OTK-Pelajaran 05
Nama Kursus | : | Orangtua Kristen |
Nama Pelajaran | : | Pola Asuh Anak Berdasarkan Alkitab |
Kode Pelajaran | : | OTK-P05 |
Pelajaran 05 - POLA ASUH ANAK BERDASARKAN ALKITAB
Daftar Isi
- Arti Pola Asuh
- Pola Asuh Anak Berdasarkan Alkitab
- Pola Asuh dalam Kitab Ulangan 6:4-9
- Pola Asuh dalam Kitab Amsal
- Pola Asuh Menurut Ajaran Yesus
- Pola Asuh Anak dalam Surat-surat Paulus
Doa
POLA ASUH ANAK BERDASARKAN ALKITAB
Anak adalah milik pusaka Tuhan yang harus kita besarkan di dalam Tuhan. Namun, anak-anak kita tidak akan selalu memiliki orangtua di sampingnya untuk membimbing mereka dalam mengambil keputusan yang benar. Kita harus menanamkan pemahaman dan kebiasaan untuk melakukan hal yang benar dalam diri anak sehingga mereka akan melayani Allah dalam menjalani kehidupannya. Alkitab adalah pusat kebenaran yang akan menolong anak-anak menjalani hidup mereka dengan benar. Untuk itu, anak harus mendapatkan pola asuh yang benar dari orangtuanya berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
- Arti Pola Asuh
- Pola Asuh Anak Berdasarkan Alkitab
- Pola Asuh dalam Kitab Ulangan
- Orangtua harus mengenalkan Allah kepada anak-anak (ayat 4).
- Mendidik anak berulang-ulang (ayat 7).
- Membicarakan firman Tuhan setiap saat (ayat 7).
- Mengikatkan pengajaran itu pada lengan dan dahi (ayat 8).
- Menuliskan pada tiang pintu dan gerbang (ayat 9).
- Pola Asuh dalam Kitab Amsal
- Pola Asuh dalam Ajaran Yesus
- Pola Asuh Anak dalam Surat-Surat Paulus
Pola asuh terdiri dari dua kata, yaitu pola dan asuh. Kata pola memiliki arti "sistem, bentuk, cara kerja dan struktur", sedangkan kata "asuh" memiliki arti "menjaga, merawat, mendidik dan membimbing". Dengan demikian, pola asuh adalah sistem, cara kerja atau bentuk dalam upaya menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak kecil supaya dapat berdiri sendiri. Seorang tokoh psikologi bernama Tarsis berkata, "Pola asuh adalah interaksi dan sikap antara orangtua dengan anak." (2005:1) Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Orangtua adalah subjek pendidikan Kristen. Karena itu, orangtua harus menjadi pelaku yang bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan kepada anaknya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orangtua yang saleh dapat meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya, yang kemudian secara sadar atau tidak sadar, semua itu akan diresapi oleh anak hingga akhirnya menjadi kebiasaan bagi anak.
Dalam rencana dan ketetapan Allah yang kekal, Allah telah membentuk sebuah keluarga. Allah ingin setiap keluarga berlaku sesuai dengan perintah dan ketetapan yang sudah Tuhan berikan. Anak-anak bisa berjalan dengan lurus bersama Tuhan, mengasihi Tuhan, dan taat kepada-Nya jika diasuh oleh orangtua yang mempraktikkan kebenaran yang diajarkannya. Dengan begitu, anak-anak akan memiliki konsep yang benar tentang Allah. Apabila orangtua salah mengasuh anak, orangtua jugalah yang akan menanggung konsekuensinya karena anak-anak mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengenal Allah. Anak-anak seperti itu akan tumbuh menjadi anak yang tidak mengenal kebenaran dan memiliki cara pandang yang salah tentang kehidupan mereka.
Dalam Kitab Ulangan pasal 6, orangtua diingatkan akan tanggung jawab mereka dalam mengasuh anak-anak. Dalam Ulangan 6:4-9, Tuhan Allah memerintahkan kepada umat Israel agar memegang teguh seluruh perintah Allah dan setiap perintah yang Allah berikan dengan perantaraan Musa. Tidak hanya perintah, Tuhan juga memberikan janji pada mereka yang setia melakukan perintah Allah Ulangan 6:1-3).
"Shema Yisrael" adalah inti dari pengakuan iman bangsa Israel dan dasar pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak. Terdapat prinsip-prinsip pengasuhan dalam Ulangan 6:4-9, yaitu:
Orangtua Kristen harus mengajarkan Allah yang benar kepada anak-anaknya. Orangtua harus menyatakan kepada anak bahwa Allah yang benar dinyatakan dalam Yesus Kristus. Tidak ada Allah lain selain Dia. Hal ini sangat penting supaya anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran yang ada di luar kekristenan. Perintah ini seperti yang tertulis dalam Ulangan 6:4. Berikut ini ayat-ayat yang akan menolong kita untuk memahami pentingnya pengajaran tentang Allah pada masa Perjanjian Lama (Ulangan 6:5-9; 11:13-21; Bilangan 15:37-41; Keluaran 15:11; Keluaran 20:3). Ayat-ayat tersebut tidak bertentangan dengan konsep Tritunggal dalam Perjanjian Baru karena telah dimanifestasikan sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Berdasarkan nas tersebut, Allah menghendaki supaya pengajaran-pengajaran yang diberikan melalui firman-Nya sungguh-sungguh tersimpan dalam hati umat-Nya (Mazmur 119:11). Mengasuh anak dilakukan dengan tujuan supaya firman Tuhan tertanam dalam diri anak-anak sehingga mereka sungguh-sungguh memegang ajaran tersebut sampai akhir hidupnya. Ajaran yang disampaikan dengan berulang-ulang akan lebih mudah diingat oleh anak.
Tuhan menginginkan supaya orangtua memberikan pengajaran firman Tuhan kepada anaknya pada setiap kesempatan. Memberikan pengajaran kepada anak-anak adalah bentuk dari kasih manusia kepada Allah (ayat 5). Dalam Ulangan 21:18 dinyatakan bahwa pendidikan rohani harus berpusat pada keluarga. Dengan demikian, orangtua harus menjadikan rumah sebagai sekolah bagi anak-anak untuk mengenal Tuhan dan mengenal kehendak Tuhan. Selain itu, orangtua harus tekun dalam memberikan pengajaran yang diberikan harus penuh ketekunan dan berpusat pada Allah (Ulangan 11:19; dan 32:46).
Hal ini menggambarkan bahwa setiap kebenaran yang diajarkan melalui firman Tuhan harus dibawa ke mana pun dan harus diterapkan kapan pun. Kebenaran firman Tuhan harus tertancap dalam pikiran yang melahirkan sebuah pemahaman sehingga memengaruhi sikap dan pola pikir serta diaplikasikan melalui perbuatan sehari-hari.
Istilah "tiang pintu" dan "pintu gerbang" merupakan cermin dari kebiasaan desain pembangunan-pembangunan pada zaman Musa sehingga kita dapat mengatakan bahwa bahasa yang dipakai pada ayat tersebut adalah bahasa kiasan. Hal ini memiliki arti bahwa kebenaran firman Tuhan harus menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel. Hal inilah yang kemudian menegaskan kita sebagai orangtua Kristen, bahwa seluruh kebenaran yang ada di dalam Alkitab harus menjadi identitas keluarga. Keberadaan bapak, ibu, dan anak harus menjadi cermin Allah. Tiap-tiap orangtua dalam mendidik anak-anaknya harus memiliki prinsip bahwa apa yang diajarkan itu akan menjadi identitas dalam diri anak tersebut.
Kitab Amsal merupakan kitab yang berisi petuah, nasihat, dan ajaran. Dalam mendidik anak-anak, orangtua juga harus memahami pola pengasuhan dalam kitab Amsal. Berikut ini adalah prinsip-prinsip mengasuh anak yang terdapat dalam kitab Amsal.
a. Tujuan mengasuh anak adalah anak memiliki sifat dan sikap takut akan Tuhan (Amsal 1:7).
Takut akan Tuhan adalah prinsip utama dalam mengasuh, mendidik, dan mengajar anak yang ditekankan sebanyak tujuh belas kali dalam kitab Amsal. Sejak pasal 1, penulis Amsal sudah memberikan satu pola dalam mengasuh anak. Dituliskan dalam Amsal 1:7, "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan." Orangtua harus mendidik dan mengasuh anak-anak hingga anak-anak memiliki karakter takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan menjadi tema utama kitab Amsal. Takut bukan berarti "ngeri" atau "seram", tetapi takut adalah menunjukkan sikap hormat, menjunjung tinggi, menundukkan diri pada kedaulatan Allah, dan menaati perintah-perintah Tuhan. Tuhan adalah sumber hikmat tertinggi dan ilahi. Oleh karena itu, orangtua perlu menanamkan sikap dan sifat takut akan Tuhan sejak anak-anak masih berusia dini. Sejak kecil, anak harus diajar untuk mengenal Tuhan dan memperoleh hikmat dari Sang Sumber Hikmat sehingga dalam seluruh aspek hidup anak-anak, mereka dapat mengenal Tuhan dan menggunakan hikmat dengan bertanggung jawab.
b. Orangtua harus mengajar anak karena Tuhan terlebih dahulu mengajar umat-Nya (Amsal 3:12).
Mengapa orangtua harus mengajar anak-anaknya? Karena Tuhan sudah terlebih dulu mengajar umat-Nya seperti yang tertulis dalam Alkitab. Allah mengajar Adam untuk memelihara taman dan menaklukkan ciptaan yang lain setelah kejatuhan manusia. Hukuman yang Tuhan berikan juga mengajar Adam untuk bertanggung jawab atas dosa yang telah ia lakukan dan menanggung konsekuensi dosa.
Pada masa Musa, Tuhan juga mengajar umat Israel dengan sepuluh hukum yang Tuhan tuliskan dalam loh batu. Sepuluh hukum yang mengatur hubungan umat Israel dengan Tuhan dan dengan sesamanya. Tuhan mengajar umat-Nya supaya umat dapat mengetahui, memahami, dan melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan. Selain itu, Tuhan mengajar umat-Nya karena Ia mengasihi umat-Nya. Tuhan tidak ingin umat-Nya jatuh dalam dosa dan mengalami kematian kekal untuk selamanya. Tuhan mengajar untuk menyatakan bahwa Ia sangat mengasihi umat-Nya. Oleh karena itu, orangtua harus meneladani Tuhan dan mengajar anak-anak kita untuk mengenal kebenaran dan hidup di dalam terang Allah.
c. Mengasuh dalam jalan hikmat (Amsal 4:11).
Kitab Amsal ditulis supaya setiap pembaca dapat hidup dalam jalan hikmat. Melalui kata-kata bijak yang ditulis dalam bentuk syair, peribahasa, pernyataan-pernyataan pengajaran, penulis mendesak pembacanya agar memiliki hikmat dalam seluruh aspek hidup. Orangtua memiliki peranan penting untuk mengasuh anak sehingga anak hidup dalam jalan hikmat yang sudah Tuhan tetapkan. Dengan hikmat, anak-anak dapat menggunakan seluruh kepandaian, keterampilan, dan pengetahuannya dengan benar. Hikmat juga menjadikan anak-anak menjadi seorang yang mendengar ajaran dan didikan, dan sepanjang hidupnya mereka tidak akan bersandar pada pengertiannya sendiri, tetapi mereka dapat bersandar penuh kepada Tuhan.
Tuhan Yesus adalah Guru Agung yang mengajar dengan penuh kuasa. Dalam ajaran-ajaran Yesus, terdapat beberapa prinsip dalam mengasuh anak. Tuhan Yesus mengajar di mana saja: di atas bukit, dari dalam perahu, di sisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah yang sederhana dan di rumah orang kaya, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah, bahkan sampai di kayu palang sekalipun. Tuhan Yesus tidak memerlukan sekolah atau gedung tertentu. Setiap keadaan dan pertemuan digunakan-Nya untuk memberitakan firman Allah.
Dalam mengajar, ada pelajaran khusus yang ditekankan oleh Yesus, yaitu mengenai keselamatan dan Kerajaan Allah. Selain mengajar, Yesus juga melayani tiap-tiap manusia yang datang kepada-Nya. Tuhan Yesus juga mengasihi anak-anak dan Tuhan Yesus ingin supaya anak-anak dapat datang kepada-Nya. Anak-anak juga empunya Kerajaan Surga. Yesus mengajar tidak hanya dengan perkataan, tetapi dengan tindakannya pula. Hal itu dapat kita lihat pada saat Ia memeluk anak-anak dan memberkati mereka, itu menjadi teguran pada murid-murid-Nya, atau ketika Ia membasuh kaki mereka untuk mengajar mereka supaya rendah hati.
Paulus adalah seorang rasul yang mengajar banyak orang dan menulis surat-surat yang terdapat pola pengajaran untuk anak. Paulus pernah menulis kepada Titus dan menasihatkan supaya Titus suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dan dapat menguasai dirinya (Titus 1:8). Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang Kristen termasuk orangtua harus mengasuh anak untuk memiliki karakter yang baik hati, bijaksana, adil, saleh, dan dapat menguasai diri. Kepada Timotius, Paulus juga menasihatkan supaya Timotius menjadi teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan, dan dalam kesucian (1 Timotius 4:12).
Kata teladan yang digunakan Paulus menggunakan kata "tupos" memiliki arti secara harfiah adalah "model, pola, dan gambar". Dengan demikian, hendaknya setiap anak, baik itu balita, kanak-kanak, remaja, maupun dewasa harus menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kesetiaan, dan kesucian. Anak-anak harus diasuh hingga menjadi pribadi yang saleh dan menjadi teladan di mana pun mereka berada.
Pada masa kini, orangtua Kristen memiliki tugas untuk mengimplementasikan pola asuh yang ada dalam Alkitab ini untuk mengasuh anak-anak. Alkitab sudah memberi kita patokan-patokan untuk mengasuh, mendidik, dan mengajar anak. Karena itu, marilah sebagai orangtua, kita menerapkan pola asuh dalam Alkitab dalam hidup sehari-hari. Mengasuh anak bukan hanya tugas seorang ibu, kedua orangtua harus bersama-sama untuk mengasuh anak. Mengasuh anak bukan hanya memberikan teori, yang menjadikan anak pandai dan fasih lidah. Stephen Tong mengatakan, "Dalam mengasuh anak, orangtua harus menerjunkan diri, mengorbankan diri, sampai suara hati kita bisa menembus awan gelap, masuk ke dalam hati anak dan mereka bisa menyadari arti pendidikan." (1994:21)
Oleh karena itu sebagai orangtua, marilah kita menggali firman Allah untuk mengajar anak-anak kita dalam terang firman Tuhan. Marilah kita mengasuh dengan memegang Alkitab sebagai dasar utama untuk mengajar, memperbaiki kelakuan, dan mendidik anak-anak kita dalam kebenaran. Jangan sampai kita mengeluh karena anak kita yang tidak mengenal Tuhan dengan benar dan memiliki karakter yang tidak sesuai dengan firman kita. Mulai sekarang, tanamkan Alkitab kepada anak-anak kita sehingga anak-anak kita mengenal Allah dengan benar dan menjadi anak-anak yang memiliki karakter Kristus.
Doa
"Bapa dalam surga, aku bersyukur karena aku dapat belajar bahwa sebagai orangtua, aku harus mendidik anak-anakku di dalam kebenaran firman-Mu. Ajar aku untuk mengasuh anak-anakku dengan baik. Berikan aku hikmat untuk dapat mengasuh mereka dengan bertanggung jawab. Amin."
[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA