PKB-Pelajaran 02
Nama Kursus | : | Penulis Kristen yang Bertanggung Jawab |
Nama Pelajaran | : | Pribadi Penulis Kristen |
Kode Pelajaran | : | PKB-P02 |
Pelajaran 02 - PRIBADI PENULIS KRISTEN
Daftar Isi
- Hubungan Pribadi Penulis Kristen dengan Tuhan
- Membangun Kualitas Rohani yang Sehat
- Membangun Karakter Kristiani yang Kokoh
- Alkitab dan Penulis Kristen
- Alkitab sebagai Fondasi
- Alkitab sebagai Inspirasi
- Motivasi Penulis Kristen
- Menulis untuk Mengajar
- Menulis untuk Mempertanggung Jawabkan Iman
- Menulis untuk Bersaksi
Doa
PRIBADI PENULIS KRISTEN
Apakah ada hubungan antara pelayanan literatur Kristen dan pribadi penulis Kristen? Setiap kita pasti bertanya-tanya di manakah letak hubungannya. Oleh karena itu, pada Pelajaran 02 ini, kita akan membahas lebih dalam lagi mengenai hal terpenting dari hidup seorang Kristen, yaitu hidup yang berintegritas. Hal ini tidak hanya menyangkut aspek rohani saja, tetapi juga menyangkut karakter dan sikap, bahkan tindakan yang muncul dari kerohanian yang berpusat pada Kristus.
- Hubungan Pribadi Penulis Kristen dengan Tuhan
- Membangun Kualitas Rohani yang Sehat
- Membangun Karakter Kristiani yang Kokoh
- Mengutamakan Tuhan
- Konsisten
- Reseptif/Terbuka
- Rendah Hati
- Alkitab dan Penulis Kristen
- Alkitab sebagai Fondasi
- Alkitab sebagai Inspirasi
- Motivasi Penulis Kristen
- Menulis untuk Mengajar
- Menulis untuk Mempertanggung Jawabkan Iman
- Menulis untuk Bersaksi
Mungkin, sebagian kita bertanya-tanya adakah hubungan antara kualitas kerohanian kita dengan panggilan sebagai penulis Kristen? Jawabannya, "Pasti ada!" Ketika kita dipanggil untuk menjadi penulis Kristen, kita tidak hanya dipanggil untuk sekadar menjadi "tukang tulis" atau "kuli tinta", tetapi lebih tinggi dari itu. Kita (dan semua orang yang melayani Tuhan di berbagai bidang pelayanan) dipanggil untuk melakukan perbuatan baik yang telah Ia sediakan bagi kita (Efesus 2:10). Itu artinya, kita menjadi alat bagi perluasan Kerajaan Allah. Jadi, mustahil kita dapat menjadi alat/saluran yang bersih dan berkenan kepada Allah, tetapi tidak memiliki hubungan yang akrab dan intim dengan Dia.
Dengan mengusahakan kerohanian yang sehat, kita membuka kesempatan bagi Allah untuk menumbuhkan karakter-karakter kristiani yang kokoh dalam diri kita sehingga kemuliaan Kristus terus terpancar melalui segala sesuatu yang kita kerjakan, termasuk melalui tulisan-tulisan yang kita hasilkan (Matius 12:34b-35).
Akar dari pribadi seorang Kristen yang berintegritas adalah hubungan yang akrab dengan Allah. Untuk mulai membangun hubungan dengan Allah, ia harus menjaga hidupnya agar memiliki disiplin rohani sehingga kerohaniannya menjadi sehat. Dengan kuasa Roh Kudus, kita akan dimampukan Allah untuk menerima interupsi-interupsi dalam hidup ini sehingga memaksa kita untuk hidup mengandalkan Tuhan. Karena kasih-Nya, Allah berinisiatif untuk membentuk dan memakai setiap hal dalam hidup kita untuk makin sesuai dengan rencana-Nya.
Ketika kita menyerahkan diri dalam tangan Allah dan membuka hati untuk dibentuk sesuai dengan kehendak-Nya, Allah akan bekerja dalam hidup kita dan menolong kita untuk mencapai kualitas rohani yang optimal. Prosesnya tidak selalu mudah, tetapi ketika kita setia berjalan bersama-Nya, maka kita akan bertumbuh dalam kedewasaan rohani yang diinginkan-Nya.
Dalam mengusahakan kerohanian yang sehat, selain melakukan disiplin-disiplin rohani, seperti berdoa, membaca Alkitab, ikut dalam persekutuan pendalaman Alkitab, dan lain sebagainya, kita juga harus melangkah keluar untuk menghasilkan buah.
Ada banyak tambahan kegiatan positif yang dapat menolong kita menghasilkan buah. Kita dapat membaca buku-buku pengetahuan dan keterampilan, membuka diri bagi orang lain, dan ambil bagian dalam aksi-aksi sosial. Dengan demikian, hati kita yang telah dipenuhi kasih dan kebenaran Allah menemukan salurannya untuk menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Inilah yang diinginkan Allah, kesalehan yang membumi dan memberi dampak (Yakobus 2:26).
Dalam perjalanan rohani bersama Allah, hendaknya kita selalu terbuka dengan campur tangan Allah dalam hidup kita. Hal ini tidak hanya menyangkut berkat-berkat rohani, tetapi juga terkait dengan teguran dan koreksi Allah atas pikiran, tindakan, dan sikap kita. Kita tentu tahu bahwa didikan dan koreksi bukanlah sesuatu yang menyenangkan, bahkan cenderung menyakitkan. Namun, jika kita percaya dan yakin bahwa melalui didikan dan koreksi itulah Allah akan membentuk kita, semua hal itu justru akan membuat kita semakin mencintai hukum-hukum dan perintah-Nya (Mazmur 94:12).
Jika kita mengerti kasih Tuhan melalui didikan-Nya, hubungan kita dengan Dia tidak lagi kaku; Ia adalah Bapa, dan kita adalah anak-anak yang dikasihi-Nya. Demikian pula komunikasi kita dengan-Nya tidak lagi terbatas pada doa-doa yang rutin dan dingin, tetapi lebih pada perbincangan yang terus-menerus karena dilandasi kasih, kejujuran, dan keterbukaan.
Apa dampak pertumbuhan karakter Kristus bagi seorang penulis Kristen? Banyak! Karena melalui pertumbuhan karakternya, seorang penulis Kristen akan semakin mengenal kehendak Allah bagi dunia sehingga ia makin mampu menyuarakan berita Kabar Baik Allah untuk dunia melalui tulisan-tulisan yang ia hasilkan. Berikut adalah karakter dasar yang perlu dipupuk dan dikembangkan dalam kehidupan seorang penulis.
Hal ini adalah karakter paling utama yang harus dimiliki. Dengan memiliki karakter ini, ia pasti sudah betul-betul menyadari bahwa ia hanyalah alat yang melayani Tuhan yang Agung. Ketika kita sudah memiliki atau mengembangkan kesadaran ini, maka kita dapat lebih jeli ketika kesombongan mulai mengintip di depan pintu. Karakter ini sangat penting karena ketika kita mengutamakan Tuhan, kita bisa meredam keangkuhan yang menghalangi kita untuk merendahkan hati dalam menerima kritik dan mengembangkan keterampilan kita untuk terus melayani Tuhan.
Sebagai seorang penulis, kita harus menulis konsisten dengan apa yang kita percayai dan hidup sesuai dengan apa yang kita tulis. Dengan memiliki karakter ini, kita akan selalu berusaha menguji karya kita sendiri, apakah karya kita sudah sesuai dengan kehendak Allah atau malah bertentangan dengan prinsip iman kita?
Penulis harus memiliki karakter yang terbuka, baik terhadap kritikan maupun pujian orang terhadap karya kita. Kita tidak menerima pujian semata-mata untuk memegahkan diri, tetapi untuk menguji apakah pujian itu memuliakan karakter Allah sehingga membuat orang semakin menyembah kepada Allah atau justru kepada manusia yang berdosa. Demikian juga terhadap kritik, kita percaya kritikan dapat membuat kita putus asa atau justru membuka kesempatan untuk makin banyak belajar. Kita tahu Allah dapat menggunakan apa pun dan siapa pun untuk membuat kita menjadi lebih baik (Roma 8:28).
Secakap apa pun kita, hendaklah kita selalu rendah hati. Hal ini mungkin terdengar seperti nasihat yang kuno dan klise, tetapi kerendahan hati mengajarkan kita untuk mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Berbeda dengan rendah diri yang membuat kita minder dan justru menghancurkan harga diri. Orang yang rendah hati sadar bahwa tanpa Allah dan orang-orang di sekitar kita, kita tidak dapat melakukan yang terbaik. Allah menyediakan kasih karunia sehingga memberikan kita talenta dan kesempatan untuk menjadi berkat melalui tulisan-tulisan kita. Ia juga menyediakan upah bagi setiap orang yang setia kepada panggilan-Nya. Intinya, jangan meninggikan diri, biarlah Allah yang meninggikan kita sesuai dengan waktu dan hikmat-Nya.
Ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keintiman dengan Allah, kita tentu merindukan adanya komunikasi yang hangat dengan Dia. Kita percaya Allah dapat berkata-kata kepada kita melalui Roh yang Ia tempatkan di dalam hati kita. Melalui Roh-Nya, kita akan dituntun untuk terus berkomunikasi dengan Allah. Untuk itu, Allah menyediakan Alkitab, yang adalah firman Allah, agar kita dapat terus berinteraksi dan bergumul untuk mengetahui isi hati Tuhan.
Namun, apakah kita sungguh-sungguh sudah percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah? Apakah masih banyak pertanyaan tentang Alkitab yang membuat kita meragukan kuasa-Nya? "Dari mana asal Alkitab? Mengapa terdiri atas 66 kitab? Mengapa ada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Siapa saja yang menulis Alkitab? Apakah isi Alkitab benar dan teruji?" Bagi orang yang sungguh-sungguh ingin mengenal Tuhan, semua pertanyaan itu adalah pertanyaan yang wajar. Kita harus mencari jawabannya karena kita ingin mengenal kedalaman firman Tuhan. Namun, dalam mencari jawabannya, kita juga harus sadar bahwa pikiran Allah jauh lebih luas dan dalam daripada pikiran manusia. Karena itu, kita harus terus memiliki hati yang terbuka supaya Allah dapat bekerja dan membukakan pikiran kita untuk selalu melihat apa yang ditunjukkan Allah.
Namun demikian, kita juga mengakui bahwa ada hal-hal sulit dalam Alkitab yang masih belum ditemukan jawabannya. Sebagai penulis Kristen yang benar-benar rindu memiliki kehidupan yang berintegritas di hadapan Allah, kita harus percaya bahwa Allah hidup dan terus bekerja menolong anak-anak-Nya hingga saat ini. Dari zaman ke zaman, Allah terus membukakan pikiran orang-orang yang dipakai-Nya untuk menemukan kebenaran-kebenaran Alkitab. Hal yang dulu belum terjawab, lambat atau cepat akan ditunjukkan jawabannya oleh Tuhan sehingga kita menjadi makin yakin bahwa Alkitab adalah betul-betul firman Tuhan, murni, berkuasa, dan berotoritas atas kehidupan kita.
Seorang teolog bernama James Montgomery Boice menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus terus-menerus dipupuk jika ingin memiliki pengetahuan yang benar tentang Alkitab: (1) Meyakini bahwa Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas dan tidak mungkin salah, (2) meyakini bahwa hanya oleh Roh Kuduslah kita dapat mengerti dan menerima Firman itu, serta (3) terus-menerus memiliki hati yang terbuka terhadapnya. Hanya dengan ketiga sikap hati itulah, kita dapat sampai kepada kedalaman kebenaran Alkitab.
Jadikanlah Alkitab sebagai fondasi kita, tidak hanya dalam pelayanan kita sebagai penulis Kristen, tetapi juga dalam kehidupan kita secara pribadi.
Selain sebagai fondasi yang kokoh, Alkitab juga bagaikan lautan inspirasi yang sangat luas. Tidak terhitung banyaknya materi tulisan yang disediakan Alkitab bagi kita, mulai dari hal-hal yang bersifat praktis sampai filosofis, dari kisah untuk anak-anak sampai pengajaran untuk orang dewasa; hikmat, pengetahuan, kebijaksanaan, pelajaran iman, semuanya sudah disediakan oleh Firman yang hidup ini bagi kita.
Tugas para penulis Kristen adalah menggali kekayaan Alkitab dengan benar, menjalaninya dalam kehidupan, dan membagikan sarinya kepada lebih banyak orang lagi. Hal ini tentu bukan tugas yang mudah. Karena itu, penulis Kristen harus selalu mengembangkan dirinya, tidak hanya dalam keterampilan menulis, tetapi terlebih dalam menggali dan memahami Alkitab. Dengan berdasar pada hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan, maka kita akan dikaruniakan keterampilan untuk mengerti kebenaran Allah. Jika kita makin menggumulinya, kita akan makin dilengkapi sehingga dapat membagikan kebenaran Allah itu dalam karya tulis yang tak terbatas.
Apa yang seharusnya mendorong (memotivasi) kita untuk menjadi seorang penulis Kristen? Setidaknya, ada tiga dorongan/motivasi yang seharusnya menggerakkan kita untuk melayani di dunia literatur.
Charles William Eliot, seorang pengajar dan akademisi dari Universitas Harvard Amerika, pernah berkata, "Buku adalah sahabat yang pendiam tetapi setia, penasihat yang paling bijaksana dan selalu hadir, serta guru yang paling sabar." Perkataan beliau memang benar karena ada banyak orang yang memperoleh banyak pengetahuan dan hikmat dari buku-buku serta bacaan yang mereka tekuni. Karena itu, sebagai penulis Kristen, kita perlu memakai kesempatan ini untuk mengajar lebih banyak orang tentang firman Tuhan dan kasih Allah yang terulur bagi mereka. Selain itu, pengajaran lewat tulisan juga banyak dibutuhkan oleh orang-orang Kristen yang rindu untuk dikuatkan imannya.
Selain menulis untuk mengajar, kita juga perlu menulis untuk mempertanggungjawabkan iman kita. Tujuannya bukanlah untuk merendahkan agama atau keyakinan lain, tetapi sebagai respons kita atas pertanyaan orang tentang Alkitab, Kristus, atau kekristenan yang menuntut kita untuk menjawabnya. Hal ini juga penting, terutama ketika ada orang yang memberi pernyataan atau pandangan yang keliru terhadap prinsip-prinsip kekristenan.
Namun, kita harus benar-benar menyadari bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup; Ia tidak memerlukan pembelaan dari kita, dan firman-Nya ada dalam pemeliharaan-Nya. Karena itu, motivasi kita dalam memberi pertanggungan jawab adalah untuk meluruskan pemahaman yang salah, yang dituduhkan kepada Kristus atau kekristenan sambil berusaha menyatakan kasih Kristus kepada dunia.
Menyaksikan kasih Kristus tidak hanya bisa dilakukan dengan mengulurkan tangan atau melayani secara langsung. Menulis juga bisa menjadi salah satu cara untuk bersaksi. Melalui tulisan, kita dapat menceritakan kebaikan Tuhan dan sentuhan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang kita tulis dapat menjadi berkat dan peneguh iman bagi orang-orang yang membacanya.
Selain itu, biografi tokoh Kristen yang ditulis juga dapat menjadi suatu kesaksian yang indah bagi mereka yang belum terjun melayani di ladang Tuhan. Lewat kisah hidup tokoh-tokoh itu, banyak orang Kristen juga belajar tentang kehidupan, karya, dan perjuangan mereka dalam melayani Tuhan.
Kesaksian yang benar dapat Allah gunakan untuk menyentuh hati orang-orang yang belum percaya kepada Dia. Melalui kesaksian yang kita tulis, Tuhan dapat mengarahkan mereka untuk mencari kebenaran dan kasih yang sejati. Mereka yang sering kalah dalam pergumulan hidup dapat dituntun untuk menemukan Kristus yang peduli dan mau menganugerahkan kemenangan yang kekal melalui tulisan-tulisan kita.
Doa
"Tuhan Yesus, aku sangat bersyukur karena telah belajar tentang bagaimana menjadi seorang penulis Kristen yang baik. Terima kasih karena Engkau memanggilku untuk menjadi alat-Mu. Ajar aku, Tuhan, untuk menjadi seorang penulis kristen yang bertanggung jawab dan yang rela dibentuk sesuai dengan firman-Mu. Terima kasih, Tuhan Yesus. Amin."
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA