MPK - Pelajaran 01
Nama Kelas | : | Membina Pernikahan Kristen |
Nama Pelajaran | : | Peran Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen |
Kode Pelajaran | : | MPK-P01 |
Pelajaran 01 -- Peran Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen
Daftar Isi
- Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen
- Peran Suami Kristen
- Dasar Alkitab
- Tugas dan Tanggung Jawab Suami
- Sukacita Menjadi Seorang Suami
- Peran Istri Kristen
- Dasar Alkitab
- Tugas dan Tanggung Jawab Istri
- Sukacita Menjadi Seorang Istri
- Bertumbuh dalam Masalah
- Membina Pernikahan Kristen
- Dua Pribadi yang Dipersatukan Allah
- Segitiga Pernikahan Kristen
- Pertumbuhan Rohani dalam Pernikahan
- Masalah dalam Pernikahan
- Arti Konflik dalam Pernikahan Kristen
- Dasar Alkitab dalam Menangani Konflik
Doa
Pelajaran 01 -- Peran Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen
Modul MPK ini adalah lanjutan dari modul sebelumnya yang berjudul Persiapan Pernikahan Kristen (PPK). Modul PPK ditujukan bagi mereka yang sedang mempersiapkan pernikahan. Modul MPK ditujukan bagi mereka yang sudah menikah sebagai langkah pembinaan agar pernikahan mereka tetap ada pada jalur yang benar sebagaimana yang Allah inginkan.
Sebagai pengulangan, mari kita tegaskan kembali definisi pernikahan dalam rencana Allah. Pernikahan Kristen, satu laki-laki dan satu perempuan (heteroseksual dan monogamus), adalah inisiatif Allah sejak awal penciptaan manusia dan dirancang Allah sebagai anugerah. Jadi, pernikahan bukanlah konstruksi budaya manusia, melainkan pemberian Allah yang tidak dinegosiasikan (Kej. 1, 2). Prinsip ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam Mat. 19:4-5 sebagai fondasi yang tidak dapat diubah untuk kehidupan manusia yang Allah inginkan.
Dalam Pelajaran pertama ini, kita akan membicarakan hal yang penting dalam pernikahan Kristen, yaitu tentang peran suami dan istri dengan dasar pijakan Alkitab.
- Suami dan Istri dalam Pernikahan Kristen
- Peran Suami Kristen
- Dasar Alkitab
- Tugas dan Tanggung Jawab Suami
- Sukacita Menjadi Seorang Suami
- Peran Istri Kristen
- Dasar Alkitab
- Tugas dan Tanggung Jawab Istri
- Sukacita Menjadi Seorang Istri
- Bertumbuh dalam Masalah
- Membina Pernikahan Kristen
- Dua Pribadi yang Dipersatukan Allah
- Segitiga Pernikahan Kristen
- Pertumbuhan Rohani dalam Pernikahan
- Masalah dalam Pernikahan
- Arti Konflik dalam Pernikahan Kristen
- Dasar Alkitab dalam Menangani Konflik
Allah, Sang Pencipta, menginginkan agar laki-laki dan perempuan bersatu dalam ikatan pernikahan yang suci untuk tujuan melayani Allah melalui anak-cucu dan hubungan intim yang mencerminkan kesetiaan Allah. Dalam pernikahan, suami dan istri memiliki kedudukan yang sama (sejajar), tetapi memiliki perannya masing-masing sebagaimana mereka diciptakan Allah. Mari kita pelajari lebih lanjut.
Suami adalah seorang kepala rumah tangga. Suami memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar untuk memelihara kehidupan rumah tangga yang berdasarkan pada firman Tuhan.
"Suami-suami, kasihilah istrimu seperti Kristus mengasihi jemaat dan memberikan diri-Nya bagi jemaat ...." (Ef. 5:25)
Ada banyak ayat dalam Alkitab (Ef. 5:22–33; Kol. 3:18–19; 1Pet. 3:1–7) yang dapat menjadi dasar tanggung jawab seorang suami. Perintah "kasihilah istrimu" adalah kata yang sama yang digunakan untuk mengungkapkan "kasih" Allah kepada umat-Nya. Kasih ini hanya mencari apa yang baik bagi yang dikasihinya, tanpa memedulikan harga atau pengorbanan pribadi.
Tanggung jawab pertama dari seorang suami adalah mengasihi istrinya. "Suami-suami, kasihilah istrimu dan jangan berlaku kasar terhadap mereka" (Kol. 3:19). Alkitab tidak mengistimewakan suami lebih dari istri. Peran suami berpusat pada tanggung jawab menyediakan kebutuhan istrinya (Ef. 5:28-29). Suami dikatakan harus memberikan perhatian kepada istrinya sama seperti kepada tubuhnya sendiri. Hal ini termasuk menyediakan kebutuhan sandang pangan dan kebahagiaan sang istri.
Menjadi kepala keluarga tidak berarti suami lebih kuat dari istri. Kepala keluarga adalah kedudukan pelayanan yang diperintahkan Allah agar pernikahan boleh berkembang dan bertumbuh. Kunci untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga adalah hidup penuh dengan Roh (Ef. 5:18).
Dari beratnya tanggung jawab yang dibebankan atas suami, sangat mungkin baginya untuk menyerah dan melupakan bahwa Allah memaksudkan pernikahan untuk tujuan kebaikan dan kesukaan. Ketika pernikahan dilaksanakan sesuai dengan rencana Allah, yaitu dengan kasih, perhatian, kelembutan, penghargaan dan penghormatan - upahnya adalah sukacita dan berkat-berkat (1Ptr. 3:8-12; Rm. 12:17; 1Tes. 5:15; 1Kor. 4:12).
Ketika suami memikirkan apa yang terbaik bagi istrinya, Tuhan akan melimpahkan berkat-berkat-Nya.
- Bisakah Anda sebutkan kelebihan istri yang bisa Anda puji?
- Dengan cara apa Anda bisa menjadi berkat bagi istri Anda?
- Dalam hal apa Anda bisa berterima kasih kepada istri Anda?
- Dalam kehidupan istri Anda, hal khusus apa yang harus Anda doakan agar Tuhan memberkatinya?
Dalam zaman postmodern ini, ada banyak kebingungan tentang peran istri dalam keluarga, terkhusus dengan gencarnya emansipasi wanita yang kadang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Mari kita belajar dengan lebih teliti peran istri yang dikatakan Alkitab sebagai "penolong" bagi suaminya.
"Istri-istri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya dalam Tuhan." (Kol. 3:18)
Arti "tunduk" di sini bukanlah ketaatan buta sehingga istri dianggap lebih rendah dari suami. Ketundukan di sini sangat berkaitan dengan istri yang memercayakan dirinya kepada suaminya dan memberi kesempatan kepada suami untuk menjadi pemimpin sebagaimana peran suami yang Tuhan inginkan.
"Istri yang cakap, siapa dapat menemukan? Dia jauh lebih berharga daripada permata. Hati suaminya memercayainya, dan suaminya itu tidak akan kekurangan keuntungan. Dia berbuat baik kepada suaminya, dan tidak berbuat jahat, setiap hari dalam hidupnya." (Ams. 31:10-12)
Sekalipun dianggap sebagai kaum yang lemah, istri digambarkan Amsal sebagai sosok yang sangat penting dalam memegang kunci kebahagiaan suami dan kelangsungan keluarga yang dikasihinya. Dalam konteks inilah, istri bersanding di samping suaminya sebagai penolong yang sepadan (Kej. 2:18-23) untuk menunjukkan hormat akan kepemimpinan suaminya dan siap memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya karena memercayai bahwa keluarganya ada dalam keadaan aman dan dikasihi.
Menjadi seorang istri memiliki sukacita tersendiri sebagaimana Kristus merindukan gereja-Nya (mempelai-Nya) menikmati segala kelimpahan berkat rohani yang Allah sediakan. Melalui hidupnya, istri dianugerahkan kekuatan untuk mengatur rumah tangganya agar selalu harmonis dan menikmati kasih dari suami dan keluarganya.
Sukacita seorang istri adalah suami yang bisa dipercaya, memelihara seisi rumahnya dengan makanan, pakaian, mengajarkan hikmat dan kebaikan, berserah kepada Tuhan dan memberikan tempat pertama bagi-Nya. Ketika istri memikirkan yang terbaik bagi suami dan keluarganya, Tuhan akan melimpahkan berkat-berkat-Nya.
- Dengan cara bagaimana suami Anda akan memercayai Anda?
- Sudahkah Anda melayani suami dan memikirkan kebahagiaannya?
- Bersyukurkah Anda untuk keadaan suami Anda?
- Sudahkah Anda berdoa dan menyerahkan suami Anda untuk Tuhan pakai menjadi alat-Nya?
Tidak ada pernikahan yang sempurna tanpa masalah. Gabungan dari dua pribadi yang berbeda secara fisiologi dan latar belakang tentulah tidak mudah. Setiap pribadi adalah unik, dan sering kali suami dan istri mempunyai kehendak, kebutuhan, dan cita-cita yang bertabrakan sehingga konflik tidak bisa dihindari. Bagaimana Alkitab menolong suami dan istri mengatasi masalah dalam pernikahan?
Untuk memiliki pernikahan yang baik, tidaklah terjadi secara instan. Allah mempersatukan mereka dalam pernikahan untuk saling bertumbuh, baik secara kepribadian maupun kerohanian. Karena itu, pernikahan Kristen harus dibina dengan prinsip-prinsip dari Allah.
"Jadi, mereka bukan lagi dua, melainkan satu tubuh. Karena itu, apa yang sudah dipersatukan Allah, manusia tidak boleh memisahkannya." (Mat. 19:6) Sekali lagi Yesus menegaskan bahwa pernikahan berasal dari Allah. Allahlah yang merancang persatuan antara dua pribadi yang Allah inginkan. Karenanya, tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk dua pribadi ini menjadi kompatibel dan saling melengkapi untuk kebaikan masing-masing.
Karena Allah yang merancang pernikahan, hubungan suami dan istri tidak akan menjadi sempurna tanpa Allah yang mengikat mereka (suami-Allah-istri). Allah harus menjadi pusat dari kehidupan pernikahan Kristen (1Kor. 11:3). Jadi, keutuhan rumah tangga Kristen tergantung dengan seberapa kuat suami istri bersandar pada tangan Allah yang mempersatukan mereka.
Melalui pernikahan, Allah merancangkan kehidupan yang melimpah dengan kasih Allah. Segala macam masalah dapat hadir dan mengacaukan tatanan pernikahan jika mereka tidak membangun pernikahan sesuai dengan rancangan Allah. Melalui kasih yang Allah tanamkan, suami istri akan mengalami kehidupan pernikahan yang mengejar kepada tujuan Allah yang sempurna, dan sebagai buahnya, mereka akan mengalami kebahagiaan pernikahan yang sejati (Flp. 3:10-13).
Masalah/konflik apa saja yang bisa terjadi dalam pernikahan Kristen, dan bagaimana firman Tuhan menjelaskan tentang masalah serta solusinya?
Kamus bahasa menjabarkan bahwa konflik adalah "suatu perjuangan, pertentangan, benturan, ketidakcocokan, dan kehendak yang bertolak belakang". Konflik yang tidak terselesaikan dapat menjadikan hubungan pribadi menyakitkan, tidak terselesaikan, dan menghancurkan, terutama konflik dalam pernikahan. Sikap yang tertutup dalam menghadapi masalah akan mempersulit penanganannya. Allah menciptakan komunitas orang percaya (gereja) untuk dapat saling menolong sehingga konflik dalam hidup pernikahan dapat diatasi bersama-sama.
Sebelum menikah, masing-masing pribadi sudah hidup secara sendiri selama lebih dari dua puluh tahun. Selama jangka waktu itu, telah terbentuk pola pikir, selera, kebiasaan, nilai-nilai, dan standar hidup pribadi. Persatuan dalam pernikahan tentu dengan membawa semua perbedaan ini. Di sinilah, setiap pasangan mungkin akan menemukan ketidakcocokan dalam banyak hal. Walaupun ini wajar, tetapi sifat kedagingan kita membuat masing-masing tidak mau mengalah dan menjadi sumber konflik (Yak. 4:1-3).
Ada banyak bahan di internet yang memberikan cara-cara untuk menangani konflik. Berikut beberapa contoh langkah menangani konflik:
- Memulai proses rekonsiliasi.
Jangan mengabaikan masalah dengan harapan masalah itu akan pergi dengan sendirinya, terutama dalam pernikahan. Jangan saling menunggu untuk memulai proses rekonsiliasi (Ef. 4:1-3)
- Miliki sikap yang terbuka.
Masalah harus diselesaikan dengan sikap yang terbuka bahwa masing-masing pasangan menginginkan penyelesaian dari konflik mereka (Flp. 2:1-8).
- Saling menghargai.
Konflik akan lebih mudah diselesaikan jika pasangan memiliki sikap lemah lembut dan saling menghargai perasaan pasangannya (Kol. 3:12-17).
- Tanganilah masalah satu per satu.
Setiap masalah sering ada kaitan dengan masalah yang lain. Namun, jangan mencoba menyelesaikan semua masalah pada saat yang sama.
- Seranglah masalahnya, bukan orangnya.
Terlalu banyak pasangan yang saling menyerang dengan sindiran-sindiran, penghinaan, dan ungkapan-ungkapan yang menyakitkan (Mat. 7:2; Rm. 2:1).
- Minta pertolongan orang yang lebih dewasa rohani.
Allah sudah menempatkan orang-orang tertentu dalam jemaat Tuhan yang memiliki karunia sebagai pembawa damai dan yang dewasa secara rohani serta takut akan Tuhan untuk menolong.
- Maafkan dengan segenap hati.
Kita semua sudah mengalami pengampunan dari Allah. Saling mengampuni dapat terjadi jika kasih Allah telah menguasai kita sehingga kita pun rela mengampuni orang lain (Kol. 2:13; 3:13; 1Ptr. 2:21-24).
Ada orang mengatakan bahwa "konflik adalah bumbu pernikahan". Hal ini tidak sepenuhnya betul, tetapi sering kali Allah menggunakan pasangan kita sebagai ampelas untuk menghaluskan area kasar dalam hidup kita yang belum mencerminkan sifat-sifat Kristus. Itu sebabnya, bersandarlah pada Tuhan dan mintalah hikmat-Nya supaya kita terus bertumbuh menjadi anak-anak Allah (Ef. 5:25-27).
Akhir Pelajaran (MPK-P01)
Doa
"Tuhan Yesus, terima kasih untuk suami (istri) yang Engkau berikan kepadaku. Tumbuhkan dalam hati kami masing-masing kasih sejati dari-Mu supaya ketika kami mengalami konflik, kami bisa terus belajar untuk saling mengasihi dan mengampuni. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA