak ketika mereka masih hidup. Tetapi ternyata manusia lebih suka filsafat Konfusius ketimbang Yang Zhu. Sepanjang sejarah, kebudayaan Tionghoa selalu bertentangan dengan Injil Yesus Kristus. Saya dilahirkan di Tiongkok dan mengerti filsafat Tiongkok, tetapi juga dipengaruhi oleh filsafat komunisme, Gerika kuno maupun modern, dan Konfusianisme. Akhirnya Tuhan pimpin saya ke Indonesia dan memakai saya menjadi saksi-Nya. Ini menjadi tugas berat bagi saya untuk membawa berita tentang Kristus dan salib-Nya. Ajaran Konfusianisme bukan ajaran terbaik untuk berbakti kepada orang tua. Anak berlaku kurang ajar kepada orang tuanya karena dia tidak pernah mengetahui dan menyadari betapa sulit dan betapa besar pengorbanan mereka untuk membesarkan dia. Ia hanya tahu ketika ia dimarahi, lalu ia benci dan sombong karena merasa lebih daripada orang tuanya. Seorang ibu berkata, "Saya bersusah payah mengirim anak saya belajar ke Amerika. Sekarang ia menghina saya karena saya tidak tahu apa-apa." Sikap anak seperti itu sangatlah kurang ajar. Jangan lupa, ayahmu dahulu pernah susah, berjuang keras agar engkau bisa pandai dan hidup lebih nyaman. Ibumu setiap hari berdoa untukmu, untuk studimu, untuk hidupmu. Jangan engkau menghina dia. Kiranya engkau boleh semakin menghormati ayah dan ibu yang melahirkan engkau.
Ordo dan Hormat
Orang Tionghoa menghargai ordo (urutan) yang diajarkan oleh Konfusius. Yang atas harus penuh pengertian terhadap yang di bawah dan yang di bawah harus berbakti kepada yang di atas. Ini dijadikan dalil keharmonisan masyarakat sehingga masyarakat Tionghoa tertata dengan rapi selama 2.600 tahun. Alkitab juga mengajarkan dua prinsip yang sedikit berbeda, yaitu: atasan harus mengasihi bawahan dan bawahan harus menaati atasan. Kalau orang dunia melihat kaisar sebagai atasan, maka pada akhirnya akan menjadi diktator. Kebudayaan Tionghoa tidak memiliki konsep Allah yang berpribadi. Akibatnya, kaisar menjadi penguasa seperti Tuhan, memerintah dan menguasai orang lain, tetapi tidak sanggup menguasai dirinya sendiri. Ini terbukti di mana belasan kaisar di Dinasti Ming mati karena penyakit kelamin. Alkitab mengajarkan bahwa Kristus sungguh-sungguh menghargai orang lain. Ia lahir di palungan dan mati di kayu salib mengorbankan diri-Nya. Dia tidak menggunakan hak istimewa tetapi justru menjadi hamba dalam bentuk manusia. Dia berbeda dari semua pemimpin. Dialah pemimpin yang menyangkal diri sehingga Dia berhak mengatakan, "Barang siapa tidak menyangkal diri, ia tidak patut mengikut Aku." Dari zaman ke zaman, semua pengikut-Nya rela berseru, "Engkaulah Allahku, Engkau Tuhanku." Relasi di Alkitab jelas menyatakan bagaimana menempatkan Allah dan pemerintah. Allah mengasihi pemerintah dan pemerintah harus taat kepada Allah. Demikian pula relasi antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah harus mencintai rakyat dan rakyat harus taat kepada pemerintah. Juga relasi antara orang tua dan anak. Orang tua harus mencintai anak dan anak harus menghormati orang tua. Anak yang tidak memelihara orang tua di masa tuanya adalah anak durhaka. Anak harus sadar bahwa waktu engkau melayani mereka, mungkin tidak lebih panjang dari masa mereka membesarkan engkau. Apalagi, kepada siapa mereka mengandalkan hidupnya kalau bukan kepada anak-anaknya? Banyak orang tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai anak, sementara menuntut kewajiban orang tua kepada anak. Ketika orang tua sudah sakit-sakitan dan tidak punya penghasilan, mereka malah dihina. Maka, saya mengingatkan bahwa saat gereja menjalankan diakonia harus hati-hati dan bijaksana. Jangan mendukung orang yang kelihatan miskin. Ada wdukungan untuk orang tua yang miskin tetapi uang diakonia diambil oleh anaknya. Sampai dua tahun sesudah orang tua itu meninggal tidak ada yang tahu dan mereka terus memberikannya. Ini pemborosan uang Tuhan.
Tantangan terbesar yang dihadapi hukum kelima bukan datang dari kebudayaan Barat melainkan kebudayaan Tionghoa. Apalagi kalimat Yesus, "Jika engkau tidak membenci orang tuamu, saudaramu, suamimu, istrimu, anakmu, engkau tidak layak menjadi murid-Ku." Kita harus menghormati orang tua tetapi kita hanya berbakti kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyamakan manusia dengan Tuhan Allah. Hati-hati, ketika kita tidak menghormati orang tua kita, anak-anak kita juga akan melihat perilaku kita dan mereka kelak akan memperlakukan kita seperti kita memperlakukan orang tua kita. Sering kali ada orang merasa hebat ketika dia melawan dan menghina orang tuanya. Ia tidak sadar bahwa apa yang ia lakukan menjadi teladan buruk bagi keturunannya. Kelak ia akan mengalami seperti apa yang ia lakukan kepada orang tuanya. Oleh karena itu, hendaknya kita benar-benar memperhatikan hukum kelima ini: Hendaklah engkau menghormati ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu. Amin.
"Kepentingan hidup harus siap sedia digeser untuk memberitakan Injil Kristus. Sudahkah kita melakukannya?" (Pdt. Dr. Stephen Tong)
Sumber asli:
Judul Buletin | : | Pillar, Edisi 101 Desember/2011 |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Penerbit | : | Gereja Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 1 - 4 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA