DAT - Pelajaran 02

Nama Kelas : Doktrin Allah Tritunggal
Nama Pelajaran : Perkembangan Historis Doktrin Allah Tritunggal
Kode Pelajaran : DAT-P02

Pelajaran 02 -- Perkembangan Historis Doktrin Allah Tritunggal

Daftar Isi

  1. Bapa-Bapa Gereja Mula-Mula dan Allah Tritunggal
    1. Tertulianus (160-220 M)
    2. Athanasius (296-373 M)
    3. Irenaeus (130-202 M)
    4. Agustinus (354-430 M)
  2. Konsili-Konsili yang Membahas Allah Tritunggal
    1. Konsili Nicea (325 M)
    2. Konsili Konstantinopel (381 M)
    3. Konsili Kalsedon (451 M)
  3. Doktrin Allah Tritunggal dalam Pengakuan Iman
    1. Pengakuan Iman Nicea - Konstantinopel (325 M)
    2. Pengakuan Iman Athanasius (296-373 M)
  4. Ajaran Sesat tentang Allah Tritunggal
    1. Arianisme
    2. Modalisme (Sabelianisme)
    3. Nestorianisme
    4. Ebionisme

Doa

Pelajaran 02: Perkembangan Historis Doktrin Allah Tritunggal

Ajaran doktrin Allah Tritunggal tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi telah diperjuangkan oleh gereja dari abad ke abad. Pelajaran 2 ini akan mengeksplorasi konteks historis, tokoh-tokoh kunci, konsili-konsili, dan pengakuan-pengakuan iman yang berkontribusi dalam perumusan, termasuk pembelaan terhadap ajaran Allah Tritunggal.

  1. Bapa-Bapa Gereja Mula-Mula dan Allah Tritunggal
  2. Para bapa gereja mula-mula memainkan peran yang sangat penting dalam mengartikulasikan doktrin Allah Tritunggal sesuai dengan yang diajarkan Alkitab. Mari kita mempelajari isu-isu teologis yang muncul saat itu.

    1. Irenaeus (130-202 M)
    2. Irenaeus menekankan kesatuan dan keutuhan pengajaran gereja yang berasal dari para rasul, termasuk keyakinan akan keberadaan Allah yang Tritunggal. Ia mengajarkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus bekerja bersama-sama dalam rencana keselamatan manusia. Hal inilah yang menurut Irenaeus diajarkan oleh para rasul.

      Kontribusi: Irenaeus memberikan kontribusi penting dalam menstabilkan keyakinan gereja tentang doktrin Allah Tritunggal dan dalam menentang ajaran sesat yang mencoba merusak pemahaman ini.

    3. Tertulianus (160-220 M)
    4. Tertulianus dikenal sebagai bapa gereja pertama yang menggunakan istilah Latin "Trinitas" (Trinity) untuk menjelaskan konsep Allah Tritunggal. Ia menekankan kesatuan substansi Allah, sekaligus perbedaan tiga Pribadi dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

      Tertulianus berkontribusi membentuk bahasa teologis yang mendeskripsikan kompleksitas hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan menyumbangkan pemikiran filosofis yang kuat tentang konsep Allah Tritunggal.

    5. Athanasius (296-373 M)
    6. Athanasius adalah tokoh utama dalam melawan ajaran Arianisme yang menyangkal keAllahan Anak (Yesus Kristus). Ia mempertahankan bahwa Anak memiliki substansi yang sama dan setara dengan Bapa. Athanasius berpendapat bahwa Yesus adalah Allah, bukan entitas yang lebih rendah. Dengan tegas, ia mengatakan bahwa penolakan terhadap keAllahan penuh Anak akan mengancam fondasi iman Kristen.

      Athanasius menjadi pemimpin intelektual dalam Konsili Nicea tahun 325 M, yang memainkan peran penting dalam merumuskan keilahian Roh Kudus agar diakui secara resmi.

    7. Agustinus (354-430 M)
    8. Agustinus mengembangkan pemikiran teologis tentang Allah Tritunggal dalam karyanya yang monumental. Ia mempertimbangkan hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga Pribadi yang saling mengasihi, dan menekankan peran masing-masing Pribadi Allah dalam keselamatan. Ia mengembangkan lebih lanjut doktrin Allah Tritunggal dengan menekankan aspek relasional dari Pribadi-pribadi dalam keAllahan, bagaimana mereka berbagi kasih secara timbal balik karena adanya persekutuan di antara Mereka.

      Kontribusi: Agustinus membawa pemikiran filosofis dan teologis yang mendalam ke dalam pengajaran Allah Tritunggal, dan pengaruhnya yang signifikan dalam teologi Kristen hingga saat ini.

  3. Konsili-Konsili yang Membahas Allah Tritunggal
  4. Konsili-konsili gereja diadakan untuk mengatasi perselisihan teologis dan menegaskan kepercayaan ortodoks dari ajaran Allah Tritunggal. Pemikiran-pemikiran yang dihasilkan tidak hanya memengaruhi teologi pada zamannya, tetapi juga membentuk landasan pengajaran teologis bagi gereja Kristen sepanjang sejarah.

    1. Konsili Nicea (325 M)
    2. Konsili Nicea diselenggarakan sebagai respons terhadap ajaran sesat Arianisme yang diajukan oleh Arius, yang menolak keilahian penuh dari Allah Anak (Yesus Kristus). Arius mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan yang lebih rendah dari Bapa.

      Kontribusi: Konsili Nicea menegaskan doktrin bahwa Anak Allah memiliki "substansi yang sama" (homoousios) dengan Bapa (Yohanes 10:30). Ini berarti Anak memiliki esensi yang sama dengan Bapa dalam keilahian-Nya dan Dia bukanlah ciptaan. Konsili ini menghasilkan rumusan Pengakuan Iman Nicea yang mengukuhkan keyakinan akan kesetaraan keAllahan Bapa dan Anak, dan menegaskan bahwa mereka bersama-sama dengan Roh Kudus adalah satu substansi dari Allah yang sejati (Kolose 1:15-17).

    3. Konsili Konstantinopel (381 M)
    4. Konsili Konstantinopel diselenggarakan untuk menegaskan keyakinan akan keAllahan Roh Kudus sebagai respons terhadap munculnya ajaran Arianisme dan bentuk-bentuk lain dari teologi yang menyimpang.

      Kontribusi: Konsili Konstantinopel memperluas Pengakuan Iman Nicea untuk menyertakan pengajaran tentang Roh Kudus. Mereka menegaskan bahwa Roh Kudus adalah sepenuhnya Allah, dan bersama-sama dengan Bapa dan Anak, Mereka adalah satu substansi Tritunggal Allah yang sejati. Konsili ini memberi landasan teologis yang lebih luas dan mendalam tentang keAllahan Roh Kudus, yang merupakan bagian integral dari doktrin Allah Tritunggal.

    5. Konsili Kalsedon (451 M)
    6. Konsili Kalsedon diadakan untuk menanggapi berbagai kontroversi teologis, termasuk masalah Nestorianisme yang mengajarkan bahwa natur Yesus Kristus adalah dua Pribadi (manusia dan Allah) yang terpisah.

      Kontribusi: Konsili Kalsedon menetapkan bahwa Yesus Kristus adalah satu Pribadi dengan dua kodrat yang tidak bercampur (tidak dipisahkan), yaitu manusia sejati dan Allah sejati. Ini mengklarifikasi bahwa dalam pribadi Yesus Kristus, ada kesatuan Allah dan kemanusiaan yang tidak dapat dipisahkan.

  5. Doktrin Allah Tritunggal dalam Pengakuan Iman
  6. Perkembangan historis dari doktrin Allah Tritunggal melibatkan perdebatan teologis yang ketat, perumusan kredo-kredo, dan pembelaan terhadap kepercayaan ortodoks dari ajaran-ajaran sesat. Memahami konteks historis menolong kita menghargai kedalaman dan signifikansi doktrin Allah Tritunggal dalam iman dan praktik hidup Kristen.

    Berikut adalah Pengakuan Iman yang memberikan pernyataan iman yang ringkas dan tegas tentang doktrin Allah Tritunggal yang menjadi dasar bagi kepercayaan Kristen hingga saat ini.

    1. Pengakuan Iman Nicea - Konstantinopel (325 M)
    2. Pengakuan iman ini adalah hasil dari dua konsili gerejawi yang diadakan pada tahun 325 M, yang menetapkan keyakinan gereja tentang doktrin dasar dari Tritunggal. Salah satunya menyatakan bahwa ada satu Allah, dengan tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berdasarkan perintah Yesus dalam Matius 28:19. Tiga Pribadi Allah ini memiliki kesetaraan keAllahan yang kekal. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam karya keselamatan. Pengakuan iman ini menjadi pijakan sentral dalam mengidentifikasikan keyakinan iman Kristen yang benar, yang berbeda dengan ajaran sesat.

    3. Pengakuan Iman Athanasius (296-373 M)
    4. Pengakuan iman ini memberikan penjelasan yang rinci tentang kesetaraan dan kesatuan dalam Trinitas. Dijelaskan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Allah yang sepenuhnya, dan bukan ada tiga allah, tetapi satu Allah, yang sama-sama kekal, sama-sama mulia dan memiliki kuasa. Athanasius menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati, juga memberikan pengakuan akan peran Roh Kudus yang adalah Allah yang memberi kehidupan. Pengakuan Iman Athanasius ini diterima dan digunakan sebagai sumber pengajaran dalam gereja Kristen masa itu.

  7. Ajaran Sesat tentang Allah Tritunggal
  8. Dalam sejarah awal gereja Kristen, para bapa gereja sangat aktif memperjuangkan pembelaan atas doktrin Allah Tritunggal terhadap berbagai tantangan dan kesalahpahaman tentang natur Allah. Berikut adalah ajaran sesat tentang Allah Tritunggal yang pernah muncul dalam sejarah gereja.

    1. Arianisme
    2. Berkembang pada awal abad ke-4 Masehi. Arianisme diambil dari nama pencetusnya, yaitu Arius, seorang pendeta di Aleksandria, Mesir. Ajaran ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus, meskipun ilahi, tidak bersifat kekal atau konsubstansial (memiliki substansi yang sama) dengan Allah Bapa. Sebaliknya, Arius berpendapat bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan, yang tertinggi dari semua makhluk, tetapi lebih rendah dari Bapa.

      Pembelaan: Para bapa gereja, seperti Athanasius dari Aleksandria, mengutuk ajaran Arius karena mereka meyakini bahwa Yesus Kristus adalah "dari substansi yang sama" (homoousios) dengan Bapa. Mereka menegaskan bahwa Yesus adalah Allah sejati sama dengan Bapa dalam keAllahan-Nya, bukan ciptaan. Ini ditegaskan dalam Konsili Nicea pada tahun 325 Masehi, yang menetapkan keyakinan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati dan Manusia yang sejati.

    3. Modalisme (Sabelianisme)
    4. Muncul pada abad ke-3 Masehi. Modalisme, juga dikenal sebagai Sabelianisme, diambil dari nama Sabellius, yang mengajarkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus bukanlah Pribadi-pribadi yang berbeda, tetapi lebih merupakan mode-mode atau aspek-aspek yang berbeda dari Allah yang esa. Menurut pandangan ini, Allah menampakkan diri dalam peran yang berbeda pada waktu yang berbeda, dan bukan sebagai tiga Pribadi yang berbeda.

      Pembelaan: Para bapa gereja menegaskan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Pribadi-pribadi yang berbeda secara hakiki, bukan sekadar manifestasi atau mode dari satu Allah. Mereka mengajarkan bahwa tiga Pribadi ini saling berhubungan dalam satu substansi Ilahi yang tunggal, tetapi tetap mempertahankan keunikan dan kemandirian dari masing-masing Pribadi-Nya.

    5. Nestorianisme
    6. Sekitar abad ke-5 Masehi, Nestorianisme (dari nama Nestorius, Patriark Konstantinopel) menekankan perbedaan yang jelas antara natur ilahi dan manusiawi dari Yesus Kristus sampai-sampai menunjukkan bahwa Yesus adalah dua Pribadi yang terpisah -- satu Ilahi dan satu Manusia. Hal ini menyebabkan keyakinan bahwa Maria, ibu Yesus, tidak boleh disebut "Theotokos" (Bunda Allah), melainkan "Christotokos" (Bunda Kristus). Nestorianisme dikutuk sebagai ajaran sesat oleh Konsili di Efesus (431 M), yang menegaskan kesatuan pribadi Kristus dari dua kodrat-Nya (ilahi dan manusiawi) tanpa pemisahan.

      Pembelaan: Para bapa gereja, seperti Konsili Kalsedon (451 M), menetapkan bahwa Yesus Kristus adalah satu Pribadi dengan dua kodrat yang tidak bercampur dan tidak terpisah. Mereka menegaskan bahwa Yesus adalah Manusia sejati dan Allah sejati secara simultan, tanpa perpecahan dalam Pribadi-Nya. Ini menekankan kesatuan pribadi Kristus dalam keAllahan dan kemanusiaan-Nya.

    7. Ebionisme
    8. Berasal dari era Kristen awal, tetapi memudar pada abad ke-2 Masehi. Ebionisme adalah sekte Yahudi-Kristen yang menolak keilahian Yesus Kristus. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang murni manusia, lahir dari Maria dan Yusuf, dan berpegang teguh pada hukum dan adat istiadat Yahudi. Penganut Ebionisme tidak menerima kelahiran Yesus dari seorang perawan atau pra-eksistensi-Nya sebelum lahir. Para bapa gereja mula-mula menganggap Ebionisme sebagai ajaran sesat karena menyangkal kepercayaan utama Kristen kepada Yesus sebagai Anak Allah yang ilahi dan Juru Selamat manusia. Jadi, Ebionisme menolak keilahian Kristus dan menganggap Yesus sebagai manusia biasa yang terpilih menjadi Mesias.

      Pembelaan: Para bapa gereja, seperti Ireneus dari Lyon, menegaskan keilahian Kristus dan keharusan doktrin Allah Tritunggal dalam pengajaran gereja. Mereka mempertahankan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati yang datang dalam daging, dan bahwa doktrin Allah Tritunggal adalah esensial untuk pemahaman yang benar tentang Allah dan rencana-Nya bagi keselamatan manusia.

    Ajaran-ajaran sesat ini memberikan tantangan terhadap pemahaman ortodoks mengenai natur Allah sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Para bapa gereja bertekad untuk menegakkan doktrin yang benar dan memberikan klarifikasi teologis yang signifikan pada abad-abad awal kekristenan. Pembelaan mereka membantu membentuk fondasi teologis yang kokoh bagi gereja-gereja awal dan pengajaran Kristen hingga saat ini.

Akhir Pelajaran (DAT-P02)

Doa

"Allah yang Maha Besar, terima kasih untuk bapa-bapa gereja yang telah Engkau pimpin dengan hikmat dari-Mu sehingga hari ini aku bisa mempelajari doktrin Allah Tritunggal dengan benar. Kiranya aku dapat semakin diperlengkapi untuk meneruskannya kepada generasi-generasi sesudah aku."

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA