PKB-Pelajaran 03

Nama Kursus : Penulis Kristen yang Bertanggung Jawab
Nama Pelajaran : Memulai Kebiasaan Menulis
Kode Pelajaran : PKB-P03

Pelajaran 03 - MEMULAI KEBIASAAN MENULIS

Daftar Isi

  1. Bagaimana Memulai Menulis?
    1. Menguji dan Melatih Diri untuk Menulis
    2. Menulis Jurnal Harian
  2. Menulis Berulang-ulang
    1. Mengapa Menulis Ulang?
    2. Apa yang Hendak Ditulis Kembali?
    3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penulisan Ulang
  3. Disiplin
    1. Mengatur Waktu
    2. Melatih Perhatian dan Kepekaan

Doa

MEMULAI KEBIASAAN MENULIS

Seorang penulis Kristen yang sudah memahami dasar dan motivasi pelayanan literatur Kristen perlu segera memulai pelayanannya dengan mengembangkan kebiasaan menulis. Jika Anda adalah seorang penulis pemula, disiplin menulis sangat penting walaupun hanya satu atau dua paragraf setiap hari. Pada Pelajaran 03, kita akan fokus kepada bagaimana memulai menulis dan membangun kebiasaan/gaya hidup menulis.

  1. Bagaimana Mulai Menulis?
  2. Untuk mulai menulis, diperlukan disiplin, penguasaan diri, dan latihan secara konsisten. Hal ini harus menjadi komitmen penulis yang ingin memiliki kebiasaan menulis. Namun, memulai kebiasaan baru selalu ada tantangan. Tantangan yang sering dihadapi penulis pemula antara lain tidak bisa menyediakan waktu untuk menulis, susah mencari ide tulisan, tulisan sering berhenti di tengah-tengah, dan sebagainya. Selain tantangan, ada juga masalah lain yang muncul, misalnya bagaimana membuat tulisan menarik, kurangnya wawasan untuk mengembangkan tulisan dan tidak terampil dalam mengolah informasi, dll.. Untuk menangani tantangan dan masalah tersebut, penulis pemula tidak ada pilihan lain kecuali belajar lebih banyak membaca dan terus-menerus berlatih. Satu-satunya kunci untuk menjadi penulis profesional adalah terus menulis sampai menjadi kebiasaan. Sama halnya ketika kita sudah biasa mandi dua kali sehari, Anda akan merasa gerah jika tidak mandi. Demikian juga Anda tidak akan merasa nyaman jika tidak menulis hari ini.

    1. Menguji dan Melatih Diri untuk Menulis
    2. Lalu, bagaimana kita mulai membangun kebiasaan menulis? Sebelum melangkah menuju cara-cara melatih kebiasaan menulis, kita perlu menengok ke dalam diri untuk menemukan dua hal yang kita butuhkan dalam membangun kebiasaan menulis, yaitu hasrat dan kegigihan.

      1. Hasrat (Passion)
      2. Hasrat merupakan fondasi yang kokoh dalam membangun kebiasaan menulis. Sebelum memulai apa pun yang lain, kita perlu mencari dan menemukan di dalam diri kita hasrat yang kuat untuk menulis. Jika kita menulis hanya karena ingin tenar atau karena bujukan teman atau keluarga, kemungkinan besar kebiasaan menulis kita akan segera padam setelah berkobar sesaat. Sebaliknya, jika kita membangun hasrat menulis yang besar, semangat kita akan terus menyala. Ingat, kebanyakan kebiasaan akan lebih mudah dibangun di atas fondasi cinta terhadap hal tersebut.

      3. Kegigihan
      4. Penulis pemula sering kali dicekam rasa kurang puas dengan hasil tulisannya. Jika ketidakpuasan ini mendorongnya untuk terus berusaha, itu baik. Namun, yang terjadi biasanya sebaliknya. Karena tak kunjung menghasilkan tulisan yang diinginkan, atau selalu melihat kekurangan dalam tulisan yang sudah ditulis, maka semangat menjadi kendur dan akhirnya terlupakan. Perlu diingat bahwa penulis hebat sekalipun akan merasakan adanya kekurangan dalam karya-karya tulisannya. Namun, itulah yang membuat mereka menjadi penulis yang lebih baik. Jadi, jika hasrat menulis benar-benar ada dalam diri kita, kegigihanlah yang akan menjadi kekuatan untuk mewujudkan hasrat kita menulis

        .

    3. Menulis Jurnal Harian
    4. Setelah memiliki dua syarat tersebut di atas, kita dapat mulai mempraktikkan kebiasaan menulis. Sebelum mencapai keinginan untuk menulis di media massa, sebaiknya menulislah dahulu di jurnal pribadi sebagai tempat pertama membangun kebiasaan menulis. Sering kali, penulis pemula terjebak dalam imajinasinya sendiri dan ingin segera melihat tulisannya dipublikasikan di media massa. Ia merasa yakin tulisannya sudah sangat brilian. Namun, betapa kagetnya ketika ternyata tulisannya ditolak.

      Untuk mulai menulis, sebaiknya kita menulis dari peristiwa-peristiwa yang sudah kita alami sehari-hari karena hal itu akan menolong kita untuk belajar menulis secara mengalir, luwes, dan penuh keyakinan. Meskipun kita menulis tentang hal-hal sederhana yang kita alami, sebaiknya kita tidak meremehkan atau menganggap enteng kegiatan menulisnya. Tugas ini harus dipandang serius sebagaimana layaknya melakukan kegiatan menulis karya ilmiah. Jurnal harian sangat bagus untuk mengembangkan kebiasaan menulis karena memaksa kita menulis setiap hari, sesuai dengan namanya "jurnal harian". Ada kalanya kita merasa enggan untuk menulis, tetapi paksalah untuk tetap menulis, walaupun hanya satu paragraf kecil. Dan, jangan terjebak untuk menulis dengan sempurna. Biarkan tulisan Anda mengalir, dan jangan terpikir untuk melakukan koreksi saat itu juga. Ingatlah, Anda baru seorang pemula, dan tujuan latihan ini adalah untuk memiliki disiplin menulis bukan untuk menjadi penulis terkenal dalam sehari.

  3. Menulis Berulang-ulang
    1. Mengapa Menulis Berulang-ulang?
    2. Meskipun ada penulis yang pernah bisa menulis sekali jadi, sebagian besar tulisan bukanlah hasil sekali jadi, apalagi jika tulisan itu ingin dipublikasikan ke media massa. Kesalahan-kesalahan kecil sering tidak terlihat ketika pertama menulisnya. Kesalahan mengungkapkan kalimat yang dapat menimbulkan multitafsir juga bisa terjadi sehingga penulis perlu meninjau tulisannya berulang kali. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tulisan itu benar-benar telah sesuai dengan maksud yang diinginkan. Banyak penulis membuang atau membakar tulisan yang dikirimnya ke surat kabar karena ditolak oleh editor. Tak jarang hanya karena kesalahan-kesalahan kecil, yang sebenarnya dapat diperbaiki, tulisan dapat diselamatkan jika ditulis ulang dengan lebih baik. Lowell Raymond pernah menerima honorarium setelah ia mengirimkan tulisannya yang ke empat puluh kali. Dari pengalaman itu, ia menyarankan agar penulis tidak perlu segera menyerah saat tulisannya ditolak, tetapi pelajarilah kembali, lalu ditulis ulang untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik. Penulis harus melihat penolakan secara positif. Jika tulisan yang memiliki ide bagus ditolak sepuluh kali, artinya tulisan itu harus dibaca ulang secara kritis sepuluh kali.

    3. Apa yang Hendak Ditulis Kembali?
    4. Kebiasaan menulis dapat dipupuk dengan membuka kembali tulisan-tulisan yang pernah dibuat, terutama ketika tulisan itu dianggap kurang bagus sebelumnya. Perubahan terus terjadi sementara tulisan yang pernah kita buat tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh, bahasa dan ejaan dapat membuat tulisan kita terlihat kuno dan kurang menarik untuk dibaca karena tidak mengikuti perkembangan bahasa. Dengan beberapa penyesuaian, tulisan-tulisan itu dapat ditulis ulang supaya bisa dipublikasikan kembali. Biasanya melalui proses ini, penulis mendapatkan ide-ide baru terutama ketika ide-ide yang relevan dengan tema semakin diperkaya. Sementara itu, untuk ide-ide yang kurang relevan dapat dicatat dan digunakan sebagai bahan tulisan baru yang akan datang. Kritik para editor, yang menjadikan alasan tulisan ditolak, juga dapat dipakai untuk mempertajam insting kita dalam menulis.

    5. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penulisan Ulang
    6. Kalimat yang ambigu dapat menimbulkan penafsiran yang membingungkan pembaca. Jika alasannya adalah karena pemilihan diksi, kalimat dapat diperbaiki dengan mencari padanan kata yang lebih tepat. Juga, penggunaan kalimat yang hampir sama idenya sebaiknya disusun ulang supaya paragraf lebih efektif. Kalimat yang berbelit-belit hanya menunjukkan ketidakmampuan penulis dalam mengemukakan gagasannya. Penggunaan istilah asing yang sulit dipahami juga perlu dihindari, terutama jika sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Tidak perlu menggunakan banyak istilah asing untuk memperlihatkan bahwa kita adalah penulis yang pintar dan berwawasan. Hal lain yang kelihatannya seperti masalah kecil adalah penempatan tanda baca yang kurang tepat. Hal yang perlu dilakukan adalah mempelajari kembali aturan penggunaan tanda baca sehingga kalimat bisa diubah menjadi lebih baik.

  4. Disiplin
  5. Memang tidak mudah untuk memulai sesuatu yang baru yang belum biasa kita lakukan. Dibutuhkan komitmen dan disiplin untuk menjadi kebiasaan. Bagi orang yang belum lama berkecimpung dalam dunia tulis-menulis, kebiasaan menulis sangat sulit pada awalnya. Dengan disiplin, lama-kelamaan tidak akan terasa berat lagi, apalagi setelah kita lebih mendalami dunia tulis-menulis dan memiliki hasrat yang semakin besar untuk menulis. Namun, perkembangan kemampuan menulis seseorang tidaklah ditentukan pada pengalaman awal. Jika kita disiplin dengan memaksa diri untuk terus berlatih, kemampuan menulis kita akan semakin terlihat lebih jelas. Tidak ada penulis hebat yang berhenti berlatih dan mengembangkan ide. Mereka terus mendisiplin diri untuk tetap menulis.

    Karena itu, disiplin memegang peranan penting dalam membangun kebiasaan menulis. Kita dapat mempelajari semua teknik penulisan, tetapi jika tidak mendisiplin diri untuk menulis, itu akan sia-sia. Pemahaman sebaik apa pun tentang teknik penulisan membutuhkan latihan nyata untuk diterapkan secara benar.

    1. Mengatur Waktu
    2. Disiplin menulis perlu ditetapkan menjadi kebiasaan yang dilakukan dalam satu waktu setiap hari, entah satu atau dua jam. Banyak penulis pemula yang tidak menulis dengan alasan tidak punya waktu untuk menulis. Namun, masalah sebenarnya adalah tidak adanya disiplin untuk memaksa diri menulis. Karena itu, buatlah komitmen dengan diri sendiri bahwa harus ada waktu khusus untuk menulis. Pilihlah waktu yang tidak akan ada banyak interupsi untuk menulis, misalnya pagi hari, dan bertahanlah untuk melakukannya selama satu bulan. Mulailah dengan menulis hal-hal ringan yang dialami sehari-hari atau yang dialami sepanjang hari itu. Jangan mulai dengan ide yang besar atau target yang tinggi karena hal itu justru akan membuat kita ketakutan dan mundur sebelum memulai apa-apa. Oleh karena itu, mulailah dari hal yang sederhana/hal-hal kecil supaya memudahkan kita menulis dengan mengalir. Teruslah menulis apa saja yang muncul dalam pikiran kita saat menulis. Patah semangat saat tidak dapat mengembangkan ide atau mandeg di tengah-tengah tulisan adalah tantangan yang harus dihadapi ketika sedang dalam proses menulis. Teruslah menulis dan jangan berhenti walaupun merasa kurang percaya diri. Saat karakter dan kebiasaan menulis mulai terbentuk, maka masalah-masalah seperti ini perlahan-lahan tidak akan mengganggu lagi.

      Anda juga bisa membuat komitmen menulis bersama dengan orang lain, terutama dengan beberapa sesama penulis supaya disiplin bisa dilakukan lebih sungguh-sungguh. Komunitas kecil penulis dapat memicu semangat kita sehingga pemaksaan diri bisa terasa lebih ringan. Carilah beberapa teman yang bersedia berkomitmen bersama untuk menulis setiap hari dan lakukan pertemuan seminggu sekali untuk berbagi dan saling mengevaluasi. Selain itu, kritik dan saran dari teman akan meningkatkan kualitas tulisan Anda. Awalnya mungkin belum akan dihasilkan tiga puluh tulisan dalam sebulan, tetapi jika disiplin dijalankan tiga puluh tulisan pada bulan-bulan berikutnya bukan suatu keniscayaan. Buatlah tanda pengingat harian atau kalender yang mencatat bahwa Anda sudah menulis hari ini. Lakukan sehari demi sehari tanpa lelah.

    3. Melatih Perhatian dan Kepekaan
    4. Jika sudah terbangun lingkungan yang membiasakan diri untuk menulis seperti di atas, kebiasaan mencari ide juga harus mulai digalakkan. Salah satu keterampilan penting yang dapat melatih kita untuk dapat kreatif menggali ide adalah dengan memiliki perhatian dan kepekaan. Ketidakpedulian merupakan tembok yang menghalangi penulis untuk masuk ke ladang ide. Sebagai penulis pemula, mulailah dengan menulis apa saja, tanpa membatasi topik tulisan atau jenis tulisan; bisa menulis fiksi atau nonfiksi; cerita pendek, opini, kesaksian, renungan, dll.. Berusahalah mengembangkan ide yang ada untuk ditulis sesuai dengan apa yang dilihat, dialami atau dipikirkan. Bisa juga dengan membuat beberapa pertanyaan berantai yang menarik, dan mulailah dengan menjawab dan merangkai jawaban-jawaban tersebut untuk menjadi satu paragraf atau cerita. Atau, dengan mengingat satu peristiwa tertentu, yang lucu, yang tragis, yang berkesan, atau yang menggembirakan, dan mencoba menulisnya dalam bahasa yang segar.

      Hal lain yang perlu kita lakukan dalam membangun kebiasaan menulis adalah memberikan penghargaan pada diri sendiri, terlepas dari baik-buruknya hasil tulisan Anda. Membentuk suatu kebiasaan baru memerlukan dorongan yang kuat, baik dari dalam maupun luar diri kita. Memberi hadiah kecil pada diri sendiri untuk tulisan pertama yang kita selesaikan, bisa menjadi dorongan dari luar yang dapat menggugah semangat untuk menulis. Jika kebiasaan menulis sudah mulai terbentuk, kita dapat mengurangi, dan akhirnya menghilangkan hadiah-hadiah tersebut. Sadarilah bahwa fokus awal adalah membangun kebiasaan menulis, bukan menilai hasil dari kebiasaan tersebut. Jika kita lebih memfokuskan diri pada menilai hasil tulisan, kebiasaan menulis akan lebih sulit terbentuk, karena kita akan frustrasi dengan banyaknya kekurangan. Penting sekali memiliki fokus yang benar pada fase awal ini. Kalau tidak, gairah menulis akan menurun, dan akhirnya membuat Anda menyerah.

      Ada peribahasa yang mengatakan, "Kota Roma tidak dibangun dalam semalam," demikian juga kebiasaan menulis tidak dapat terjadi hanya dengan sekali menulis. Mulailah dengan langkah-langkah kecil, jika berhasil, lanjutkan dengan langkah-langkah yang lebih besar. Ingatlah, kebiasaan perlu dibangun setahap demi setahap.


Akhir Pelajaran (PKB-P03)


Doa

"Tuhan, hari ini aku ingin belajar memulai satu kebiasaan baru, yaitu kebiasaan menulis. Kiranya Engkau menolongku untuk mempelajari materi ini dan menolongku untuk mendisiplin diri dengan kebiasaan baru ini. Amin."

[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA