PDA - Pelajaran 04

Nama Kursus : Pengantar Doktrin Alkitab
Nama Pelajaran : Sifat-Sifat Alkitab (Bagian 1)
Kode Pelajaran : PDA-P04

Pelajaran 04 – Sifat-Sifat Alkitab (Bagian 1)

Daftar Isi

  1. Alkitab Memiliki Kewibawaan/Otoritas Mutlak
    1. Bukti-Bukti Kewibawaan Alkitab
    2. Bagaimana Kita Menerima Otoritas Alkitab?
  2. Alkitab Tidak Mengandung Kekeliruan (Ineransi)
    1. Definisi dan Konsep Dasar
    2. Pentingnya Doktrin Ineransi
    3. Dasar Penerimaan Ineransi
    4. Bagaimana Jika Naskah Asli Alkitab Sudah Tidak Ada?
    5. Teori-Teori Ineransi
      1. Ineransi Penuh (Full Inerrancy)
      2. Ineransi Mutlak (Absolute Inerrancy)
      3. Ineransi Terbatas (Limited Inerrancy)
    6. Pandangan Para Reformator tentang Ineransi
    7. Menjawab Keberatan terhadap Ineransi Alkitab
  3. Alkitab Memiliki Kejelasan (Clarity)
    1. Definisi dan Dasar Teologis
    2. Prinsip Menafsirkan Alkitab yang Jelas dan Tepat

Doa

Pelajaran 04 – Sifat-Sifat Alkitab (Bagian 1)

Bagaimana kita tahu bahwa Alkitab dapat dipercaya? Melalui pelajaran-pelajaran sebelumnya kita telah belajar bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit dan bukan hasil pendiktean langsung dari Allah kepada para penulisnya. Sebaliknya, Alkitab ada melalui proses yang sangat panjang, dengan campur tangan Allah dalam setiap tahapnya. Nah, pelajaran berikut ini akan menolong kita melihat Alkitab dengan semakin jelas, seperti apa Alkitab dan mengapa kita memercayainya. Dalam dua pelajaran ke depan, kita akan membahas enam sifat/karakteristik utama yang Alkitab jelaskan tentang dirinya sendiri kepada kita.

Enam sifat Alkitab yang akan dibahas dalam 2 pelajaran adalah:

Pelajaran 4:

  1. Alkitab Memiliki Kewibawaan/Otoritas (Authority)
  2. Alkitab Tidak Mengandung Kesalahan (Inerrancy)
  3. Alkitab Memiliki Kejelasan (Clarity)

Pelajaran 5:

  1. Alkitab Adalah Keharusan (Necessity)
  2. Alkitab Adalah Cukup (Sufficiency)
  3. Alkitab Memiliki Kesatuan (Unity)

Mari kita membahas satu per satu sifat Alkitab.

  1. Alkitab Memiliki Kewibawaan/Otoritas Mutlak
  2. Ada banyak klaim dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa seluruh Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas mutlak (2Tim. 3:16-17). Oleh karena itu, seluruh isi Alkitab menjadi standar satu-satunya untuk mengevaluasi iman dan kehidupan orang percaya. Alkitab berdiri sebagai hakim atas segala sesuatu, tetapi tidak dapat dihakimi oleh sumber lain mana pun. Mengapa demikian? Karena tidak ada otoritas lain yang lebih tinggi dari Alkitab. Secara sederhana, dapat ditegaskan bahwa Alkitab dipercaya dan diikuti oleh umat percaya karena Alkitab adalah firman Allah yang mutlak benar. Berikut ini fakta-fakta mengenai keautentikan firman Allah.

    1. Bukti-Bukti Kewibawaan Alkitab

      Alkitab menyatakan dirinya sebagai firman Allah yang berkuasa dan diilhami oleh Roh Kudus (2Ptr. 1:20-21). Ini menunjukkan bahwa Alkitab bukan sekadar tulisan manusia, tetapi berasal dari Allah sendiri dan memiliki otoritas ilahi. Ada banyak bagian dalam Alkitab yang mengatakan, "Demikianlah firman Tuhan ...." Bentuk kalimat ini dalam Perjanjian Lama identik dengan bentuk kalimat, "Demikian kata Raja ...," yang berarti suatu titah yang datang dari pemilik kekuasaan/otoritas tertinggi (raja) dan tidak dapat diganggu gugat, harus dilakukan dan dilaksanakan (Bil. 22:38; Ul. 18:18-20; Yer. 1:9).

      Yesus sendiri mengakui otoritas Alkitab sebagai firman Allah yang benar dan tidak dapat dibatalkan (Mat. 5:17-18; Yoh. 17:17). Ia menggunakan Kitab Suci untuk mengajar, menegur, dan bahkan melawan godaan (Mat. 4:4-10). Hal ini menunjukkan bahwa Alkitab adalah standar tertinggi bagi iman dan kehidupan. Terlebih lagi, meskipun ditulis oleh sekitar 40 penulis dalam rentang waktu lebih dari 1500 tahun, Alkitab tetap memiliki kesatuan pesan yang luar biasa, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus membimbing penulisannya.

    2. Bagaimana Kita Menerima Otoritas Alkitab?

      Menerima otoritas Alkitab bukan hanya soal intelektual, tetapi juga spiritual. Penerimaan orang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah berasal dari keyakinan yang diberikan oleh Roh Kudus dalam hati manusia yang sudah dilahirkan baru. Dengan demikian, penerimaan akan kewibawaan (otoritas) Alkitab dalam kehidupan orang percaya adalah karena iman, bukan datang dari manusia itu sendiri (bdk. 1Kor. 2:13-14; Yoh. 10:27). Menerima kewibawaan Alkitab berarti menundukkan diri sepenuhnya kepada otoritas firman Tuhan dalam semua aspek kehidupan. Seorang murid Kristus tidak hanya mengakui bahwa Alkitab adalah firman Allah, tetapi juga hidup sesuai dengan kebenaran yang diajarkannya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk membaca, mempelajari, dan menaati firman Allah agar hidup kita semakin selaras dengan kehendak-Nya (Yak. 1:22-25).

  3. Alkitab Tidak Mengandung Kekeliruan (Ineransi)
  4. Salah satu sifat utama Alkitab adalah tidak mengandung kekeliruan atau kesalahan (inerrancy), yaitu keyakinan bahwa Alkitab, dalam teks aslinya, tidak mengandung kesalahan atau kontradiksi apa pun, baik dalam hal fakta sejarah, ajaran moral, maupun teologi. Hal ini berarti bahwa Alkitab adalah firman Allah yang sempurna dan benar, tanpa cacat, karena Allah sebagai Penulisnya adalah benar dan tidak mungkin salah.

    1. Definisi dan Konsep Dasar

      Secara umum, "ineransi" dalam konteks Alkitab (PL dan PB) artinya adalah seluruh firman Allah telah ditulis tanpa kesalahan dalam naskah aslinya. Istilah "ineransi" sering dicampuradukkan dengan istilah Infalibilitas (ketidakbenaran), yang memiliki arti bahwa Alkitab tidak mungkin menyesatkan karena semua ajaran-Nya adalah benar (tidak melawan ajaran moral). Penekanan "ineransi" adalah kualitas bebas kekeliruan/kesalahan secara tulisan dan data yang tertulis dalam Alkitab. Doktrin tentang ketidakbersalahan Alkitab sangat penting karena berpengaruh terhadap seluruh doktrin lainnya. Pandangan tentang ineransi Alkitab juga akan menentukan pandangan seseorang terhadap praktik dan etika hidup Kristen.

    2. Pentingnya Doktrin Ineransi

      Jika Alkitab memiliki kekeliruan/kesalahan, otoritasnya sebagai firman Allah dapat dipertanyakan. Jika Alkitab tidak sepenuhnya benar, bagaimana kita bisa menentukan bagian mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak? Namun, dengan segala bukti kewibawaan Alkitab yang sudah dipaparkan sebelumnya, tidak ada satu pun bukti yang dapat menunjukkan kesalahan Alkitab. Jadi, sangat penting bagi orang Kristen untuk memegang kepercayaan bahwa Alkitab seluruhnya adalah betul (tidak ada salahnya) karena Alkitab adalah Firman yang datang dari Allah sendiri, yang adalah sempurna dan tidak bisa berdusta.

    3. Dasar Penerimaan Ineransi

      Penerimaan "ineransi" tidak didasarkan pada kemampuan manusia untuk menilai Alkitab, melainkan pada keyakinan bahwa:
      - Allah adalah kebenaran. Oleh karena itu, segala sesuatu yang difirmankan Allah adalah benar.
      - Allah tidak pernah berdusta. Jadi, yang dikatakan-Nya pasti benar (Ibr. 6:18; 2Tim. 2:13).
      - Alkitab sendiri menyebut diri-Nya sempurna (Mzm. 19:8), murni (Mzm. 19:9), tepat (Mzm. 19:9), benar (Mzm. 119:43), dan kekal (Mzm. 119:89).
      - Roh Kudus memberikan pengawasan penuh kepada para penulisnya sehingga mereka menuliskannya dengan benar tanpa kesalahan.
      - Ukuran kebenaran Alkitab adalah "arasional". Akal manusia bukanlah standar ukuran yang dipakai.

    4. Bagaimana Jika Naskah Asli Alkitab Sudah Tidak Ada?

      Memang diakui bahwa kita sudah tidak lagi memiliki naskah asli Alkitab. Yang ada hanyalah salinan aslinya. Penyataan asli yang tertulis memiliki dua kategori:
      - Penyataan asli (bukan salinan) yang telah selesai ditulis seluruhnya, tetapi sekarang sudah tidak ada karena rusak secara fisik.
      - Penyataan salinan yang ditulis kembali sesuai dengan aslinya (disebut salinan asli).

    5. Teori-Teori Ineransi

      Ada beberapa macam teori "ineransi" yang diajukan.

      1. Ineransi Penuh (Full Inerrancy)

        Alkitab bukanlah kitab ilmiah ataupun sejarah. Oleh karena itu, tidak dituntut ketepatan yang empiris. Dengan mengerti konteks dan latar belakang budaya, kemungkinan besar ketidaktepatan belum tentu suatu kesalahan.

      2. Ineransi Mutlak (Absolute Inerrancy)

        Semua data dalam Alkitab adalah benar, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran ilmiah dan sejarah. Kebenaran Alkitab seharusnya juga dapat dibuktikan dari semua sudut, termasuk ilmiah dan sejarah.

      3. Ineransi Terbatas (Limited Inerrancy)

        Kebenaran Alkitab dapat dibuktikan hanya dari segi doktrin/pengajarannya yang berhubungan dengan keselamatan. Jika ada kesalahan data yang lain, tidak apa-apa karena itu tidak menjadi kepentingan Alkitab.

    6. Pandangan Para Reformator tentang Ineransi

      Pandangan "ineransi" Alkitab tidak dapat dipisahkan dengan inspirasi. Jika firman Allah diberikan oleh Allah, firman Allah tidak mungkin tunduk kepada kekeliruan manusia. Memang diakui ada masalah-masalah dalam Alkitab yang sampai sekarang belum dapat dipecahkan, tetapi hal itu belum cukup membuktikan bahwa Alkitab bersalah. Kebenaran ini mencakup ajaran (doktrin), pola hidup (etika), ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi (sejarah). Para Reformator, seperti Martin Luther dan John Calvin, menegaskan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tidak dapat keliru/salah dan otoritas Alkitab adalah di atas tradisi gereja.

    7. Menjawab Keberatan terhadap Ineransi Alkitab

      Dalam hal Alkitab yang "ineransi", kaum Injili berpegang pada suatu "komitmen teologi", yaitu kepercayaan terhadap keyakinan iman yang dipegang sebagai ketaatan kepada Pribadi Allah dan ajaran-Nya. Kepercayaan ini tidak dibangun secara empiris (berdasar pengalaman), juga bukan sebagai hasil penelitian dari naskah asli. Oleh karena itu, setiap kesulitan yang ditemukan harus diteliti dan dipelajari dengan tunduk pada otoritas Allah.

      Beberapa keberatan ineransi Alkitab yang sering muncul:
      - Ada perbedaan kecil dalam salinan manuskrip. Perbedaan itu tidak mengubah doktrin utama Alkitab.
      - Ada kontradiksi dalam Alkitab. Kontradiksi-kontradiksi tersebut dapat dijelaskan dengan memahami konteks dan gaya penulisan zaman itu.
      - Alkitab tidak bisa diukur dengan ilmu pengetahuan modern. Alkitab memang bukan buku sains, tetapi ketika berbicara tentang dunia, Alkitab tidak mengandung kesalahan.

  5. Alkitab Memiliki Kejelasan (Clarity)
  6. Sifat kejelasan (clarity) Alkitab, yang dalam teologi juga disebut sebagai "perspicuity", merujuk pada kemampuan Alkitab untuk dipahami dengan jelas oleh orang percaya, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kehidupan iman. Alkitab tidak dirancang untuk membingungkan atau menyembunyikan kebenaran yang penting, tetapi agar semua orang yang membacanya dengan sungguh-sungguh dapat mengerti pesan Allah yang terkandung di dalamnya.

    1. Definisi dan Dasar Teologis

      Kejelasan Alkitab berarti bahwa Alkitab ditulis dengan maksud yang jelas, sehingga pesan dan pengajarannya dapat dimengerti oleh siapa saja yang dengan sungguh-sungguh membaca, mencari pertolongan Tuhan, dan bersedia menaati firman-Nya. Namun, ini tidak berarti bahwa semua bagian Alkitab mudah dimengerti. Tidak juga berarti bahwa setiap orang akan mengertinya dengan benar. Untuk memahami Alkitab dengan benar seseorang harus memiliki persyaratan moral dan rohani tertentu (1Kor. 2:14). Ada juga kemungkinan, seseorang dapat mengerti satu bagian Alkitab dengan lebih jelas daripada orang lain (2Ptr. 3:16). Kesulitan manusia untuk mengerti/menafsirkan isi Alkitab sering kali dikarenakan oleh pikiran manusia yang dibutakan oleh dosa, bukan karena kemampuan intelektual mereka. (1Kor. 1:18-3:4; Ibr. 5:14; 2Ptr. 3:5).

    2. Prinsip Menafsirkan Alkitab yang Jelas dan Tepat

      Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bagi seorang penafsir Alkitab;
      - Hanya dalam terang Roh Kudus, manusia dapat mengerti firman Tuhan dengan benar dan tepat (Ef. 3:4, 5; 1Kor. 2:12, 13; Yoh. 14:26; 16:13-15; 2Ptr. 1:21).
      - Mempunyai motivasi yang benar. Tidak menafsirkan Alkitab untuk kesombongan, keserakahan, kepentingan diri sendiri, serta tidak dalam kurang iman/tidak percaya (Luk. 24:25; 2Kor. 4:3-4).
      - Mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menafsirkan. Gunakan prinsip hermeneutika yang sehat. Metode penafsiran yang tepat membantu menghindari kesalahpahaman. Alat-alat studi Alkitab pada era kini pun sudah sangat banyak tersedia secara digital yang sangat memudahkan kita melakukan penggalian secara tepat dan mendalam.

Ketiga pembahasan tentang sifat-sifat utama Alkitab ini: kewibawaan, ketidakkeliruan, dan kejelasan, menjadi landasan bagi kepercayaan kita kepada Alkitab sebagai pedoman hidup yang dapat dipercaya. Dengan memahami dan menerima sifat-sifat ini, kita semakin menyadari pentingnya hidup sesuai dengan ajaran Alkitab. Kiranya wahyu Allah yang sempurna dan penuh kasih ini akan memandu kita untuk hidup dalam kebenaran dan keselamatan yang dianugerahkan-Nya.

Akhir Pelajaran (PDA-P04)

Doa

"Aku bersyukur untuk sifat-sifat Alkitab yang luar biasa ini. Kiranya aku semakin menyadari anugerah yang sungguh indah ini. Karena itu, tuntunlah aku untuk terus mengagumimu firman-Mu dan melakukan-Nya dari hari ke hari untuk kemuliaan nama-Mu. Amin."

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA