Rangkuman Diskusi GSM Jul/Ags 2013
TERMIN I
Topik 1
Subjek: Panggilan Guru Sekolah Minggu
Pertanyaan: Apa yang membuat Anda tertarik/terlibat dalam pelayanan sekolah minggu? Bagaimana Anda tahu dan mengenal, bahwa menjadi guru sekolah minggu adalah panggilan khusus untuk Anda dari Tuhan?
Sekolah Minggu adalah ibadah yang dilakukan di setiap gereja pada setiap hari Minggu. Dimana, anak-anak dikumpulkan dan diajar untuk memuji Tuhan dan belajar kebenaran Firman Tuhan yang diajarkan oleh guru-guru Sekolah Minggu. Sekolah Minggu tidak sebatas kelas mini anak-anak di hari Minggu, tetapi ada tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan ini. Setiap guru Sekolah Minggu dituntut untuk mampu mengenalkan Kristus kepada anak-anak, menceritakan cinta kasih Tuhan dalam hidup anak-anak, dan membawa anak-anak untuk hidup berkenan bagi Tuhan, dengan menjadi pendengar dan pelaku firman yang setia.
Sekolah Minggu diprakarsai oleh Robert Raikes, seorang wartawan dari Inggris yang sangat mencintai anak-anak dan menaruh perhatian terhadap anak-anak di Inggris pada waktu itu. Kemudian, dia menyewa sebuah rumah dan mengumpulkan anak-anak pada setiap hari minggu untuk memuji Tuhan dan belajar firman Tuhan. Raikes sangat mencintai anak-anak, dan ia sering kali berbagi dengan anak-anak, memberikan mereka makanan dan menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab. Ternyata, ide dari Robert Raikes sangat brilian, dan Sekolah Minggu mulai berkembang di berbagai gereja.
Sekolah Minggu merupakan salah satu kegiatan penting di dalam gereja, karena anak-anak layak untuk mendapatkan perhatian dan pengajaran yang benar. Sejak kecil, anak-anak harus diberikan pengajaran alkitabiah yang benar, sehingga firman itu terus berbuah dalam hidupnya. Banyak sekali anak-anak yang turut dalam Sekolah Minggu, tetapi justru tidak banyak orang yang terpanggil untuk menjadi guru Sekolah Minggu.
Menjadi Guru Sekolah Minggu memang memerlukan sebuah panggilan khusus, beberapa jemaat mengaku lebih suka melakukan pelayanan-pelayanan mimbar dibandingkan melayani anak-anak kecil. Tetapi, bagi mereka yang terpanggil adalah sebuah kesempatan emas untuk mendidik, mengajar, dan mengasuh anak-anak Sekolah Minggu dengan pengajaran alkitabiah yang benar dan mengaplikasikan firman Tuhan dalam hidup sehari-hari. Guru Sekolah Minggu memiliki beban yang besar untuk mengajar anak dan mengenalkan anak-anak kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat, setelah anak-anak mulai memasuki usia 9-11 tahun, guru Sekolah Minggu dapat membimbing mereka untuk menerima Tuhan Yesus secara pribadi.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang tertarik untuk melayani dalam Sekolah Minggu, antara lain:
- Mereka yang benar-benar terbeban dan terpanggil untuk melayani dalam Sekolah Minggu.
- Seorang yang mencintai anak-anak kecil, sehingga mereka ingin selalu bersama anak-anak kecil.
- Membaca artikel tentang Sekolah Minggu, sehingga hatinya tergerak untuk dapat melayani anak-anak Sekolah Minggu.
- Seseorang yang memang sudah diberi jatah untuk mengajar dalam Sekolah Minggu.
- Berbagai macam alasan yang lainnya, yang bisa menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk melayani Sekolah Minggu. Seperti ketika menonton siaran televisi tentang dunia anak, hatinya kemudian terpanggil. Ada pula yang hanya iseng dan sengaja datang ke Sekolah Minggu, kemudian dia menjadi aktif dalam mengikuti Sekolah Minggu, dan masih banyak berbagai macam cara yang lainnya.
Sekolah Minggu adalah jenis pelayanan yang sangat kompleks. Guru Sekolah Minggu bertanggung jawab untuk mengenalkan Tuhan Yesus kepada mereka, guru Sekolah Minggu harus bisa menjadi teladan yang baik bagi mereka, mengetahui perkembangan anak-anak Sekolah, melakukan visitasi, berdoa bagi setiap anak-anak Sekolah Minggu, dan memiliki tugas untuk menumbuh kreatif dalam mengajar anak-anak. Anak-anak cenderung bosan jika hanya duduk dan mendengarkan cerita, tetapi guru dapat kreatif dan menerapkan berbagai metode dan media pembelajaran. Bercerita dengan alat peraga, panggung boneka, gerak dan lagu, dan lain sebagai. Karena itu penting bagi guru Sekolah Minggu untuk kreatif.
Topik 2
Subjek: Hubungan Anak dan Allah
Pertanyaan: Ketika sejumlah orang tua membawa anak-anak mereka kepada-Nya, Dia menyambut dan menumpangkan tangan atas mereka (Mat. 19:13-15), sebelumnya murid-murid Yesus justru melarang anak-anak datang kepada-Nya. Menurut pendapat Anda, hal-hal apa saja yang dapat menjadi penghalang bagi anak untuk datang kepada Kristus, baik hambatan dari luar (pengaruh dunia/lingkungan) maupun hambatan dari dalam (gereja, orang tua, komunitas Kristen, dsb..)? Bagaimana peran seorang pelayan anak agar hambatan tersebut dapat diterobos untuk membawa anak-anak datang kepada Kristus?
Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anak, dalam Matius 19:13-15 Tuhan Yesus melarang murid-murid-Nya untuk mengusir anak-anak kecil yang ada pada saat itu. Tuhan Yesus justru memberkati anak-anak tersebut. Dari peristiwa ini, kita tahu bahwa Tuhan Yesus mengasihi anak-anak. Anak-anak kecil juga merupakan domba-domba Allah yang kecil. Dan Yesus, sebagai gembala akan membimbing semua domba-domba-Nya, baik itu domba yang besar maupun yang kecil.
Alkitab memberikan perhatian kepada anak-anak, bahwa Tuhan menjadikan manusia dan menenunnya sejak dalam kandungan ibu. Bahkan khusus dalam pendidikan di Perjanjian Lama, Tuhan Allah memerintahkan kepada semua orang tua untuk mendidik anak-anak mereka supaya takut akan Tuhan Yesus, merenungkan firman Tuhan siang dan malam, serta menjadi anak-anak yang mendengar perintah Tuhan (Ulangan 6:6-9). Begitu pula dalam Perjanjian Baru, secara spesifik Tuhan Yesus menyatakan bahwa Diri-Nya mengasihi anak-anak dan memberkati mereka satu per satu.
Terdapat beberapa hal yang menjadi anak-anak enggan datang kepada Kristus, antara lain:
- Malas
- Bosan untuk datang ke Sekolah Minggu
- Lebih memilih menonton acara televisi yang seru
- Tidak diantar oleh orang tuanya ke gereja, sehingga anak-anak tidak mau ke gereja.
- Lebih memilih untuk bermain dengan anak-anak yang lain
- Orang tua tidak mengajarkan anak untuk datang kepada Tuhan
Memang ada banyak sekali hambatan, tetapi orang tua seharusnya memiliki cara untuk membuat anak mengenal Tuhan dan datang ke Sekolah Minggu. Sejak dini, orang tua seharusnya mulai memperkenal anak-anak untuk mengenal Tuhan Yesus, dimulai dengan menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada anak, mengajar anak untuk berdoa, dan ketika anak-anak mulai bisa berjalan, orang tua bisa mengajak anak-anak untuk datang ke Sekolah Minggu. Karena melalui Sekolah Minggu, anak-anak akan dibimbing untuk lebih mengenal Tuhan, mengasihi Tuhan, memberikan persembahan dengan hati yang sukacita, dan juga mengasihi sesamanya.
TERMIN II
Topik 1
Subjek: Kurikulum Sekolah Minggu
Subjek: Kurikulum Sekolah Minggu
Pertanyaan: Dalam menjalankan tugas mengajar, banyak pelayan anak membutuhkan panduan atau kurikulum yang dapat memudahkan mereka untuk mempersiapkan pengajarannya. Bagaimana gereja Anda, sudahkah menerapkan sistem kurikulum untuk sekolah minggu? Apakah sudah efektif? Menurut Anda, apa kelemahan dan kelebihan jika menggunakan kurikulum yang dibuat oleh penerbit-penerbit Kristen yang membuat buku panduan sekolah minggu?
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Sedangkan, dalam kaitannya dengan Sekolah Minggu, maka Kurikulum adalah seperangkat bahan ajar yang akan diberikan dalam Sekolah Minggu, dengan tujuan anak-anak Sekolah Minggu bisa mengenal, mengetahui dan belajar ajaran-ajaran Sekolah Minggu.
Dalam Sekolah Minggu, biasanya guru-guru Sekolah Minggu menggunakan panduan buku-buku khusus pelayanan Sekolah Minggu. Guru tinggal menerapkan kurikulum yang sudah dibuat dan menyusun program kerja sesuai dengan apa yang dituliskan dalam buku tersebut. Selain itu, ketua guru Sekolah Minggu perlu menyuluhkan panduan kurikulum tersebut, sehingga tidak ada yang kesulitan dan bisa melakukan tugas mengajar dengan baik dan tanpa ada kendala.
Sejauh ini, buku-buku yang menjual mengenai kurikulum sekolah minggu memang masih terbatas. Ini semua karena terbatasnya orang-orang yang membuat kurikulum tersebut. Selain itu, beberapa orang Kristen juga kurang minat dan tergerak untuk melayani Sekolah Minggu, karena Sekolah Minggu dinilai hanyalah pelayanan sekunder, yang terpenting adalah pelayanan mimbar. Padahal, pelayanan Sekolah Minggu jauh lebih penting, karena 50% dari anak-anak Sekolah Minggu akan menjadi jemaat masa depan bagi sebuah gereja. Dalam Sekolah Minggu, seorang guru harusnya mengajar ajaran yang benar, sehingga saat anak-anak sudah mulai dewasa, mereka memiliki keyakinan iman yang kuat dan mengenal Tuhan dengan benar.
Sejauh ini bisa dikatakan hanya beberapa gereja saja yang menerapkan kurikulum Sekolah Minggu. Khususnya bagi gereja yang ada di pedesaan dan beberapa daerah tertinggal tentu akan kesusahan untuk menerapkan kurikulum Sekolah Minggu. Dan, ada pula terkait dengan Sumber Daya Manusia, beberapa guru Sekolah Minggu tentu akan kesulitan untuk menerapkan bahan ajar, menyiapkan metode pembelajaran dan melengkapi semua sarana belajar dengan menggunakan media pembelajaran.
Hal ini memang sulit, tetapi seharusnya ada terobosan untuk menghidupkan Sekolah Minggu dengan terobosan-terobosan yang baru. Sehingga, Sekolah Minggu akan semakin menarik dan anak-anak senang. Yang pasti, pemberitaan firman harus tepat sehingga suasana Sekolah Minggu bisa saja riang gembira, tapi esensi dari ajaran yang disampaikan harus tepat.
Topik 2
Subjek: Teknik Bercerita
Pertanyaan: Teknik bercerita dalam kelas sekolah minggu harus disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar anak. Silakan sharingkan, bagaimana teknik bercerita yang Anda terapkan agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok usia.
Bercerita merupakan salah satu metode dalam pembelajaran. Metode bercerita merupakan sebuah metode yang terbilang cukup kuno dan selalu dipakai oleh guru maupun pengajar. Ada, sebuah keunikan tersendiri dalam metode bercerita, yaitu guru bisa meng-eksplore apa yang hendak diceritakan sehingga membuat murid-murid atau anak-anak Sekolah Minggu tertarik dengan cerita tersebut.
Ada beberapa teknik dalam metode bercerita, yaitu:
- Menggunakan kata yang komunikatif
- Bercerita dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
- Memiliki kemampuan untuk mengembangkan cerita menjadi lebih bervariatif
- Pandai bercerita
- Menarik perhatian anak-anak atau pendengar
- Tidak monoton
- Aktif dan menggunakan bahasa tubuh atau gerakan saat bercerita
- Menggunakan alat peraga
Dalam bercerita, setiap guru sekolah minggu dituntut untuk berkreatifitas dan membuat cerita menjadi semakin menarik, sehingga bisa menarik perhatian anak-anak Sekolah Minggu, dan anak Sekolah Minggu akan semakin mengingat dan memahami cerita tersebut. Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran yang berupa alat peraga akan membantu guru-guru Sekolah Minggu untuk bercerita dengan semakin kreatif dan menarik. Guru memang dituntut untuk berkreasi dan membuat cerita itu semenarik mungkin, sehingga minat anak akan terbangun dan anak dan mendengarkan ceritanya dengan baik.
TERMIN III
Topik 1
Subjek: Memuji Tuhan
Pertanyaan: Pada masa sekarang ini, sebagian besar guru sekolah minggu mengalami kesulitan dalam memilih lagu-lagu pujian untuk sekolah minggu. Anak-anak besar sering kali merasa enggan ketika diajak memuji Tuhan bersama dengan anak-anak kecil. Bagaimana tips Anda untuk guru-guru sekolah minggu yang mengalami hal ini? Menurut Anda, kriteria pujian seperti apakah yang boleh dan yang tidak boleh kita ajarkan kepada anak-anak sekolah minggu?
Salah satu kegiatan dalam Sekolah Minggu adalah memuji Tuhan. Memuji Tuhan adalah salah satu upaya untuk memuji dan menyembah Tuhan dengan lagu dan nyanyian. Dalam Sekolah Minggu, memuji Tuhan juga merupakan salah satu sarana untuk mengajarkan anak-anak Sekolah Minggu untuk memuji Tuhan dengan sikap yang benar dan belajar memuliakan Tuhan melalui pujian yang dinyanyikan. Melalui pujian, anak-anak Sekolah Minggu diajar untuk memuji dan menyembah Tuhan, belajar memuji Tuhan dengan suasana hati yang riang dan gembira, dan belajar memuji Tuhan dengan musik dan pujian. Memuji Tuhan bukan hanya sebuah rutinitas dalam Sekolah Minggu, tetapi seorang guru Sekolah Minggu harus mampu menciptakan suasana memuji Tuhan yang riang gembira dan membawa anak-anak untuk terus memuji Tuhan dalam hidup sehari-hari.
Lagu-lagu pujian untuk Sekolah Minggu, biasanya adalah lagu-lagu yang sudah diwariskan sejak masa yang lalu, karena progress lagu-lagu Sekolah Minggu sangatlah sedikit dan kebanyakan anak-anak Sekolah Minggu hanya menghafal lagu-lagu yang sering dinyanyikan di Sekolah Minggu, selebihnya mereka akan sukar untuk mengenal lagu-lagu yang memang jarang dinyanyikan. Oleh sebab, seharusnya ada program untuk mengajarkan lagu-lagu Sekolah Minggu yang baru kepada anak-anak, sehingga perbendaharaan mereka banyak dan mereka bisa memuji Tuhan melalui berbagai macam pujian.
Di gereja juga terdapat sebuah masa transisi, khususnya bagi anak-anak yang beranjak remaja, yang mulai malu-malu dan sudah tidak lagi mengikuti Sekolah Minggu, mereka mulai malu dan enggan untuk mengajar nyanyian Sekolah Minggu dengan gerakan. Hingga, guru Sekolah Minggu harus membujuk beberapa di antara mereka untuk mengajarkan gerak dan lagu kepada anak-anak Sekolah Minggu. Dan, tentu ini tidak hanya terjadi di sebuah gereja, tetapi di berbagai gereja. Anak-anak yang mulai memasuki masa pra remaja mulai mengenal lagu-lagu duniawi dan tidak jarang ada beberapa lagu duniawi yang dinyanyikan di gereja, sayangnya lagu ini tidak sesuai dengan konteksnya, oleh karena itu guru Sekolah Minggu harus selektif dalam memilih lagu-lagu yang akan dibawakan di Sekolah Minggu, sehingga ketika menyanyikan lagu tersebut, seorang anak akan sungguh-sungguh bertumbuh dan menumbuhkan gaya hidup yang senang untuk memuji Tuhan.
Guru Sekolah Minggu juga perlu menumbuhkan kreatifitas mereka, sehingga mampu membawa pujian yang menarik dan mengajar anak-anak untuk senang memuji Tuhan. Ide-ide yang kreatif memang harus ditumbuhkan dan dimaksimalkan sehingga Sekolah Minggu bisa hidup dan sangat bervariatif dalam pelaksanaannya, selain itu anak-anak Sekolah Minggu juga akan senang untuk memuji Tuhan.
Topik 2
Subjek: Hal Berdoa
Pertanyaan: Pelayan anak perlu mengajarkan prinsip-prinsip doa yang benar kepada anak-anak agar mereka dapat mengalami pertumbuhan rohani yang sehat dalam hal berdoa. Bagaimana mengajarkan pengertian tentang doa kepada anak dalam tiap tingkatan usia dengan cara yang kreatif? Kendala apa yang paling sering ditemukan ketika mengajarkan hal berdoa kepada anak dan bagaimana Anda mengatasinya?
Doa adalah sebuah komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Dalam doa, manusia bisa mengatakan segala sesuatu kepada Tuhan. Namun, yang perlu diingat bahwa doa tidak hanya melulu meminta kepada Tuhan, tetapi ada banyak hal yang bisa diutarakan dalam doa. Berikut beberapa unsur dalam doa:
- Mengagungkan dan memuliakan Tuhan
- Ucapan syukur dan terima kasih untuk semua berkat Tuhan
- Permohonan
Biasanya ketiga hal tersebut selalu ada dalam doa, entah itu doa yang pendek dan sederhana ataupun doa yang panjang. Namun yang perlu diperhatikan bahwa manusia berkomunikasi dengan doa kepada Tuhan. Dan, anak-anak harus diajar sejak dini untuk berdoa dan membangun sebuah relasi dengan Tuhan.
Secara khusus dalam Matius 6:9-13, Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa. Doa ini biasa disebut dengan Doa Bapa Kami. Ketika murid-murid Yesus bertanya dan meminta bagaimana sesungguhnya berdoa, maka Tuhan Yesus mengajarkan doa ini kepada muris-murid-Nya. Doa Bapa Kami juga merupakan doa yang sering diajarkan di Sekolah Minggu, di Taman Kanak-kanak maupun di Sekolah Dasar. Doa Bapa Kami merupakan doa yang cukup panjang namun mudah untuk dihafalkan, dan tidak jarang anak-anak kecil ketika usia mereka sudah 5 ataupun 6 tahun sudah hafal Doa Bapa Kami.
Anak-anak harus diajarkan untuk berdoa kepada Tuhan setiap hari, sehingga ketika mereka besar nanti, mereka bisa berdoa dan terus bergantung dan berkomunikasi kepada Tuhan melalui doa. Tugas untuk mengajar anak berdoa adalah tugas orang tua, guru Sekolah Minggu, guru di Sekolah, ataupun anggota keluarga yang lainnya. Dengan mengajarkan anak-anak berdoa, maka anak-anak akan mengenal bahwa Tuhan adalah Pribadi yang mendengar seruan umat-Nya.
Dalam berdoa, biasanya juga Guru Sekolah Minggu juga dituntut untuk mengeluarkan kemampuannya untuk bisa mengajak anak berdoa. Biasanya guru-guru Sekolah Minggu akan mengeluarkan ide-ide yang menarik dengan menyanyikan lagu-lagu sebelum doa, dan itu sangat menarik minat anak, hingga akhirnya anak-anak mau berdoa dengan melipat kedua tangan, mata dipejamkan dan menundukkan kepala, ada pula yang kemudian mengikuti doa yang diucapkan oleh guru Sekolah Minggu. Dari hal ini, sesungguhnya guru Sekolah Minggu harus mampu berkreasi dan menciptakan ide-ide yang menarik, sehingga dapat menarik minat anak-anak Sekolah Minggu. Dan, lebih dari pada itu tujuan dari kegiatan itu sendiri juga tercapai.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA