KUA - Pelajaran 02

Nama Kelas : Khotbah Untuk Awam
Nama Pelajaran : Unsur dan Jenis Khotbah
Kode Pelajaran : KUA-P02

Pelajaran 2: Unsur dan Jenis Khotbah

Daftar Isi:

  1. Unsur Khotbah
    1. Otoritas
      1. Alkitab
      2. Roh Kudus
      3. Pengkhotbah
    2. Pemilihan Teks Alkitab
      1. Keyakinan akan Alkitab
      2. Literasi Alkitab
      3. Memahami Kebutuhan Pendengarnya
    3. Penggalian Teks Alkitab)
      1. Memakai Prinsip Penafsiran yang Bertanggung Jawab
      2. Belajar Doktrin Pengajaran Alkitab yang Sehat
      3. Berpusat pada Berita Injil (Kristus)
    4. Penyampaian Khotbah
      1. Kebergantungan pada Pimpinan Roh Kudus
      2. Kejelasan Pesan
      3. Mengutamakan Interaksi (Engagement)
    5. Evaluasi
      1. Tujuan Evaluasi
      2. Apa yang Perlu Dievaluasi?
      3. Bagaimana Mengevaluasi?
  2. Jenis-Jenis khotbah
    1. Khotbah Ekspositori
    2. Khotbah Topikal/Tematik
    3. Khotbah Narasi

Doa

Pelajaran 2: Unsur dan Jenis Khotbah

Pada pelajaran 2 ini, kita akan lebih mendalami tentang unsur pesan yang menjadi isi khotbah. Khotbah tidak sama dengan pidato, juga tidak sama dengan renungan. Seperti yang sudah kita pelajari dalam Pelajaran 1, khotbah adalah pemberitaan Injil Yesus Kristus yang memiliki urgensi untuk disampaikan, terkhusus bagi mereka yang belum mendengar atau belum terdidik dengan firman secara jelas dan mendalam.

  1. Unsur Khotbah
  2. Bagian pertama, kita akan membahas unsur-unsur penting dari khotbah, terutama bagaimana pengkhotbah memandang dirinya sebagai duta, saksi, dan pelayan firman Allah.

    1. Otoritas
    2. Otoritas adalah salah satu unsur kunci dalam berkhotbah, yang memberikan fondasi dan legitimasi bagi pengkhotbah untuk menyampaikan pesan Allah.

      1. Alkitab
      2. Alkitab adalah sumber otoritas tertinggi bagi iman dan kehidupan orang Kristen karena Alkitab adalah firman Allah. Setiap khotbah harus didasarkan pada prinsip-prinsip dan ajaran Alkitab. Alkitab adalah firman Allah yang hidup dan aktif, dan pengkhotbah diharapkan untuk membawa pesan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Alkitab bukanlah tulisan manusia, melainkan tulisan yang diilhamkan oleh Allah (2 Timotius 3:16) dan ditulis atas dorongan Roh Kudus (2 Petrus 1:21).

      3. Roh Kudus
      4. Roh Kudus adalah Penolong yang dijanjikan oleh Yesus Kristus kepada para pengikut-Nya (Yohanes 16:5-15). Dalam konteks khotbah, Roh Kudus memberikan iluminasi, pengertian dan pencerahan, sehingga manusia mengerti maksud firman Allah. Roh Kudus juga yang akan membimbing pengkhotbah dalam penyampaian pesan-pesan yang Allah inginkan sesuai dengan kehendak kekal-Nya (Markus 13:11).

      5. Pengkhotbah
      6. Pengkhotbah juga mempunyai otoritas, tetapi tidak bersifat otonom. Otoritas pengkhotbah terikat pada ketaatannya terhadap Alkitab dan pemimpin Roh Kudus. "Sebab, Injil kami tidak datang kepadamu dalam kata-kata saja, tetapi juga dalam kuasa, dalam Roh Kudus, dan dengan keyakinan penuh; seperti yang kamu ketahui orang-orang seperti apakah kami ini di antara kamu, demi kepentinganmu." (1 Tesalonika 1:5)

    3. Pemilihan Teks Alkitab
    4. Khotbah Kristen harus berisi pemberitaan Injil Yesus Kristus dan ajaran-Nya seperti yang tertulis dalam Alkitab. Karena itu, pemilihan teks Alkitab harus didasarkan pada:

      1. Keyakinan akan Alkitab
      2. Seorang pengkhotbah harus mengimani bahwa Allah adalah Penulis Alkitab. Alkitab, seluruhnya, adalah firman Allah, yang tidak ada salahnya karena seluruh Alkitab adalah inspirasi dari Roh Kudus atas para penulis Alkitab (2 Petrus 1:21). Tanpa keyakinan ini, pengkhotbah tidak layak menjadi utusan bagi pemberitaan Injil. Tanpa keyakinan ini, pengkhotbah tidak akan mampu memilih dan memperlakukan teks Alkitab secara seimbang sebagaimana yang Tuhan kehendaki.

      3. Literasi Alkitab
      4. Seorang pengkhotbah dituntut untuk mempelajari seluruh Alkitab dengan baik. Alkitab, adalah "satu buku" besar yang menceritakan kisah kasih Allah bagi manusia. Sekalipun kisah-kisah dalam Alkitab (Kejadian - Wahyu) seakan-akan terpisah-pisah, tetapi mereka adalah satu kesatuan pesan tentang Allah, manusia, dan bagaimana Allah merencanakan keselamatan bagi manusia melalui Yesus Kristus. Karena itu, pengkhotbah harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang latar belakang historis, budaya, dan ajaran Alkitab untuk menghindarkan diri dari kesalahan memilih ayat yang tidak sesuai dengan konteksnya (Roma 15:4).

      5. Memahami Kebutuhan Pendengarnya
      6. Allah adalah Allah yang hidup dan ikut campur dalam setiap sejarah manusia. Karena itu, Allah juga bisa berbicara melalui peristiwa/kebutuhan yang terjadi saat itu. Dalam konteks jemaat, sangat penting pengkhotbah memiliki kedekatan relasi dengan jemaat sehingga tahu kebutuhan jemaat dan berdoa agar hikmat Allah menuntunnya memilih teks yang relevan dengan kebutuhan jemaat.

        Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, pengkhotbah dapat memilih teks Alkitab dengan bijaksana sehingga khotbah yang disampaikan sesuai dengan hati Allah dan relevan dengan kebutuhan jemaat.

    5. Penggalian Teks Alkitab
    6. Pengkhotbah harus terlebih dahulu belajar teks Alkitab yang akan dikhotbahkan dan harus mendapatkan berkat-Nya lebih dahulu sebelum disampaikan kepada jemaat. Karenanya, berikut prinsip-prinsip untuk menolong pelaksanaan penggalian:

      1. Memakai Prinsip Penafsiran yang Bertanggung Jawab
      2. Penafsiran teks Alkitab harus didasarkan pada prinsip-prinsip hermeneutika yang benar dan tepat, termasuk membaca teks Alkitab berkali-kali, mempelajari latar belakang, konteks, bahasa asli, tata bahasa, maksud/tujuan penulisnya, dll.. Pengkhotbah juga harus memiliki buku/alat-alat referensi untuk menghindari penafsiran yang keliru. Silakan memakai alat-alat digital lengkap yang sudah disediakan Yayasan Lembaga SABDA (Software Alkitab, Aplikasi Alkitab SABDA, Situs Alkitab SABDA). Hasil penggalian perlu didoakan dan disusun ulang agar inti utama khotbah tersampaikan sesuai dengan maksud Allah. (Pelajaran 4 akan khusus membahas tentang bagaimana menyusun khotbah.)

      3. Belajar Doktrin Pengajaran Alkitab yang Sehat
      4. Pengkhotbah harus belajar teologi dasar untuk memahami garis besar pengajaran Alkitab yang sudah diringkaskan oleh para teolog menjadi doktrin-doktrin yang alkitabiah. Dengan mempelajarinya, pengkhotbah akan terhindar dari mengambil kesimpulan ajaran Alkitab yang salah, bahkan sesat.

      5. Berpusat pada Berita Injil (Kristus)
      6. Setiap teks Alkitab harus mengacu pada pesan utama Alkitab, yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus yang adalah Juru Selamat dan Tuhan kita (Kisah Para Rasul 4:12). Mengapa hal ini penting? Karena seluruh isi Alkitab punya satu benang merah yang mengerucut pada Yesus Kristus. (Pelajaran 3 akan membahas topik ini secara khusus.)

        Mempraktikkan prinsip-prinsip penggalian yang sehat akan memastikan bahwa setiap khotbah yang disampaikan memiliki dasar firman yang jelas dan tidak samar-samar. Setia kepada Alkitab akan menjamin kuasa Allah bekerja sesuai dengan kasih karunia-Nya.

    7. Penyampaian Khotbah
    8. Khotbah yang telah disusun dengan baik harus disampaikan kepada pendengarnya dengan rasa takut dan gentar karena pengkhotbah sadar bahwa dirinya hanyalah alat yang Tuhan pakai untuk menyampaikan apa yang Ia inginkan. Pengkhotbah tidak boleh menyampaikan isi hatinya, melainkan isi hati Tuhan. Bagaimana caranya? Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan:

      1. Kebergantungan pada Pimpinan Roh Kudus
      2. Roh Kudus adalah Roh Allah. Dialah yang tahu persis apa arti firman yang Allah ingin sampaikan kepada pendengar. Tanpa bergantung pada Roh Kudus, apa yang disampaikan pengkhotbah tidak akan ada kuasa (Kisah Para Rasul 1:8).

      3. Kejelasan Pesan
      4. Menyampaikan khotbah harus dengan suara yang bisa didengar oleh semua pendengarnya dan diartikulasikan dengan jelas. Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sesuai dengan tingkat pemahaman pendengar. Ilustrasi yang sederhana dan relevan dapat membantu menjelaskan konsep abstrak yang sulit sehingga pesan dapat diterima dengan lebih mudah.

      5. Mengutamakan Interaksi (Engagement)
      6. Meski khotbah cenderung bersifat satu arah, jika disampaikan dengan cara yang komunikatif, khotbah bisa membangun interaksi mental yang aktif. Pengkhotbah bisa memakai pertanyaan-pertanyaan refleksi yang menantang pendengar sehingga mereka dapat terlibat sementara mendengarkan khotbah.

    9. Evaluasi
    10. Unsur evaluasi sering dilupakan dalam berkhotbah. Budaya timur sering menjadi penghalang sehingga banyak pendengar/jemaat tidak berani memberi kritik atau masukan. Dengan evaluasi yang sehat, pengkhotbah dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas khotbahnya. Berikut adalah beberapa pertimbangan penting dalam mengevaluasi khotbah:

      1. Tujuan Evaluasi
      2. Tujuan evaluasi bukan untuk menunjukkan kelemahannya, tetapi untuk memberi pilihan yang lebih baik sehingga meningkatkan kualitas pelayanan mereka pada masa mendatang. Selain itu, tujuannya juga bukan untuk mencari pujian karena itu berarti pengkhotbah telah mencuri kemuliaan Tuhan.

      3. Apa yang Perlu Dievaluasi?
      4. Dalam evaluasi khotbah, beberapa hal yang perlu dievaluasi meliputi:
        - Apakah isi khotbahnya sesuai dengan teks Alkitab yang dipilih? Apakah menjelaskan firman dengan tepat?
        - Apakah ada ilustrasi supaya memudahkan pendengar memahami isi konsep pengajaran yang abstrak/sulit?
        - Apakah suara cukup keras? Bahasa cukup mudah dipahami? Apakah disampaikan dengan cara yang menarik?
        - Apakah khotbahnya relevan dengan kehidupan jemaat?
        - Dll..

      5. Bagaimana Mengevaluasi?
      6. Ada beberapa cara untuk melakukan evaluasi khotbah:
        - Membagikan formulir sederhana setiap kali khotbah disampaikan, jemaat bisa mengisi di rumah dan dikirimkan kembali ke gereja (sangat mudah dilakukan dan di manage kalau memakai formulir digital).
        - Meminta umpan balik langsung dari jemaat (dibuka kesempatan untuk bertemu dengan pengkhotbah setelah acara ibadah).
        - Gereja juga dapat membentuk tim khusus yang terdiri dari orang-orang yang bersedia memberikan evaluasi yang sudah dilatih sehingga bisa objektif dan konstruktif.

  3. Jenis-Jenis Khotbah
    1. Khotbah Ekspositori
    2. Khotbah ekspositori adalah khotbah yang didasarkan pada satu bagian dari Alkitab (biasanya 1 perikop/pasal) dan diuraikan secara sistematis ayat per ayat. Jadi, khotbah ekspositori bersifat induktif karena kita mempelajari ayat per ayat untuk mengetahui artinya sesuai dengan maksud penulis ketika menuliskannya. Dengan demikian, kita menempatkan diri di bawah firman dan mendengar apa yang Alkitab katakan, bukan apa yang kita ingin Alkitab katakan. Khotbah ekspositori cocok dipakai ketika pengkhotbah ingin mengajarkan satu perikop Alkitab secara mendalam dan sistematis sehingga pendengar mengerti arti teks Alkitab sesuai dengan maksud asli tulisan itu ditulis.

    3. Khotbah Topikal/Tematik

      Khotbah topikal adalah khotbah yang tidak didasarkan pada teks Alkitab tertentu, tetapi berdasarkan tema atau topik yang ada dalam Alkitab. Jadi, khotbah topikal bersifat deduktif karena setelah memilih topik, baru dicari teks-teks Alkitab yang berbicara tentang topik tersebut. Khotbah topikal cocok dipakai ketika pengkhotbah ingin mengajarkan 1 tema untuk dibahas secara berseri (beberapa kali), misalnya Buah Roh, Karunia-karunia Rohani, dll.. Keuntungannya, dari membaca secara topikal, jemaat memahami Alkitab sebagai satu kesatuan.

    4. Khotbah Narasi

      Khotbah narasi adalah khotbah yang menyajikan teks Alkitab dalam bentuk cerita dan mengikuti cerita tsb. sampai selesai. Khotbah naratif berfungsi sebagai layaknya ilustrasi panjang yang menggunakan teks Alkitab dari awal sampai akhir. Dengan demikian, baik dalam hal bentuk maupun isinya, khotbah naratif murni adalah menceritakan secara detail kisah yang ada dalam Alkitab. Contoh teks narasi adalah kisah-kisah yang diceritakan dalam Injil atau kitab-kitab sejarah dalam Alkitab.

Setelah mempelajari unsur dan jenis khotbah, kita semakin memahami bahwa berkhotbah bukanlah tugas yang bisa dilakukan secara sembarangan. Seorang pengkhotbah adalah alat yang Tuhan pakai untuk memberitakan firman-Nya. Karena itu, pengkhotbah yang telah menerima kepercayaan Allah itu harus melakukan tugasnya dengan hati yang penuh rasa tanggung jawab. Jika tugas berkhotbah dilakukan dengan benar, jemaatlah yang akan mendapatkan berkat rohani yang sangat berharga.

Akhir Pelajaran (KUA-P02)

Doa:

"Terima kasih Tuhan Yesus untuk pelajaran yang Engkau berikan tentang berkhotbah. Ajarku untuk terus mau belajar dan mengembangkan diri supaya Engkau dapat memakaiku untuk memberitakan kebesaran-Mu. Amin!"

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA