Paskah-Pelajaran 04
Nama Kursus | : | Paskah |
Nama Pelajaran | : | Kematian Kristus |
Kode Pelajaran | : | PAS-P04 |
Pelajaran 04 - KEMATIAN KRISTUS
Daftar Isi
- Salib dan Kematian Yesus
- Hukuman Salib
- Kematian Yesus
- Bukti-bukti Kematian Yesus
- Kesaksian Kepala Pasukan
- Kesaksian Orang Banyak
- Kesaksian Murid-murid
- Makna Kematian Yesus
- Menebus Dosa
- Pengampunan
- Pembenaran
- Rekonsiliasi
DOA
A. Salib dan Kematian Yesus
1. Hukuman Salib
Hukuman salib diciptakan oleh bangsa Persia pada abad ke 6 SM. Kemudian hukuman salib ditiru oleh bangsa Kartago. Hingga pada akhirnya bangsa Romawi melestarikan dan menyempurnakannya sebagai bentuk ekstrim bagi hukuman yang berat untuk mencegah berbagai macam kejahatan. Oleh bangsa Romawi salib dijadikan alat hukuman yang paling kejam terhadap para budak dan orang-orang asing (terutama orang jajahan) yang memberontak. Hukum Yahudi menentukan bahwa para pemuja berhala, penghujat dan pemberontak dirajam dengan batu dan digantung pada sebuah tiang. Mereka dibiarkan mati secara mengerikan karena dipandang sebagai yang terkutuk oleh Allah. Dan agar tidak menajiskan, maka mayatnya segera dikuburkan (Ulangan 21:23).
Cicero mengatakan, "kematian yang paling kejam dan mengerikan." Sekalipun orang-orang Romawi telah menyalibkan lebih dari puluhan ribu orang, mereka selalu memandang hukuman salib dengan hina. Hukum sipil melarang orang menyalibkan seorang penduduk Romawi, dan berbagai usaha dilakukan untuk menyingkirkan hukuman salib di Italia. Hukuman salib hanya dilakukan bagi orang-orang yang tinggal di wilayah kekaisaran Romawi, bagi para budak, dan bagi para penjahat besar yang bukan orang Romawi.
Kata-kata atau vonis dari seorang hakim Romawi di akhir pengadilan negara adalah "Ibis ad crucem!" yang artinya "Engkau akan disalibkan". Usai itu, seorang terdakwa akan diserahkan kepada empat orang prajurit Romawi yang mula-mula memukulnya dengan rotan dan kemudian mengikat tangannya di salib untuk di bawa ke tempat penyaliban. Sering kali yang dibawa bukan salib utuh, tetapi balok horisontalnya saja. Balok itu akan dihubungkan dengan sebuah tonggak vertikal setinggi 2,7m sampai 3,5m yang ditanam di tanah.
Para prajurit Romawi akan mendorong seorang terdakwa yang hendak disalib melalui jalan-jalan di lingkungannya sendiri menuju ke tempat penyaliban. Dua orang prajurit berada di kedua sisinya, ditambah satu orang prajurit di depan dan satu orang prajurit di belakang. Seorang prajurit yang berada di depan akan membawa sebuah papan yang memberitahukan kejahatan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk dua macam alasan yaitu: sebuah peringatan untuk calon-calon penjahat lainnya dan dengan demikian mencegah mereka melakukan kejahatan, serta kesempatan terakhir bagi para saksi untuk maju dan memberikan kesaksian untuk membela orang yang terhukum itu.
Setelah tiba di tempat eksekusi, para prajurit itu akan mengikat atau memaku tangan seorang penjahat itu ke salib. Mereka merebahkan tubuhnya di balok horisontal, kemudian salah seorang prajurit menindih salah satu lengannya, sementara yang lain mencari titik lunak di pergelangan tangannya. Setelah titik itu ditemukan, sebuah paku persegi dipakukan tanpa mematahkan tulang atau menyebabkan tubuh tercabik dan terlepas apabila salib sudah ditegakkan. Pergelangan tangan lainnya juga dipakukan dengan cara yang sama, dengan memastikan bahwa ada cukup tekukan di siku, sehingga lengan dan tubuh dapat digerakkan. Sering kali sebuah paku tunggal dipakai untuk memakukan kedua belah kaki pada balok vertikal salib itu, juga dengan memastikan bahwa lutut-lutut dapat cukup ditekuk agar tubuh dapat digerakkan dan memperlambat kematian.
Terkadang perlu berhari-hari lamanya sebelum seorang yang disalibkan itu mati. Selama berjam-jam itu, si korban menderita karena terpapar teriknya matahari dan panasnya siang hari serta dinginnya malam hari. Berbagai serangga dan burung terus menerus menjadi gangguan. Lapar dan haus memperberat kesengsaraan. Kehilangan darah yang dimulai sejak menjalani pukulan berlanjut di salib. Meskipun demikian, sedikit orang yang mati karena berbagai aspek siksaan ini.
Kematian disebabkan gagal jantung atau, paling sering, karena kekurangan oksigen. Lengan-lengan korban mengerut oleh rasa sakit dan tegang ketika tubuhnya tergantung pada tangan-tangannya, dan otot-otot di dadanya nyaris lumpuh. Ia dapat mengambil napas, tetapi tidak mengeluarkan napas. Ketika berusaha dengan susah payah untuk bernapas, secara naluriah dan dengan keras ia akan menarik tubuhnya ke atas, sehingga semua berat badannya tertumpu pada paku-paku di kakinya. Ketika rasa sakit karena berat tubuh yang tertumpu di kakinya tidak tertahankan lagi, ia akan menjatuhkan tubuh ke bawah lagi. Dorongan keras ke atas dan ke bawah yang berulang-ulang ketika mencoba untuk bernapas ini terus berlangsung selama penyaliban sampai ia terlalu lemah untuk berusaha lagi, dan kemudian mati karena tidak dapat bernapas. Apabila para prajurit ingin mempercepat kematian, mereka memukulkan papan besar ke kaki-kaki korban, kaki-kaki yang patah membuatnya tidak dapat meluruskan diri, dan korban dengan cepat tidak dapat bernapas lagi.
2. Kematian Yesus
Salib tidak bisa dipisahkan dari kematian Yesus. Alkitab dengan jelas menuliskan bahwa Tuhan Yesus disalib, itu artinya bahwa Yesus dibunuh dan mati. Dalam kebudayaan Yunani dan Romawi, salib adalah alat untuk menghukum dan mengeksekusi seseorang yang dinyatakan bersalah. Apabila seseorang mendengar kata "Salib" maka pemikiran yang akan timbul adalah "hukuman mati" khususnya bagi para budak, pemberontak, dan orang-orang yang melakukan pelanggaran yang berat. Seseorang dinyatakan melakukan kejahatan maka ia akan dihukum mati dengan cara menyalibkannya dengan tujuan untuk mempermalukannya di depan umum atas perbuatannya yang jahat.
Pada zaman penulisan Alkitab sampai pada Paskah ketika Tuhan Yesus disalibkan, salib menjadi simbol penderitaan, kesusahan, hukuman mati dan beban berat. Akan tetapi, seperti ada makna pembalikkan setelah Tuhan Yesus mati di kayu salib. Berita tentang salib yang sebelumnya mengerikan telah menjadi kabar baik bagi semua manusia. Kabar baik itu adalah Yesus, Anak Allah yang tersalib untuk keselamatan umat Manusia. Kematian-Nya di kayu salib bukan kematian yang sia-sia tetapi kematian yang membawa penebusan bagi umat manusia.
Kematian Yesus adalah kematian sebagai tebusan bagi umat manusia berdosa. Kematian-Nya menjadi jalan keselamatan bagi semua orang berdosa yang percaya dalam nama-Nya. Kematian Yesus menjadi jalan yang mendatangkan pengampunan dosa. Yesus menyerahkan Diri-Nya dan mati untuk menjadi kurban dan tebusan bagi banyak orang.
B. Bukti-bukti Kematian Yesus
1. Kesaksian Kepala Pasukan
Kepala pasukan yang pada saat itu menjaga peristiwa penyaliban menyaksikan keajaiban-keajaiban yang terjadi ketika Yesus, Anak Allah, mati di kayu salib. Matius dan Markus menuliskan dalam Injil yang mereka tulis bahwa kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang terjaga itu sangat ketakutan setelah mendengar peristiwa yang sedang terjadi. Mulut mereka mengatakan, "Orang ini benar Anak Allah." Sedangkan Lukas menuliskan bahwa kepala pasukan dan prajurit-prajurit mengatakan, "Sungguh orang ini adalah orang benar."
Perbedaan penulisan yang diucapkan kepala pasukan dan prajurit tentu harus dilihat dari konteks, latar belakang dan tujuan penulisan Injil. Matius mengalamatkan Injilnya bagi orang Yahudi dan ia ingin memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah memakai istilah yang tepat dengan menunjukkan bahwa Yesus yang tersalib dan mati adalah Anak Allah, Yang Maha Tinggi. Matius sesungguhnya bertujuan untuk meluruskan dan menjawab pertanyaan Imam Besar ketika Yesus diperhadapkan pada Mahkamah Agama, yang bertanya apakah Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Matius ingin meneguhkan kembali bahwa perkataan kepala pasukan, yang adalah seorang tentara Romawi menyaksikan bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah.
Sedangkan Markus menuliskan bahwa kepala pasukan Romawi menjadi saksi peristiwa kematian Yesus. Dengan mencatat pengakuan kepala pasukan, Markus ingin menegaskan kembali bahwa Yesus sungguh-sungguh mati dan disaksikan oleh pasukan Romawi. Ucapan mulut dari orang di luar Yahudi perlu menjadi bukti bahwa Yesus yang mati di salib itu adalah sungguh-sungguh Anak Allah.
2. Kesaksian Orang Banyak
Di dalam Injil Sinoptik, hanya Lukas yang menuliskan bahwa, "Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri" (Lukas 23:48). Lukas tidak menyebut orang-orang yang datang melihat peristiwa itu dari kelompok mana, namun jika melihat ayat selanjutnya, mereka yang menonton adalah mereka yang ikut menyalibkan Yesus.
Dari penjelasan Lukas, mati Yesus benar-benar telah mati di kayu salib. Banyak saksi yang melihat penyaliban Yesus. Kali ini orang banyak yang melihatnya, kerumunan orang di sini bisa saja golongan orang-orang yang ambil bagian sehingga Yesus dijatuhi hukuman salib, bisa juga masyarakat umum. Sebab, pada masa itu hukuman salib diberikan supaya orang yang disalib menjadi tontonan bagi orang banyak.
3. Kesaksian Murid-murid
Semua penulis Injil Sinoptik mencatat bahwa kematian Yesus di kayu salib disaksikan oleh para pengikut Yesus yang setia mengikuti sampai di Golgota (Matius 27:55-56; Markus 15:40-41; Lukas 23:49). Selain mencatat tentang kematian Yesus yang disaksikan oleh orang banyak, para penulis Injil ingin menjelaskan bahwa Yesus sungguh-sungguh mati dan kematian-Nya disaksikan oleh semua orang yang mengenal Yesus secara dekat, ada Yohanes salah satu diantara kedua belas murid-Nya, perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea dan orang-orang Yahudi.
Kesaksian-kesaksian murid-murid memberikan penguatan bahwa Yesus benar-benar mati dan disalibkan. Kematian tidak hanya dilihat oleh satu atau dua orang, tetapi banyak orang yang melihat Ia disalibkan hingga akhirnya Ia mati di kayu salib. Sehingga jelaslah bahwa kematian Yesus di kayu salib benar-benar nyata dan semua orang melihat bahwa Dia yang tidak berdosa, Dia yang sungguh-sungguh Anak Allah telah mati di kayu salib.
C. Makna Kematian Yesus
1. Menebus Dosa
Yesus mati untuk menebus dosa manusia. Kata penebusan dalam bahasa Yunani menggunakan kata "apolutrosis", kata "apolutrosis" bermakna di dalam sebuah pasar, di tempat itu para budak dijual dan dibeli. Kemudian, datanglah seseorang yang datang untuk menebus budak tersebut, sehingga budak itu dinyatakan sebagai seorang yang merdeka, bukan lagi budak. Kata "apolutrosis" digunakan Paulus untuk menjelaskan bahwa dosa-dosa manusia sudah ditebus, kita diselamatkan karena Tuhan Yesus yang telah menebus kita dan membayar sehingga dosa dan pelanggaran kita dengan darah-Nya. Seperti yang dituliskan dalam Efesus 1:7, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Kolose 1:14, Ibrani 9:12, 1 Korintus 6:20, Wahyu 5:9). Injil Markus juga menuliskan sebuah perumpamaan tentang penebusan, yang dituliskan dengan memakai kata "lutron" yang merujuk kepada harga yang telah Yesus bayar untuk membeli keselamatan kita (Markus 10:45). Dalam konteks ini berbicara bahwa kebebasan yang kita terima terlepas dari ketertawanan oleh dosa, melalui harga yang dibayar oleh Kristus.
2. Pengampunan
Hasil langsung dari kematian Kristus yang dikenakan kepada kita adalah pengampunan dosa. Kematian Kristus di atas kayu salib supaya pengampunan Allah bisa diberikan, seperti yang dituliskan dalam Ibrani 9:22, "Hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." Untuk beroleh pengampunan, terlebih dahulu kita harus mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah, apabila kita sudah mengakui dosa-dosa kita maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Sebagaimana yang dituliskan dalam 1 Yohanes 1:9 bahwa Allah setia dan adil pada saat kita mengakui dosa-dosa kita. John R.W. Stott menjelaskan, "Dia setia dalam mengampuni karena Dia telah berjanji untuk melakukannya, dan adil karena Yesus mati bagi dosa kita." Yesus Kristus telah menanggung hukuman kita dan memenuhi tuntutan keadilan Allah.
Pesan pengampunan menjadi salah satu aspek terpenting dalam Injil. Injil tidak hanya sebatas kabar sukacita, sebab inti dari Injil adalah Yesus Kristus yang mati bagi dosa-dosa manusia. Mengampuni setiap dosa dan pelanggaran manusia melalui kematian-Nya di kayu salib.
3. Pembenaran
Rasul Paulus menuliskan dalam Roma 4:25 demikian, "Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita." Kata pembenaran berarti "dinyatakan, diterima dan diperlakukan sebagai yang benar." Penggambaran ini berasal dari istilah dalam persidangan, yang berarti "suatu tindakan hukum dalam menjalankan kuasa hukum - dalam hal ini, menyatakan keputusan bahwa yang tertuduh tidak bersalah, dan membatalkan semua tuntutan." Lebih lanjut dituliskan Paulus dalam Roma 5:16 dan 18 mengenai apa yang terjadi dalam pembenaran kita: "Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup."
4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi berarti kehidupan keluarga dan persahabatan yang harmonis. Rasul Paulus berkata, "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami" (2 Korintus 5:29). Rekonsiliasi sangat diperlukan karena dosa adalah pemberontakan melawan Allah dan hasilnya adalah permusuhan atau perseteruan antara Allah dan umat manusia. Lebih lanjut dituliskan dalam Roma 5:10, "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya." Hasilnya adalah "hidup damai sejahtera dengan Allah" (Roma 5:1) dan diadopsi menjadi keluarga-Nya (Yohanes 1:12). Dari istilah rekonsiliasi inilah kata pendamaian (atonement) berasal yang memiliki makna bahwa setiap orang yang menerima Kristus telah dijadikan satu dengan Allah.
DOA
"Sungguh agung dan mulia karya-Mu di kayu salib, Tuhan. Aku sungguh kagum dengan pengorbanan yang mulia. Engkau yang tanpa cela justru bersedia menanggung dosaku dan menebus lunas dosa-dosa dan pelanggaranku. Ajari aku untuk memaknai kematian dengan memberikan hidupku kepada-Mu, Tuhan. Biarkan aku terus menjadi saksi-Mu yang setia dan mengiring Tuhan Yesus di sepanjang hidupku." Amin
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA