PKB-Pelajaran 04
Nama Kursus | : | Penulis Kristen yang Bertanggung Jawab |
Nama Pelajaran | : | Mencari dan Mengembangkan Ide Tulisan |
Kode Pelajaran | : | PKB-P04 |
Pelajaran 04 - MENCARI DAN MENGEMBANGKAN IDE TULISAN
Daftar Isi
- Mencari Ide Tulisan
- Pengalaman Pribadi
- Media Cetak dan Elektronik
- Lingkungan Sekitar
- Menguji Ide
- Apakah Penting bagi Sejumlah Besar Orang?
- Dapatkah Ide Disempitkan sehingga Mempunyai Fokus yang Tajam?
- Apakah Terikat Waktu?
- Apakah Segar dan Memiliki Pendekatan yang Unik?
- Kreatif Mengembangkan Ide Tulisan
- Memperluas Wawasan Referensi dan Kebahasaan
- "Berlari" dalam Menulis
Doa
MENCARI DAN MENGEMBANGKAN IDE TULISAN
Kebiasaan menulis akan mendorong kita selalu mencari ide menulis. Dari ide yang ada, kita perlu mengembangkannya sehingga menghasilkan ide yang kaya dan menarik untuk ditulis. Namun, bagaimana seorang penulis mendapatkan ide dan bagaimana mengembangkannya menjadi tulisan yang layak dibaca? Untuk itu, pada pelajaran empat ini kita akan belajar bersama tentang bagaimana mencari ide, menguji ide, dan bersikap kreatif dalam mengembangkan ide tulisan.
- Mencari Ide Tulisan
- Pengalaman Pribadi
- Media Cetak dan Elektronik
- Lingkungan Sekitar
- Menguji Ide
- Apakah Penting bagi Sejumlah Besar Orang?
- Dapatkah Ide Disempitkan sehingga Mempunyai Fokus yang Tajam?
- Apakah Terikat Waktu?
- Apakah Segar dan Memiliki Pendekatan yang Unik?
- Kreatif Mengembangkan Ide Tulisan
- Memperluas Wawasan Referensi dan Kebahasaan
- "Berlari" dalam Menulis
Sebuah tulisan bisa dinilai menarik dan berbobot jika mampu memfokuskan uraiannya pada ide yang dipilih. Menguraikan ide harus dilakukan dengan sejelas dan semenarik mungkin sehingga para pembaca dapat menangkap maksudnya dan menikmatinya dengan baik. Setiap penulis berharap tulisannya dapat membuka wawasan dan mengisi "kantong" pikiran pembaca dengan hal-hal baru. Namun, yang sering terjadi penulis sendiri tidak memiliki ide yang jelas tentang apa yang akan ditulisnya sehingga ia bertanya, "Apa yang harus saya tulis ya? Saya tidak punya ide." Benarkah kita tidak punya ide? Salah! Sebenarnya, ide ada di mana-mana. Bagaimana mendapatkannya? Berikut ini adalah cara-cara untuk mendapatkan ide.
Ide bisa berasal dari dalam diri Anda, yaitu dari pengalaman hidup yang berharga. Sering kita mendengar pepatah yang mengatakan "pengalaman adalah guru yang paling baik", tetapi bagaimana pengalaman-pengalaman itu benar-benar bisa menjadi guru yang paling baik? Salah satu cara paling efektif adalah dengan menuliskannya. Pengalaman hidup seharusnya tidak hanya untuk "dirasakan/dialami", tetapi juga "diabadikan", yaitu melalui tulisan. Aktivitas ini bisa menjadi salah satu ide untuk tulisan kita.
Pengalaman hidup ibarat sungai yang tak pernah kering dengan air. Kita semua tentu pernah mendengar nama Khalil Gibran, bukan? Dia adalah salah satu penulis buku sastra yang menulis karya sastranya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada sahabat penanya. Contoh lain adalah Pramoedya Ananta Toer. Ia menulis pengalaman pribadinya dalam sebuah buku ketika ia dibuang dan dipenjarakan. Ada juga tokoh lain, yaitu Leo Tolstoy. Ia menemukan ide menulis dari pengalamannya saat mengikuti perang. Pengalaman hidup kita adalah sumber ide untuk menulis, dan pengalaman itu bisa menjadi berkat bagi orang lain ketika kita membagikannya dalam bentuk tulisan. Sekarang, mulailah melatih diri dengan memberikan penghargaan atas setiap pengalaman hidup yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, baik itu hal yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Dengan menuliskan apa yang kita alami, tulisan itu bisa dipakai Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi orang yang membacanya.
Kebiasaan menulis di buku harian adalah sumber ide yang berharga. Selain "mengawetkan" pengalaman dalam bentuk tulisan, buku harian juga dapat menjadi tempat untuk mengumpulkan "harta berharga" untuk tulisan-tulisan selanjutnya. Mengapa begitu? Walaupun buku harian biasanya sangat sederhana -- isinya singkat, sedikit paragrafnya, bahasanya cenderung tidak baku, tetapi memiliki segudang ide, termasuk pengalaman hidup bersama Tuhan. Sebagai orang percaya, kita bisa menjadi saksi-Nya dengan menuliskan kebaikan, kasih, dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Jadi, mulailah menulis dan jangan pernah letih untuk menulis karena menulis adalah sarana untuk memuliakan nama Tuhan!
Abad 21 adalah era digital. Kemajuan teknologi memberikan kita kesempatan yang makin luas untuk mengembangkan diri melalui informasi yang disediakan. Jadi, jangan membatasi diri hanya dalam lingkup media cetak saja karena media elektronik (komputer dan internet) juga sudah terbuka lebar bagi kita. Melalui media cetak dan elektronik, kita dapat menjelajah dunia tulisan yang lebih luas dan menuai ide-ide segar yang tak terbatas. Banyak hal baru yang bisa kita pelajari dan eksplorasi sehingga menemukan subjek umum yang berlimpah. Setelah itu, carilah aspek-aspek khusus yang bisa dipelajari dengan lebih dalam. Dari sinilah, kita dapat mengembangkan banyak aspek yang relevan dengan subjek yang kita minati untuk menjadi ide tulisan.
Tidak ada penulis yang sukses tanpa membaca. Dengan membaca, penulis akan mengembangkan wawasan intelektual, psikologis, maupun kemampuan berbahasa. Dengan demikian, inspirasi akan banyak tercipta dan ide baru akan banyak bermunculan. Saat kita membaca banyak buku, kita bisa merasakan emosi-emosi yang dihasilkan melalui cerita di dalamnya, dan aktivitas ini bisa melatih psikologi kita untuk lebih peka. Dalam hal bahasa, kita akan memiliki banyak perbendaharaan kata. Kita semakin terlatih dan kreatif dalam membuat kalimat. Pada zaman digital ini, fasilitas untuk mengembangkan diri melalui buku/artikel elektronik sungguh sangat luas.
Lingkungan bisa menjadi gudang ide untuk tulisan-tulisan Anda. Lingkungan menawarkan nilai-nilai penting kehidupan, seperti relasi, komunikasi, kebudayaan, hukum, dan sosial. Nilai-nilai ini bisa menjadi sumber ide untuk tulisan kita, tergantung bagaimana kepekaan kita merespons semua siklus kehidupan di lingkungan sekitar kita. Seorang penulis yang ingin berhasil bisa mulai melatih dirinya untuk lebih peka sehingga ia dapat menjadi pengamat yang baik bagi lingkungannya, dan menuangkannya ke dalam tulisan. Aktivitas ini bisa melatih penulis dalam hal memaparkan cerita, menggunakan diksi yang tepat, membuat kalimat dengan struktur bahasa yang baik, dan melatih otak penulis untuk semakin kreatif dalam menulis.
Lingkungan bisa memberikan banyak ilham untuk menulis. Banyaklah melatih diri dengan bertanya; bertanya tentang apa saja yang dijumpai di lingkungan kita. Bisa juga bertanya kepada diri sendiri, "Mengapa tetangga sebelah rumahku suka memelihara banyak binatang? Mengapa orang itu melakukan tindakan seperti itu? Mengapa orang itu tidak mau menolong tetangganya?" Dari kemauan kita menanyakan banyak hal mengenai seputar lingkungan kita, kita akan terangsang untuk menemukan jawabannya. Proses inilah yang bisa menolong kita menemukan ide-ide yang cemerlang untuk sebuah tulisan. Tidak menutup kemungkinan, kita akan mempunyai banyak alternatif jawaban, mulai dari jawaban praktis sampai jawaban yang akademis, yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan. Melalui aktivitas menulis, kita memiliki kesempatan untuk memberitakan hal-hal baik kepada para pembaca, termasuk memberikan jawaban sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan
.
Penulis mempunyai hak untuk menentukan ide tulisannya. Namun, penulis harus memiliki parameter penilaian supaya ide tulisannya dapat memberi dampak yang terbaik bagi para pembaca dan memberi kepuasan terbesar secara pribadi. Dalam tulisannya yang berjudul "Writing the Inspirational Article", Georgiana Walker memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk para penulis, yang bertujuan untuk menguji ide yang telah mereka pilih.
Siapa saja yang mendapat manfaat terbesar dari tulisan kita? Apakah ide tersebut bisa menjawab pertanyaan yang ditanyakan sejumlah besar orang? Apakah ide itu relevan dengan minat atau masalah pembaca yang spesifik? Jika tidak, tulisan tersebut kemungkinan besar terlalu subjektif dan hanya untuk dinikmati oleh sebagian kecil orang saja. Kalau ide itu memberi manfaat yang besar bagi sejumlah besar orang, tulisan itu akan menjadi bacaan yang dibutuhkan dan diburu banyak orang.
Hampir sebagian besar pembaca lebih tertantang dengan tulisan yang memiliki sudut spesifik dari ide yang mendasari tulisan tersebut. Apabila tulisan kita memiliki ide dengan perhatian yang spesifik, maka tulisan kita akan mempunyai fokus yang tajam. Kita akan lebih terarah dalam mengolah ide dan memprosesnya menjadi sebuah tulisan. Hasilnya, tulisan kita akan lebih matang, fokus, dan berbobot karena tulisan itu memberikan informasi yang mendalam. Berlatihlah untuk menjadikan ide itu memiliki sudut yang spesifik, kemudian terapkan dalam proses kreatif menulis.
Tulisan yang baik memiliki ide yang tidak terikat waktu. Jadi, kapan pun waktunya tulisan tersebut tidak akan ketinggalan zaman, melainkan dapat terus memberikan wacana yang relevan kepada pembacanya. Tulisan yang baik akan terus memengaruhi zamannya, terutama dalam membentuk cara berpikir dan memberi informasi. Jadi, jika sebuah tulisan memiliki ide yang terikat dengan waktu, tulisan tersebut akan cepat dibuang dan tidak lagi dibaca orang. Sebaliknya, tulisan bisa menjadi bagian penting bagi para pembaca kalau ide dari tulisan tersebut memiliki nilai yang langgeng. Beberapa penerbit tentunya mencari tulisan-tulisan yang seperti itu, apalagi jika tulisan tersebut ditulis dengan baik dan dengan cara yang menarik.
Tulisan yang berisi informasi aktual akan menjadi tulisan yang dicari banyak orang. Informasi aktual yang disajikan oleh penulis menjadi "makanan segar" bagi para pembaca karena mereka merasa puas menikmati ide-ide baru yang dikemas sedemikian rupa. Inilah kekuatan dari sebuah tulisan -- memiliki ide yang "segar". Selain itu, ide seharusnya memiliki pendekatan yang unik. Suatu pendekatan yang unik sering kali didasarkan pada pengalaman penulis itu sendiri. Misalnya, "The Spiritual Journey of Jerome Hines" yang ditulis oleh William Proctor di Christian Herald. Ia memaparkan karier seorang penyanyi opera yang menceritakan kesukaran-kesukaran hidupnya dan keberhasilan-keberhasilan yang diraihnya. Tulisan ini ditulis secara unik dengan tujuan untuk mengomunikasikan pesan bahwa janji Allah memberi kekuatan dan pemeliharaan-Nya sungguh nyata dalam setiap situasi.
Ide yang hanya tersimpan di otak tanpa dituliskan atau diuraikan menjadi sebuah tulisan, hanya akan hilang dalam sekejap. Inilah keunikan dari sebuah ide. Jika Anda memiliki ide dan menuliskannya, Anda akan mengabadikan ide tersebut dan "menghidupkannya" menjadi sebuah tulisan yang dapat dikenang. Penulis yang baik adalah penulis yang tidak menyia-nyiakan setiap ide yang muncul dalam pikirannya. Ia akan mencatat setiap ide yang muncul, di mana pun ia berada, dan suatu saat, ide itu akan diwujudkan menjadi sebuah tulisan yang "mahal". Mahal bukan karena honor dari tulisan tersebut, tetapi karena ide itu menjadi berharga untuk banyak orang. Jangan biarkan ide-ide yang muncul dalam pikiran Anda berlalu begitu saja, tetapi wujudkan ide itu menjadi sebuah tulisan yang bermanfaat. Proses ini memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat karena sebelum menjadi sebuah tulisan, penulis harus mengembangkan ide tersebut terlebih dahulu. Berikut adalah dua cara yang dapat menolong kita untuk mengembangkan ide menjadi tulisan.
Ide menjadi modal penting untuk memulai sebuah tulisan. Namun, penulis tidak akan pernah bisa menciptakan tulisan yang menarik jika ide yang dimilikinya tidak dikembangkan. Salah satu cara mengembangkan ide adalah dengan memperluas wawasan referensi dan kebahasaan si penulis. Fungsi dari referensi adalah untuk mendukung gagasan-gagasan penulis. Referensi bisa didapatkan dari berbagai sumber: buku, tulisan-tulisan dari media internet, koran, majalah, dan bahan-bahan bacaan lainnya. Sedangkan kebahasaan penulis bisa diperluas dengan cara mengakrabkan diri dengan kosakata baru, menguasai kaidah berbahasa, dan menguasai pengetahuan makna. Ketika penulis sudah merasa yakin bahwa ia memiliki referensi dan pengetahuan tentang kebahasaan yang cukup baik untuk mengembangkan idenya, penulis harus berani mulai menulis.
Ide itu seperti kesempatan yang berlari. Jika ide penulis muncul, tetapi tidak segera ditulis, ide tersebut akan lenyap secepat kilat. Penulis akan kehilangan idenya dan tulisannya tidak akan pernah tercipta. Jadi, ketika Anda memiliki ide, segeralah menuliskan ide tersebut! Banyak penulis yang mengatakan bahwa mereka punya ide, tetapi ide tersebut tidak pernah menjadi sebuah karya dan berakhir menjadi penyesalan. Karena itu, "berlari"lah bersama ide itu untuk menjadi tulisan. Ada beberapa tahap yang akan menolong penulis mengejar kesempatan mengembangkan idenya.
Mulailah dengan membuat kerangka berpikir dari ide tersebut. Caranya adalah dengan mendaftar semua hal yang berhubungan dengan ide yang ingin ditulis sebanyak-banyaknya. Tidak perlu dipikirkan apakah berurutan atau tidak. Juga, jangan pikirkan apakah hal-hal itu relevan atau tidak, karena ada saatnya nanti hal-hal yang tidak relevan tidak dipilih dan dibuang jika ternyata tidak digunakan. Lalu, cobalah urutkan semua hal tersebut secara logis sehingga gambaran isi dan tujuan akhir yang ingin dicapai dari tulisan itu semakin jelas. Dari mengurutkan ini, kita mulai tahu bagian-bagian mana yang tidak perlu dan bisa dibuang. Jika dibutuhkan, tambahkan lagi hal-hal baru yang bisa menolong. Pada akhirnya, kita mendapatkan urutan semua hal yang menggambarkan isi ide secara keseluruhan. Nah, tanpa sadar kita sudah mengembangkan ide tersebut ke dalam suatu kerangka berpikir, yang nantinya bisa dipakai untuk menjadi pedoman kita menulis.
Doa
"Tuhan Yesus, aku sangat bersyukur karena Engkau memberi kesempatan kepadaku untuk belajar bagaimana mencari ide dan mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Tolonglah Tuhan, agar aku bisa menerapkan pelajaran ini sehingga bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas untuk kemuliaan nama-Mu." Amin.
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA