PDA - Pelajaran 03
Nama Kursus | : | Pengantar Doktrin Alkitab |
Nama Pelajaran | : | Penyataan Allah |
Kode Pelajaran | : | PDA-P03 |
Pelajaran 03 – Penyataan Allah
Daftar Isi
- Pengertian "Penyataan"
- Definisi Penyataan Menurut Alkitab
- Penyataan vs Wahyu
- Sifat Penyataan Allah
- Penyataan Allah Hanya Dapat Diketahui oleh Manusia Lahir Baru
- Allah Lebih Besar dari Penyataan Allah yang Tertulis (Alkitab)
- Penyataan Umum dan Penyataan Khusus
- Penyataan Umum (Alam, Hati Nurani, Sejarah)
- Penyataan Khusus (Kristus, Alkitab, Roh Kudus)
- Pandangan yang Salah tentang "Penyataan"
- Pandangan Liberal/Neo-Liberal
- Pandangan Neo-Ortodoks (Karl Barth)
- Pandangan Mistisisme
- Pandangan Katolik Roma
Doa
Pelajaran 03 – Penyataan Allah
Dari pelajaran 2, kita telah belajar bahwa jika bukan Allah yang menyatakan diri-Nya kepada manusia, manusia tidak mungkin dapat mengetahui tentang Allah. Namun, karena kasih-Nya, Allah berkenan untuk dikenal oleh manusia melalui penyataan-Nya yang tertulis, yaitu Alkitab. Dalam pelajaran 3 ini, kita akan mendalami pengertian "Penyataan" berdasarkan Alkitab, perbedaan antara penyataan dan wahyu, pentingnya penyataan Allah bagi manusia, serta berbagai bentuk penyataan yang Allah berikan. Selain itu, kita juga akan membahas beberapa pandangan yang keliru mengenai penyataan Allah agar kita memiliki pemahaman yang benar sesuai dengan firman Tuhan.
- Pengertian "Penyataan"
- Definisi Penyataan Menurut Alkitab
- Penyataan vs Wahyu
- Sifat Penyataan Allah
- Penyataan Allah Hanya Dapat Diketahui oleh Manusia Lahir Baru
- Allah Lebih Besar dari Penyataan Allah yang Tertulis (Alkitab)
- Penyataan Umum dan Penyataan Khusus
- Penyataan Umum (Alam, Hati Nurani, Sejarah)
- Penyataan Khusus (Kristus, Alkitab, Roh Kudus)
- Pandangan yang Salah tentang "Penyataan"
- Pandangan Liberal/Neo-Liberal
- Pandangan Neo-Ortodoks (Karl Barth)
- Pandangan Mistisisme
- Pandangan Katolik Roma
Penyataan adalah cara Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia agar manusia dapat mengenal-Nya dan memahami kehendak-Nya. Penyataan ini bersifat ilahi dan tidak mungkin ditemukan oleh manusia sendiri tanpa inisiatif Allah. Mari kita pelajari artinya lebih dalam.
Dalam bahasa Yunani, kata "Penyataan" adalah "apokalupsis" (dari "apokalypto"), artinya 'sesuatu yang disingkapkan (dibukakan) dari apa yang dahulunya samar-samar/tertutup/tidak terlihat jelas' (Luk. 10:21; Ef. 3:5). Dalam bahasa Ibrani ada padanan arti dari pengertian di atas, yaitu "gala", artinya 'telanjang' (Kel. 20:26; Yes. 53:1; 2Sam. 7:27).
Ada beberapa definisi yang dicetuskan oleh para teolog Kristen, tetapi secara umum "Penyataan" dapat didefinisikan sebagai: tindakan Allah (baik itu perbuatan maupun kata-kata) yang merupakan inisiatif-Nya sendiri untuk membuka diri agar manusia, sebagai ciptaan-Nya, dapat mengenal Allah Penciptanya (1Kor. 2:11; Ul. 29:29). Melalui penyataan-Nya inilah, manusia tahu segala sesuatu yang Allah ingin manusia ketahui.
Dalam bahasa Indonesia istilah "penyataan" bisa diartikan sebagai ‘wahyu’. Meskipun memiliki arti yang sama, keduanya memiliki konotasi yang berbeda. Dalam agama-agama lain, "wahyu" sering diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa pengetahuan itu berasal dari Allah, bisa dengan perantaraan atau maupun langsung (misalnya: mimpi, penglihatan, bisikan hati, dll.). Jadi, pengertian kata "wahyu" ini berbeda sekali dengan pengertian yang diberikan dalam agama Kristen. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan, istilah yang akan kita pakai selanjutnya dalam bahan ini adalah "penyataan", bukan wahyu.
Catatan: Kata lain yang bisa dipakai adalah "ilham" atau "pengilhaman".
Seperti telah kita pelajari sebelumnya, Allah berkenan menunjukkan siapa diri-Nya kepada manusia melalui "penyataan". Melalui "penyataan" ini, Allah menyingkapkan diri-Nya, dan menunjukkan inisiatif-Nya untuk berkomunikasi dengan ciptaan-Nya. Manusia adalah satu-satunya ciptaan yang diberi kemampuan untuk menerima dan merespons tindakan Allah itu. Tanpa "penyataan-Nya", manusia tidak dapat mengetahui dengan benar tentang Allah dan segala sesuatu yang Allah lakukan bagi ciptaan-Nya (Yoh. 1:18; 1Tim. 6:16; Ay. 11:7; 23:3-9).
Pengetahuan tentang Allah yang berasal dari diri manusia sendiri hanyalah spekulasi dan rekayasa pikirannya semata. Terlebih lagi, setelah kejatuhan manusia dalam dosa, daya tangkap rohani manusia tumpul sehingga ia tidak mungkin lagi memahami hal-hal rohani dengan benar. Keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa disebut “mati rohani”, sehingga untuk dapat menerima hal-hal yang rohani, manusia harus dilahirbarukan terlebih dahulu (Yoh. 3:10). Apakah berarti manusia yang belum lahir baru tidak dapat mengerti penyataan Allah? Manusia yang belum lahir baru masih dapat mengerti penyataan Allah, tetapi dengan hasil yang sangat terbatas, terutama untuk hal-hal yang bersifat rohani sebagaimana yang Allah kehendaki.
Apakah melalui penyataan-Nya, Allah menyatakan segala sesuatu tentang diri-Nya kepada manusia? Tidak, karena Allah adalah tidak terbatas, sedangkan manusia adalah ciptaan yang terbatas. Pengetahuan yang dapat manusia tangkap tentang Allah hanya sebatas kemampuan otak manusia. Namun, bukan berarti bahwa penyataan yang Allah berikan kepada manusia kurang lengkap. Allah, dalam kemurahan-Nya, telah memberikan penyataan yang lengkap dan cukup tentang diri-Nya bagi manusia. Namun, pengetahuan tentang Allah sendiri jauh lebih luas daripada apa yang manusia dapat pahami.
Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui dua cara, yaitu penyataan umum dan penyataan khusus. Kedua cara ini dibedakan sesuai dengan maksudnya. Penjelasannya secara lebih spesifik adalah sebagai berikut:
Penyataan Umum adalah penyataan yang diberikan Allah mengenai diri-Nya sendiri kepada semua orang (anugerah umum), seperti melalui alam semesta, sejarah, dan hati nurani manusia. Hal-hal yang perlu diketahui dalam Penyataan Umum:
Sumber Penyataan Umum: Allah.
- Sasaran: semua orang/umum (Mat. 5:45; Kis. 14:17; Mzm. 19:2).
- Sarana: dengan cara-cara universal, yaitu melalui alam, sejarah, dan hati Nurani manusia (Mzm. 19:4-7; Rm. 2:14-15).
- Tujuan: untuk menyatakan kemuliaan Allah, kuasa-Nya dalam alam semesta, keunggulan-Nya, keahlian-Nya, penentuan-Nya dalam mengendalikan alam semesta, kebaikan-Nya, kecerdasan-Nya, dan keberadaan-Nya yang hidup (Mzm. 19:2; Rm. 1:20; Kis. 14:17; 17:29; Mat. 5:45).
- Keterbatasan Penyataan umum:
Hanya membuat manusia sadar akan keberadaan Allah, tetapi tidak cukup membawa manusia kepada pengenalan yang benar kepada Allah; hanya membuat manusia dapat berseru dan memuji Allah, tetapi tidak cukup untuk membawa mereka kepada keselamatan; hanya memberikan pengetahuan tentang sifat-sifat Allah, tetapi tidak memberikan pengetahuan bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang disediakan Allah.
Penyataan khusus adalah penyataan yang diberikan Allah melalui karya penebusan Yesus Kristus, yang juga dituliskan dalam Alkitab. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyataan Khusus:
Sumber Penyataan Khusus: Allah
- Sasaran: orang-orang pilihan-Nya yang percaya.
- Sarana: melalui Yesus Kristus dan firman-Nya yang tertulis, yaitu Alkitab, yang sudah diberikan melalui saluran-saluran:
> Undi (Ams. 16:33; Kis. 1:21-26).
> Urim dan Tumim (Kel. 28:30; Bil. 27:21)
> Mimpi (Kej. 20:3, 31:24)
> Penglihatan (Yes. 1:1; 6:1; Yeh. 1:3)
> Teofani (penempatan Allah dalam wujud manusia) (Kej. 16:7-14)
> Malaikat (Dan. 9:20-21; Luk. 2:10-11; Why. 1:1)
> Nabi-nabi (2Sam. 23:2)
> Peristiwa-peristiwa (Yeh. 25:7; Yoh. 1:14)
> Mukjizat-mukjizat (Yes. 9:5; Why. 21:5)
- Keterbatasan Penyataan Khusus:
Tidak dapat direspons oleh mereka yang belum dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Untuk menerima keselamatan yang Allah sediakan melalui Yesus Kristus, manusia harus lebih dahulu percaya kepada keberadaan Allah sebagai Pencipta (Penyataan Umum membuka jalan kepada Penyataan Khusus).
Jadi, persamaan antara Penyataan Umum dan Penyataan Khusus adalah Allahlah yang menjadi sumbernya. Perbedaannya adalah pada sasaran dan tujuannya.
Ada beberapa pandangan yang keliru tentang penyataan yang sudah banyak dicetuskan dalam ajaran-ajaran yang tidak alkitabiah. Berikut di antaranya:
Kaum Liberal memberikan penekanan yang sangat kuat pada Penyataan Umum, bahkan mereka mengatakan bahwa Pernyataan Umum saja sudah cukup untuk menuntun manusia kepada keselamatan. Ciri utama pandangan Liberal adalah subjektivisme manusia, akal adalah penentu kebenaran, dasar otoritasnya adalah hati nurani. Menurut mereka, Alkitab hanyalah hasil akal manusia yang berisi pemikiran-pemikiran tentang Allah.
Kaum Liberal menganggap kebenaran Alkitab bukan pada semua katanya, tetapi inti pesannya saja. Mereka juga dikenal dengan pandangan "demitologisasi" (hal-hal yang bersifat mitos harus dibuang dan ditafsirkan hanya sejauh pengertian yang bisa dipahami oleh manusia modern). Kristus dalam Perjanjian Baru hanya dilihat sebagai tokoh mitos dan bukan sebagai tokoh historis. Mereka menganggap Alkitab perlu diterjemahkan ulang, khususnya untuk hal-hal yang tidak dapat diterima secara "ilmiah", supaya beritanya dapat diterima oleh manusia modern yang tidak lagi percaya pada hal-hal yang mistis/supernatural.
Kaum Neo-Ortodoks percaya bahwa Allahlah yang memprakarsai "Penyataan", tetapi mereka tidak memercayai otoritas Alkitab. Menurut mereka, Alkitab bukan firman Allah, melainkan hanya saksi firman Allah. Jadi, Alkitab bisa salah karena ditulis oleh manusia. Alkitab hanya dianggap sebagai sarana untuk kita bisa bertemu dengan Kristus. Kebenaran mutlak Alkitab baru akan terjadi pada saat Allah menyatakan diri melalui firman-Nya secara adikodrati. Pengalaman adikodrati inilah yang menjadi tolok ukur.
Pandangan ini dipelopori oleh Karl Barth dalam aliran yang disebut Hermenutika Neo-Ortodoks. Menurut pandangan ini, Alkitab "berisi firman Allah", tetapi Alkitab bukan seluruhnya firman Allah. Barth menolak semua Penyataan Umum dan berpegang bahwa satu-satunya penyataan Allah yang benar adalah Kristus sendiri. Dengan kata lain, Allah tidak melengkapi ciptaan-Nya dengan kebenaran umum (Penyataan umum) atau bahwa Allah juga tidak menyampaikan kebenaran melalui tulisan-tulisan para nabi (Penyataan khusus).
Jadi, keseluruhan pemahaman mereka, kebenaran adalah bersifat subjektif. Pandangan ini juga menolak pentingnya berpegang secara mutlak pada nilai sejarah Alkitab. Yang dipentingkan adalah bagaimana ayat-ayat dalam Alkitab itu berbicara kepada pembacanya. Jika tidak terjadi sesuatu, firman Tuhan itu belum menjadi firman Tuhan.
Pandangan Mistisisme adalah pandangan yang menekankan pengalaman pribadi langsung dengan Allah sebagai cara utama untuk mengenal-Nya. Dalam pandangan ini, penyataan Allah tidak harus melalui Alkitab atau perbuatan nyata-Nya dalam sejarah, melainkan lebih kepada pengalaman mistik atau perasaan batin seseorang. Penganut pandangan ini sering mengutamakan penglihatan, mimpi, bisikan hati, dan pengalaman lainnya sebagai bentuk penyataan ilahi yang lebih utama dibandingkan dengan firman Allah dalam Alkitab.
Dampak dari pandangan ini adalah kebenaran menjadi relatif dan bervariasi, tergantung pada pengalaman masing-masing individu. Sementara itu, Alkitab mengajarkan bahwa Allah menyatakan diri-Nya melalui Kristus (Yoh. 1:18), firman-Nya yang tertulis (2Tim. 3:16-17), dan karya Roh Kudus yang sesuai dengan kebenaran Alkitab (Yoh. 16:13). Yang tepat adalah pengalaman pribadi harus selalu diuji dengan firman Tuhan agar tidak menyesatkan (1Yoh. 4:1).
Dalam pengajaran Katolik Roma, penyataan Allah tidak hanya terdapat dalam Alkitab, tetapi juga dalam tradisi gereja. Mereka berpegang pada konsep "dua sumber penyataan," yaitu: Alkitab, yang diakui sebagai firman Allah dan tradisi Suci, yaitu ajaran-ajaran yang diwariskan secara turun-temurun oleh para rasul dan gereja. Pandangan ini berimplikasi bahwa otoritas gereja (terutama Paus) memiliki peran dalam menafsirkan penyataan Allah, bahkan bisa menentukan ajaran yang tidak secara eksplisit terdapat dalam Alkitab. Dalam beberapa kasus, ajaran gereja dianggap memiliki otoritas yang sejajar atau bahkan lebih tinggi dari Alkitab itu sendiri.
Pandangan ini tentu saja bertentangan dengan prinsip Sola Scriptura yang menyatakan bahwa Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi (2Tim. 3:16-17). Tradisi gereja tidak boleh dianggap sebagai sumber penyataan yang setara dengan Alkitab, tetapi harus diuji berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
Jadi, sekarang kita memahami bahwa Penyataan Allah dibedakan dalam dua macam penyataan: Penyataan Umum dan Penyataan Khusus. Penyataan ini sangat penting sebagai dasar pengenalan manusia akan Allah dengan benar. Namun, ada juga pandangan-pandangan yang keliru tentang penyataan yang sudah kita pelajari. Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang penyataan Allah harus selalu berlandaskan firman Tuhan agar iman kita tidak disesatkan oleh ajaran yang keliru.
Akhir Pelajaran (PDA-P03)
Doa
"Tuhan Yesus, aku sungguh bersyukur karena melalui Roh Kudus dan firman dalam Alkitab, Engkau memberiku kepekaan untuk menguji, manakah ajaran yang tidak benar dan manakah ajaran yang dapat aku percayai. Lindungilah aku dari si Jahat. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA