Kehidupan yang Berbuah
"Dalam hal inilah Bapa-ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8)
Ciri seorang murid Kristus sejati yang bertumbuh adalah PERUBAHAN HIDUP (karakter yang semakin serupa Kristus, gambar diri yang pulih, dan menang atas segala pengaruh dan belenggu si jahat) dan PELAYANAN, baik dalam konteks gereja lokalnya maupun di dunia sekitarnya.
Hidup melayani sebenarnya merupakan rancangan Allah sejak mula pertama Dia menjadikan manusia. Dia menjadikan manusia dengan tujuan agar manusia bisa memberikan suatu kontribusi lewat hidupnya dan bukan sekadar menggunakan, apalagi menghabiskan, sumber daya di bumi. Itu sebabnya, Ia melengkapi manusia dengan segala bakat, potensi bawaan untuk digali dan dikembangkan bagi kepentingan hidup di dunia dan memberikan sumbangsih bagi lingkungan sekitarnya. Dosalah yang membuat manusia salah kaprah dengan tujuan dan pola hidupnya. Di dalam Kristus, Allah kembali memperbarui semuanya (Kejadian 1:27-28; Kejadian 2:15).
Alkitab mengajarkan kebenaran ini secara mendetail:
1. Manusia diciptakan untuk melayani Allah (Efesus 2:10).
Allah merencanakan -- merancang hidup kita, bahkan sebelum kita lahir, serta melengkapi hidup kita melalui pengalaman pertumbuhan dan hidup, semuanya untuk melayani Dia (Yeremia 1:5).
2. Manusia diselamatkan untuk melayani Allah (1 Korintus 6:20).
Walaupun kita menolak dan melawan Allah sehingga layak dihukum mati selamanya, Allah tetap mengupayakan keselamatan kita. Hal ini dilakukan bukan sekadar supaya kita tidak binasa, melainkan supaya kita bisa melayani Allah kembali. Sebab, itulah yang terbaik, teragung, dan termulia ... kita melayani bukan supaya selamat, melainkan diselamatkan untuk melayani! Itulah respons yang sewajarnya, sepantasnya kita lakukan kepada Allah (Roma 12:1)
Kasih dan kesediaan kita untuk melayani setelah percaya menjadi bukti kesejatian keselamatan kita (1 Yohanes 3:14). Karena orang yang sudah diselamatkan dan bertumbuh sebagai anak Allah dan murid Kristus pasti memiliki hati yang rindu untuk melayani Allah. Melayani itu bukanlah hak istimewa para hamba Tuhan, imam, dan profesional di bidang rohani. Alkitab menegaskan bahwa setiap orang Kristen adalah hamba yang melayani (1 Petrus 2:9).
3. Setelah selamat, manusia dipanggil untuk melayani Allah (2 Timotius 1:9).
Di daratan China, mereka menyambut orang percaya baru dengan berkata, "Tuhan Yesus sekarang mempunyai sepasang mata baru untuk melihat, sepasang telinga baru untuk mendengar, sepasang tangan baru untuk memberikan pertolongan, sebuah hati baru untuk mengasihi orang lain."
Alasan kita harus terlibat dalam keluarga Allah, tubuh Kristus, adalah untuk memenuhi panggilan pelayanan secara praktis sebagai anggota tubuh Kristus. Jika kebanyakan dari kita tidak peduli, hanya mau menjadi penonton yang dilayani dan berdiam diri, kita menyebabkan tubuh Kristus malfungsi (tidak berfungsi sebagaimana mestinya -- Red.) ... sakit dan lumpuh ... (1 Korintus 12:27).
4. Orang percaya diperintahkan untuk melayani Allah (Markus 10:45; Matius 20:28).
Bagi orang percaya, pelayanan itu bukan suatu pilihan -- dilakukan kalau ada waktu sisa dalam jadwal kita. Sebaliknya, itu harus jadi prioritas, sentral hidup kita. Tuhan Yesus datang untuk "melayani" dan "memberikan" hidup-Nya -- kedua pekerjaan ini harus menjadi definisi hidup kita juga. Ibu Theresia berkata, "Hidup yang kudus itu terdiri dari melakukan pekerjaan Allah dengan tersenyum."
Yesus menegaskan bahwa kedewasaan rohani tidak bisa berakhir pada dirinya sendiri. Kedewasaan itu artinya selaras dengan melayani. Kita bertumbuh dewasa untuk belajar memikul tanggung jawab, bukan untuk menyerap semakin banyak. Kita perlu mempraktikkan apa yang sudah kita ketahui dan yakini. Impresi tanpa ekspresi menyebabkan depresi. Belajar (pendalaman Alkitab) tanpa melayani menyebabkan stagnasi rohani. (Bandingkan danau Galilea dengan Laut Mati).
Hal terakhir yang dibutuhkan orang percaya dewasa ini adalah kelas Pendalaman Alkitab. Sebab, banyak orang sudah mengetahui banyak hal, tetapi sangat kurang dalam mempraktikkannya. Jadi, yang dibutuhkan adalah pengalaman melayani yang akan melatih, menguatkan otot-otot rohani mereka.
Marilah kita belajar membiasakan diri untuk memberi diri dan menjadi saluran berkat bagi orang lain: gereja dan masyarakat sekitar kita. Sudah saatnya orang percaya berhenti melayani sifat dasarnya -- dilayani, minta diberkati melulu. Murid Kristus yang dewasa perlu berhenti bertanya, "Siapa yang akan menjawab kebutuhanku?" Akan tetapi, mulailah ajukan pertanyaan, "Kebutuhan siapa yang dapat saya jawab?"
Pada akhir zaman, Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap kita (Roma 14:12). Allah akan membandingkan berapa banyak waktu dan tenaga yang kita pergunakan untuk diri sendiri dibandingkan dengan yang kita pergunakan untuk melayani Allah dan sesama. Alasan bahwa kita terlalu sibuk, kita punya tujuan sendiri, dsb. membuat Allah marah dan berkata, "Aku menciptakanmu, menyelamatkanmu, memanggilmu, dan memberikan perintah bagimu untuk hidup melayani. Bagian mana yang tidak kamu mengerti?" Akan ada akibat kekal bagi setiap pilihan yang keliru (Roma 2:8; Matius 25:12-30; Matius 31-46).
Banyak orang merasa jenuh dengan hidupnya. Sesungguhnya, hanya hidup dengan melayani Tuhan itulah yang membuat kita tetap "hidup" dengan penuh sukacita dan kepuasan (Markus 8:35; Matius 10:39; Lukas 9:24; 17:33).
Melayani dan makna hidup itu erat sekali kaitannya. Setiap kita pasti memberikan hidup kita untuk atau pada sesuatu -- mungkin karier, olahraga, hobi, ketenaran, kekayaan ...? Apakah itu akan membuat hidup kita bermakna? Allah menunjukkan bahwa hanya dengan melayani Dia, kita akan menemukan makna hidup karena itulah yang memberi kontribusi bermakna bagi dunia. Ingatlah: Yang penting bukan durasi hidup kita, melainkan donasi -- kontribusi, hidup kita. Bukan berapa lama kita hidup, melainkan bagaimana kita hidup.
Mari berhenti memberi alasan, dan mulai melayani ... apa pun latar belakang kita dan bagaimanapun kondisi kita. Allah bisa mulai memakai kita bagi pelayanan-Nya.
Diambil dan disunting dari:
Judul buku | : | Menjadi Murid Kristus |
Penulis | : | Lily Efferin, S.Th., M.A |
Penerbit | : | Metanoia, Surabaya 2008 |
Halaman | : | 215 -- 218 |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA