Rangkuman Diskusi PPL Juli/Agustus 2007
Inilah hasil Rangkuman Pengantar Perjanjian Lama (PPL) periode Juli-Agustus 2007. Topik-Topik yang didiskusikan adalah:
1. Sejarah Perjanjian Lama dan Keselamatan
2. Perintah Perjanjian Lama
3. Hubungan antara Israel dan Gereja
Selamat Membaca
Topik I. SEJARAH PL dan KESELAMATAN
[?] Hal-hal menarik apa yang dapat dpelajari dalam sejarah PL.; khususnya ketika jaman nabi-nabi berpindah ke jaman kerajaan, juga ketika jaman kerajaan menjadi terpecah-pecah? Apa hubungan sejarah PL ini dengan keseluruhan sejarah keselamatan manusia?
A. Sejarah PL Secara Periodik
(1). Dari penciptaan sampai pemanggilan Abram.
(2). Dari Abram sampai Musa.
(3). Dari Musa sampai Yosua.
(4). Aturan kehidupan dan Ibadah orang Ibrani.
(5). Dari Yosua sampai Saul.
(6). Pemerintahan Saul, Daud dan Salomo.
(7). Kerajaan Israel dan Yehuda.
(8). Masa pembuangan dan pemulangan.
(9). Intertestamental - Masa antara PL-PB.
Sejarah PL secara periodik ini harus dipelajari kasus per kasus. sebab, dalam setiap periode Allah bekerja berdasarkan konteksnya. Masing-masing konteks, secara tehknis akan berbeda dengan konteks yang lain. Meskipun dalam pola-pola kerja, 'mainstream' atau 'benang merahnya' dapat dideteksi dengan mudah. Yang harus dipahami dalam periodik ini adalah, bahwa Allah bekerja dengan cara yang ‘unik’ dan ‘khusus’ untuk tujuan yang kekal di dalam sejarah umat-Nya.
B. Sejarah PL Secara Teologis
Di bagian ini sejarah PL dilihat secara menyeluruh dalam hubungannya dengan rencana kekal Allah.
PL sebagai sejarah Allah dan sejarah keselamatan. Cerita-cerita di PL merupakan mata rantai sejarah Alkitab yang panjang. PL adalah sejarah yang hidup.
1. PL. Sebagai Sejarah Pekerjaan Allah
Alkitab adalah sejarah pekerjaan Allah dalam kehidupan Israel dengan satu tujuan tertentu. Jika melihat lebih dalam tentang sejarah Alkitab, dan membacanya dengan iman, akan terlihat kesabaran Allah sepanjang masa. Segala macam kejadian menyatakan kebaikan-Nya, murka-Nya, pengasihan-Nya, hukuman-Nya, dan rahmat-Nya.
2. PL. Sebagai Sejarah Keselamatan
Kehadiran Allah dalam sejarah itu sudah direncanakan dan untuk keselamatan dunia. Tuhan berkuasa atas semua ciptaan-Nya. la menjadikan manusia menurut gambar dan rupa-Nya; dan menempatkannya di atas segala ciptaan-Nya. Allah berharap agar manusia dengan senang hati atas kemauannya sendiri taat kepada-Nya. Tetapi, manusia tidak taat. Manusia terputus hubungannya dari Allah. Timbullah kekacauan dan setiap bagian kehidupan manusia menjadi rusak; inilah dosa. Dosa itu menurun.
Untuk tujuan penyelamatan, Allah memanggil Abram untuk menjadi bapa bangsa pilihan. Dan keturunannya adalah ahli-ahli waris dari suatu perjanjian. Kemudian, kuasa Allah membebaskan keturunan Yakub dari perbudakan di Mesir, dan membawa mereka melalui padang gurun ke tanah yang telah dijanjikan-Nya.
Di Gunung Sinai, Allah dan umat-Nya membuat suatu perjanjian.
Setelah sampai di Palestina, orang-orang Israel meninggalkan panggilan mereka dan melupakan perjanjian mereka dengan Allah. Imam-imam membiarkan ibadat menjadi rutinitas. Beberapa raja mementingkan kemewahan dan mereka mengadakan persekutuan-persekutuan yang dibenci Allah. Nabi-nabi palsu menyesatkan bangsa Israel.
Selama sejarah PL, Allah menyatakan firman-Nya melalui para nabi. Mereka memanggil bangsa itu agar kembali kepada hukum perjanjian dan memperingatkan akan penghukuman, jika mereka masih tetap mencemarkan nama Allah. Hukuman atas bangsa Israel benar-benar terjadi dengan kejatuhan Yerusalem, penghancuran Bait Allah, dan pembuangan ke Babel. Allah menghukum supaya umat-Nya bertobat dan selamat.
Pengharapan akan keselamatan muncul kembali di hadapan orang-orang yang telah dipilih Allah untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi pemberita firman-Nya; seperti imam Ezra. Tetapi generasi demi generasi melupakan panggilan Allah dan perkejaan-Nya. Bangsa Yahudi yang berjumlah kecil itu mengasingkan diri. Mereka bangga karena menjadi bangsa pilihan Allah dan lupa tujuan, untuk apa mereka dipilih. Demmikianlah maksud Allah itu dihalang-halangi sampai pada akhir sejarah Perjanjian Lama. Pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan hanya dapat dilakukan dengan sempurna apabila Dia sendiri datang di dalam pribadi Anak-Nya, untuk memproklamirkan kepada umat manusia kabar kesukaan tentang pengampunan-Nya dan kerajaan Nya. Tetapi, itu bukan PL lagi. Itu adalah cerita tentang Yesus di PB.
Ide tentang Mesias sebagai Raja adalah inti PL, yaitu Kristus adalah Mesias. Istilah Mesias menunjuk kepada seseorang yang dipisahkan untuk suatu maksud yang suci dengan jalan mengurapinya. Raja-raja di Israel disebut "yang diurapi". Yerusalem adalah kota suci dan Bait Allah merupakan tempat suci para raja. Mesias sebagai seorang saleh, hamba atau nabi. Orang akan memperlakukan Mesias itu dengan sewenang-wenang. Memang Ia hanya akan dapat melakukan pekerjaan-Nya, kalau Ia menderita dan mati karena manusia (Yes. 50:4-7; 53:1-9). Setelah itu Ia akan dipermuliakan selama-lamanya.
Harus diingat: (1). Pada jaman Yesus, orang Yahudi tidak pernah memikirkan mengenai Juruselamat yang harus menderita dan mati (Yes. 53). (2). PL itu sama seperti fajar di pagi hari yang baru; matahari hampir terbit, tetapi belum terbit. Kedatangan Kristus itu seperti terbitnya matahari (Mal. 4:2; Luk. 1:78).
Catatan
(1). Kitab-kitab PL itu berisikan sejarah keselamatan. Tetapi sejarah itu tidak lengkap. Akhir dari rencana Allah bagi keselamatan manusia tidak terdapat di dalam kehidupan masyarakat Yahudi setelah masa pembuangan. Sejarah itu mengungkapkan harapan akan mesa depan.
(2). Bila hendak mempelajari PL, ingat yang berikut. Pertama, tidak boleh mengambil cerita itu secara terpisah-pisah. Kedua, cerita-cerita itu menjadi pelajaran-pelajaran yang berharga hanya apabila diterima di dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan Allah bagi umat-Nya dan bagi dunia ini. Ketiga, tidak boleh menganggap sejarah Perjanjian Lama itu sebagai sesuatu yang sudah lengkap.
Topik II. PERINTAH PL: HUKUM DAN ANUGERAH
[?] Apakah ada perintah-perintah yang dituliskan dalam kitab-kitab PL yang sekarang tidak kita laksanakan lagi? Apa contoh-contohnya? Mengapa? Bagaimana kita mengetahui apa yang masih berlaku sekarang dan mana yang tidak?
Rom. 7:12, "...Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik."
Baca juga: (1). Keluaran 20-23, (2). Imamat, (3). Ulangan 12-26, (5). Yehezkiel 40-48.
Apakah Hukum atau Perintah itu?
Arti Hukum-Hukum itu berbeda dengan hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam Alkitab, hukum merupakan firman yang hidup yang dikatakan di dalam nama Allah. Hukum itu adalah suatu perintah yang diberikan kepada orang-orang pada suatu saat tertentu dan di tempat yang tertentu (lihat Yes. 1:10; 8:16-20; 30:9; Mik. 3:11; 4:2, dsb.).
(1) Hukum-hukum itu adalah firman yang hidup dari Allah Israel yang melalui sejarah memberikan perintah-perintah kepada umat-Nya. Kita tidak boleh memisahkan hukum itu dari sejarahnya. (2) Hukum-hukum itu memberi kesaksian tentang Allah sebagai Tuhan dari kehidupan dan tentang perjanjian yang dibuat-Nya dengan umat-Nya. Kita harus taat kepada Allah di dalam segala bidang kehidupan kita. (3) Hukum-hukum itu merupakan sebagian dari sejarah keselamatan; hukum-hukum itu menunjukkan garis besar dari jalan yang menuju keselamatan; tetapi hukum itu sendiri bukanlah jalan keselamatan.
Dua Pendekatan Terhadap Hukum di PL.
Secara hermeneutik, ada dua teori untuk menjawab pertanyaan ini: (1) Aliran Dispensasional (Membagi jaman) cenderung membedakan bahwa cara Allah bekerja di PL berbeda dengan di PB. Di PL Allah bekerja melalui hukum dan di PB sebagai sebuah masa anugerah. Hukum-hukum PL tidak relevan lagi diberlakukan di PB. (2) Sedangkah di aliran Theonomi (Hukum Allah), beranggapan bahwa hukum-hukum PL dan hukumannya tetap berlaku sampai sekarang. Kedua pendekatan ini tidak seluruhnya benar tetapi juga tidak salah total.
Hukum itu Dibagi ke dalam Tiga Bagian.
(1) Hukum-hukum moral. Hukum ini menyatakan prinsip-prinsip Allah untuk hubungan yang benar dengan Dia dan sesama (refeleksinya di Luk. 10:27). (2) Hukum-hukum sipil. Hukum ini mengatur bangsa Israel sebagai bangsa pilihan menjadi umat pilihan-Nya. (3) Hukum-hukum ritual, hukum ini mengatur bagaimana Israel menyembah Tuhan.
Sifat-Sifat Hukum.
(1) Jangkauannya yang luas. Hukum membuat kita mengerti bahwa seluruh kehidupan berada dalam kontrol kehendak Allah. Hukum mengatur seluruh aktifitas, tindakan, dan perilaku kita. (2) Himbauan yang bersifat pribadi. Alasan yang paling kuat untuk taat kepada hukum adalah "hati yang tergugah"; suatu keputusan batin dan moral secara pribadi. (3) Hukum-hukum itu memiliki kekuatan mutlak. Setiap pelanggaran harus dihukum! Kemurahan Allah tidak berarti membiarkan dosa. Kristus datang juga bukan untuk meniadakan atau membatalkannya, tetapi menggenapi kuasa hukum itu.
Arti Hukum Itu Sekarang
(1) Hukum-hukum itu menyaksikan kebenaran yang berganda dan Gereja pada jaman sekarang ini harus menghayatinya. (2) Umat Allah dipanggil untuk menjadi satu bangsa yang kudus; yaitu mereka dipanggil agar sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah, dipisahkan untuk melayani Dia. Itulah sebabnya kita menemukan perkataan, "Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus," di tengah-tengah peraturan tentang makanan dan kebersihan (Im. 11:44). Inilah perkataan bagi Gereja pada jaman sekarang. Tidak mungkin seseorang menjadi "orang Kristen hari Minggu", seseorang yang selama enam hari bertindak, berpikir dan berbicara seakan-akan Allah tidak mempunyai sangkut-paut dengan kehidupannya.(3) Ada Suatu Perjanjian antara Allah dan Umat-Nya. Jika umat Allah tidak menaati hukum-hukum Allah, maka mereka tidak menepati janji. Padahal janji ini dibuat untuk membantu melaksanakan rencana keselamatan Allah. Orang berada di jalan menuju keselamatan apabila menaati hukum Allah, dan hukum itu bagaikan seorang guru (lihat Gal. 3:15-19) yang menempatkan orang-orang pada jalan menuju keselamatan. Sebagaimana sejarah keselamatan itu belum lengkap di PL, demikian juga hukum yang terdapat dalam PL bukan merupakan tujuan akhir. Kita harus maju lebih jauh lagi. Hal ini tidak membawa kita ke jalan buntu, tetapi membawa kita kepada tujuan.
Catatan
(1) Kita benar apabila menganggap hukum itu sebagai sesuatu yang penting dalam iman dan kehidupan Kristen. Hukum-hukum lain yang diberikan Allah berkenaan dengan keadaan-keadaan kini sudah tidak berlaku. Hukum-hukum itu tidak berlaku bagi kita sebagaimana hal itu berlaku bagi orang-orang Yahudi di padang gurun atau di Palestina. Allah adalah Allah yang hidup; dan hukum-Nya adalah firman yang hidup. Karena itu, perintah "Hormatilah ayahmu dan ibumu" (Kel. 20:12) mempunyai nilai yang berbeda dengan, "Janganlah engkau masak anak kambing dalam susu induknya."(Kel. 34:26).
(2) Perintah PL. haruslah dibedakan dengan tafsiran perintah/hukum (‘Talmud’) yang dibuat oleh para pemuka agama Yahudi. (a). Perintah atau hukum yang dibuat manusia (pasti tidak berlaku lagi termasuk adat istiadat dsb.); karena seperti kata Yesus hal itu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga. (b). Perintah Allah mengenai semua yang berhubungan dengan penebusan dosa dan keselamatan (sudah tidak berlaku lagi) karena sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. (3). Perintah Allah yang bersifat khusus/pribadi (perorangan) dan bukan universal (otomatis sudah tidak berlaku lagi). (d). Perintah Allah + Hukum Kasih, bersifat kekal. Yesus menegaskan demikian dan bahkan menambahkan Roh di dalam hukum-hukum tersebut. Sehingga penilaian bukan dari hal-hal yang terlihat (dilakukan) tetapi dari hati.
Contoh Kasus:
Sunat dalam Taurat Musa memerintahkan agar semua anak laki-laki di Israel disunat. Apakah arti sunat bagi Gereja Kristen pada jaman sekarang ini? Upacara ini berhubungan dengan perkawinan (Kel. 4: 24-26) atau digunakan sebagai suatu upacara suci (Yos. 5:1-8). Sunat adalah suatu hukum yang diberikan Allah sebagai suatu tanda dari perjanjian itu (Kej. 17:9-14). Umat pilihan-Nya menaati hukum itu sama seperti hukum-hukum yang lain, sebagai suatu tanda kesetiaan mereka kepada Allah. Tetapi, sunat hanya merupakan tanda dari perjanjian dan keselamatan, dan bukanlah merupakan keselamatan itu sendiri. Pada jaman Tuhan Yesus, orang-orang Yahudi mengira bahwa mereka pasti mewarisi kerajaan itu karena mereka adalah anak cucu Abraham dan mereka pemelihara hukum Tuhan. Nabi-nabi sungguh mengutuk anggapan yang salah mengenai hukum tersebut. Misalnya, Yeremia mengatakan bahwa "hanya sunat di dalam hati" yang berguna (Yer. 4:4; 9:25). Dengan ini ia menyatakan bahwa tanda secara lahir tidak ada gunanya kecuali kalau disertai ketaatan hati kepada Allah. Paulus dan Gereja Kristen menerima hal ini dan mengatakan bahwa melalui Yesus Kristus, kita memperoleh sunat di dalam hati. Ini berarti kita mempunyai hidup dan pengampunan (Kol. 2:10-15; Rom. 2:25-29; Gal. 5:2-6). Dengan demikian umat Allah yang baru tidak perlu mengikuti hukum itu dengan melakukan sunat secara tubuh.
(3). Jadi, suatu hukum atau perintah mungkin saja tidak berlaku secara tekhnis, misalnya peraturan korban dan lainnya; tetapi dari aturan tersebut terdapat suatu ajakan yang diperlukan sebagai pembimbing moral dan tingkahlaku tentang pentingnya kekudusan atau lain sebagainya. Itulah sebabnya tidak ada satupun orang Kristen atau Yudaisme yang membuang satu "iota" pun dari hukum-hukum atau perintah-perintah itu. Ikut Yesus aja.
Topik III. HUBUNGAN ANTARA GEREJA DAN ISRAEL
[?] Apakah hubungan antara Umat Israel dalam PL. dengan Gereja Kristen dalam Perjanjian Baru?
Ada beberapa cara pandang.
(1). Gereja sebagai "Israel Baru"? Memang ada kesan orang Yahudi sudah kehilangan status sebagai umat Allah, karena mereka menghalang-halangi pemberitaan Injil kepada bangsa-bangsa, menganiaya umat Kristen, membunuh Yesus dan para martir. Orang Yahudi sepertinya sudah bukan umat Allah lagi. maka, di kalangan orang Kristen cukup kuat pernahaman bahwa gereja telah menjadi Israel baru setidaknya berdasarkan dua alasan, misalnya, dalam menggambarkan gereja, umat Allah dalam PL disebut ‘eklesia’ dan ‘laos’; istilah ini juga dipakai dalam PB untuk gereja.
(2). Teks-teks Alkitab yang Menghubungkan Israel dengan Gereja. Teks yang dominan, ada dua: (a). Gal. 6:16. Ungkapan "Israel milik Allah" merujuk kepada orang Kristen, baik orang Yahudi maupun bukan, mereka telah terhitung "Israel milik Allah". (b). Rom. 9:6-8. Kalimat "tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel" sering diartikan bahwa sebagian orang Israel ditolak Allah dan gereja mengambil alih status umat pilihan dari mereka dengan status "Israel baru". Tetapi PB tetap mengakui eksistensi Israel sebagai umat Allah tanpa sedikit pun mengindikasikan bahwa status Israel sebagai umat Allah sudah berhenti (bnd. Kis. 15:14).
(3). Apakah Israel Tetap Umat?". Ketidaksetiaan umat tidak akan membatalkan kesetiaan dan pilihan Allah atas mereka (bnd. Hos. 14:5- 8), sebab Allah tidak pernah mengingkari diri (bnd. Im. 26:40-45; Ul. 30:1- 10; Yer. 31:36-37; dst.) Allah tidak salah memilih bangsa Israel dan Ia tetap setia kepada mereka. Buktinya, selalu ada sejumlah orang Yahudi berpaling kepada Allah di saat-saat yang paling gelap dari sejarah Israel. Ada perumpamaan: (a). Roti Persembahan. Dalam konteks pembicaraan tentang keselamatan Israel, umat sisa yang percaya adalah buah sulung yang mewakili seluruh Israel yang akan diselamatkan pada masa dating seperti halnya Kristus sebagai yang sulung dari antara orang mati telah bangkit mewakili dan menjamin kebangkitan orang-orang milik-Nya (1 Kor. 15:23). (b). Pohon Zaitun dan cabang-cabangnya.
Ilustrasi kedua tentang akar pohon zaitun dan cabang-cabangnya (Rom. 11:16-24). Prinsip ilustrasi ini: kekudusan akar pohon zaitun membwa cabang- cabangnya juga kudus. Istilah 'akar' merujuk pada ‘leluhur orang Israel yang setia’ (Abraham, Ishak, Yakub), yang imannya tidak lekang oleh zaman.
(4). Istilah-istilah ini: (a). Tunas liar. Orang Kristen sebenarnya cuma tunas liar yang mendapat anugerah. Gereja tidak akan ada tanpa bangsa Israel! Bangsa-bangsa lain tidak memiliki jasa kebaikan apa-apa dalam diri mereka sendiri. Hanya oleh iman saja mereka tercangkok pada pohon zaitun yang sejati (Rom. 11:20). (b). Gereja adalah ciptaan baru. Meskipun tidak sama sekali baru, tetapi merupakan kelanjutan dari sebelumnya. Sekalipun umat Kristen berbeda dari umat PL, melanjutkan rencana keselamatan Allah dalam sejarah bersama-sama dengan mereka. Gereja dan umat Israel bersamna- sama memainkan peranan penting dalam menggenapi rencana keselamatan Allah untuk dunia. (c). Fakta bahwa Allah tidak sayang mematahkan cabang asli seharusnya membuat orang Kristen mawas diri terhadap hal-hal yang mengancam imannya. Bila cabang asli saja sampai dipatahkan, apalagi cangkokan tunas liar (Rom. 11:21). Maksudnya, supaya umat Kristen tidak mengandalkan diri sendiri dan harus lebih teguh berpegang pada kebaikan Allah. Umat Allah; Israel maupun bangsa-bangsa lain, hidup hanya oleh anugerah Karena itu.
(5). Israel dianggap telah gagal menanggapi anugerah Allah secara positif. Cara umat Israel mengejar kebenaran iman ternyata keliru dan keadaan mereka digambarkan sebagai "tersandung". Pada zaman PB mereka gagal beriman kepada Yesus secara sederhana. Yesus datang untuk menggenapi Taurat (Mat. 5:17). Karena ketaatan-Nya yang sempurna Allah menghormati-Nya dan bangsa-bangsa lain memuji nama Allah (Rom. 2:17-29). "Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya" (Rom. 10:4). Beriman kepada Yesus dipandang terlalu mudah, tidak perlu usaha keras dari manusia. Bukannya bermegah dalam Allah, mereka malah bermegah dalam Taurat (padahal Taurat tidak menyelamatkan!). Memang sesudah firman Kristus diberitakan kepada orang Israel, tidak semua mereka percaya. Yesus menjadi batu sandungan bagi mereka (Rom. 9:32-33). Namun, efek sampingnya baik. Kegagalan orang Israel untuk sementara membuka peluang yang lebar sehingga bangsa-bangsa dapat secara berbondong-bondong diselamatkan. Jadi, bangsa-bangsa yang tidak mengejar kebenaran dan tidak memiliki hak istimewa seperti Israel (Rom. 9:4-5), sekarang memperoleh kebenaran demi iman (Rom. 9:30).
(6). Bagaimana keselamatan Israel sebagai bangsa. Melalui keselamatan bangsa-bangsa, Israel yang mengeraskan hati akan cemburu dan mengejar keselamatan itu kembali (bnd. Rom. 10:19). Pada akhirnya nanti bukan cuma Israel sisa yang selamat, melainkan Israel dalam jumlah yang penuh. Hal ini sudah disinggung Paulus sebelumnya ketika ia berbicara tentang kesempurnaan bangsa Israel, penerimaan dan pencangkokannya kembali (Rom. 11:12, 15, 23-24). Semua itu, bagi Paulus adalah dasar yang kuat untuk mengharapkan keselamatan seluruh Israel. Yang selamat nantinya bukan cuma Israel secara individual, melainkan Israel secara bangsa. Allah akan menyelamatkan Israel secara bangsa karena pilihan-Nya atas mereka tidak pernah ditarik kembali (Rom. 11:28-29).
(7). Apakah Israel dan gereja itu satu umat? Masa depan Israel bersatu dengan masa depan bangsa-bangsa yang percaya kepada Kristus. Sebagaimana Tuhan adalah Esa, umat-Nya juga satu. Satu umat, namun dengan misteri hubungan yang sulit dijelaskan. Paulus mencoba sebisa mungkin menggambarkan hubungan integral antara umat Israel dan Kristen dalam ilustrasi pohon zaitun (Rom. 11:11-29). Dalam ilustrasi itu status orang Kristen digambarkan seperti tanaman cangkok pada pohon zaitun Israel. Satu pohon, bukan dua. Satunya itu tidak boleh dimengerti seolah-olah umat Kristen menggantikan posisi umat Israel dan juga tidak berarti keduanya identik. Keduanya berbeda, namun di mata Tuhan Yang Esa tetap satu umat. Sungguh sulit menjelaskan misteri hubungan umat Kristen dengan umat Israel.
(8). Israel dan gereja adalah umat yang berbeda. Kendati satu umat, keumatan Israel dan gereja berbeda. Begitu seorang Yahudi lahir, ia sudah terhitung umat Allah, harta kesayanganNya (Kel. 19:5). Menurut peserta diskusi, sekalipun begitu, tidak ada jaminan keselamatan individual orang Yahudi. Sedangkan Gereja tidak memiliki unsur kebangsaan yang bersifat religius seperti Israel. Tidak ada bangsa Kristen. Perbedaan suku, bangsa, jender, status sosial, tidak menjadi penghalang bagi kesatuan rohani umat Allah yang hanya berdasarkan iman kepada salib Kristus (Gal. 2:14). Semua orang percaya berada dalam Kristus (2 Kor. 5:17; Gal. 3:29) sebagai anggota Tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Jadi, sesudah kedatangan Yesus dan kendati keistimewaan Israel sebagai umat Allah, mereka membutuhkan Injil sama seperti bangsa-bangsa lain. Hanya, penerimaan mereka akan Yesus tidak persis sama dengan bangsa bangsa lain karena status keumatan mereka tidak gugur kendati kehadiran gereja sebagai umat Allah.
Kontributor atau Peserta Diskusi:
Arie - Benny Sitorus - Berneta Barrang Pakondo - Debora Rahmeinda - Deddy P. Widjaja - Didik Triyanto - Djuniaidi Pramono - Esra Hasugian – Henrijanto – Indriatmo - Johannes Tendean - Meky Tikoalu - Melce Yonathan Lomi - Naomi Harmini - Roditus Mangunsaputro - Sri Endarti - T. Budiman – Vonny Thay
Sola Gratia
Riwon Alfrey
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA